Bagian III

4.9K 277 3
                                    

"Sakura, aku terkesan padamu." aku Sasuke setelahnya.

"Ya, itulah dia yang sebenarnya."

Sasuke menoleh. Naruto, dia sudah bangun –tidak juga, dia berbicara masih sambil menutup mata. Lalu ia membuka mata, memperlihatkan safir-nya yang penuh dengan ketenangan, tekad, keyakinan, mata yang selalu berhasil menghipnotis musuh-musuhnya dengan segala yang ada didalamnya itu. Dia menoleh ke samping, ke arah temannya yang sedang terbaring sama sepertinya.

"Kau melewatkannya, teme! Dia, yang dulu kau sebut gadis lemah, bahkan lebih lemah dariku, sekarang dia sudah menjelma menjadi gadis yang tangguh, hebat, kuat, sangat kuat! Dan yang terpenting, dia tetap sangat baik hati seperti dulu. Kau tahu itu, bukan?"

"..."

"Tidak. Sebenarnya bukan hanya dia. Teman-teman yang lain juga. Mereka –tidak, kami sudah sangat berkembang. Kau melewatkannya."

"Aa... maaf." Sasuke menutup matanya, mencoba meminta maaf kepada Naruto dan dirinya sendiri. Kemudian... hening. Begitulah selanjutnya.

***

3 jam kemudian, operasi selesai. Baik yang dilakukan Sakura maupun Tsunade, mereka melakukan dan menyudahinya secara hampir bersamaan dan dengan lancar tentunya. Sakura sedang berjalan menuju kamar tim 7 diantar oleh Tsunade.

"Sakura"

"Ya?"

"Tentang tangan buatan itu... akan selesai dua bulan lagi."

"Begitukah? Syukurlah..."

Sakura agak khawatir dengan jangka waktu itu, tetapi ia langsung meyakinkan diri bahwa mereka pasti bisa melewatinya.

"Baiklah, akan kuberitahu mereka. Ah, tidak. Mereka pasti sedang tidur. Mmm, sepertinya besok saja."

Sakura berkata dengan riang di depan Shisou-nya, seperti biasanya.

"Sakura, memangnya kamu belum tahu?" tanya Tsunade spontan. Sakura memiringkan kepalanya. "Soal apa?"

Tsunade tidak menjawab. Mungkin Sakura belum diberitahu, pikirnya. Kemudian ia tersenyum kepada murid kebanggaannya itu.

"Tidak, bukan apa-apa."

Tidak yakin dengan tanggapan Tsunade, Sakura bertanya lagi.

"Ada apa, Tsunade-sama? Apa yang belum aku ketahui?"

"Ah, itu... nanti kau juga akan mengetahuinya." jawab Tsunade tersenyum kepada Sakura. Tsunade merasa iba kepada Sakura, karena perkataannya itu menyangkut soal Sasuke. Tapi mau bagaimana lagi, ini sudah ketentuannya dan Tsunade memang sudah memutuskannya dengan Kakashi dan para tetua desa.

"Aah sudah sampai, Sakura."

"Ah, iya. Sampai jumpa, Tsunade-sama! Terima kasih sudah mengantarku sampai sini."

"Ya" jawab Tsunade sekenanya, melambaikan tangan kepada Sakura sambil berjalan menuju ruang pribadinya. Setelah itu, Sakura masuk ke dalam kamar.

Setelah masuk, Sakura mendapati kedua kawannya sedang tertidur. Tadinya ia akan memberitahu Sasuke dan Naruto perihal tangan buatan, tetapi ia sadar bahwa ini masih pukul 03.00 dini hari. Akhirnya ia memilih untuk mengikuti kegiatan kedua sahabatnya, yaitu tidur. Dan berencana untuk memberitahu mereka setelah mereka bangun esok hari.

***

Beberapa saat kemudian setelah Sakura masuk kembali ke dalam kamar, tiga orang masuk ke dalam kamar itu. Dua orang pria berpostur tubuh besar, tinggi, dan kekar. Dan satu orang lagi, rambut berwarna silver dengan masker yang menutupi sebagian wajahnya. Kakashi, Rokudaime Hokage itu datang ke kamar yang ditempati ketiga murid tersayangnya. Bukan tanpa alasan, pria itu sebagai pemimpin yang menginterupsi kedua laki-laki berbadan tinggi nan kekar tadi, dan juga pemimpin desa Konohagakure tentunya, hendak membangunkan salah satu muridnya.

"Sasuke." panggil sang Rokudaime. Meski dengan suara yang dipelankan, tapi yang dipanggilnya tersebut bangun dan menatapnya, sedikit kaget.

"Kau pasti tahu maksud kedatanganku ke sini, kan?" tanya Kakashi tanpa basa-basi.

Dengan sedikit bantuan cahaya bulan yang sebentar lagi akan digantikan oleh marahari, ia melihat keseriusan Kakashi, kemudian ia gulirkan pandangannya ke arah belakang sang guru. Ia tak mengenal mereka, tapi dia tahu siapa mereka. Bukan namanya, tetapi dari pakaian dan postur tubuh, ia tak membutuhkan waktu lama untuk menyadarinya.

"Hn".

Dia pasrah. Dia tahu mereka akan membawanya kemana. Dia juga tahu kalau ini memang balasan yang tepat untuk semua kesalahannya. Tapi.. tidak juga. Bahkan mungkin ini terlalu ringan jika untuk pembalasan terhadap perlakuannya. Ia membangunkan diri, mengikuti langkah sang Rokudaime. Di samping kanan-kiri-nya terdapat dua laki-laki yang seperti bodyguard sedang menjaganya agar tidak kabur, mungkin?

***

Kicau burung mulai terdengar, menandakan hari sudah pagi. Seorang gadis bersurai merah jambu mengerjapkan matanya berulang kali karena merasa terganggu oleh cahaya matahari yang masuk melalui celah gorden jendela kamar yang sedang ia tempati.

Dibangunkannya tubuhnya hingga menjadi duduk, kemudian mengingat-ingat apa yang ia lakukan sebelum tidur. Setelah memfokuskan pikirannya untuk mengingat, akhirnya ia ingat. Ia mengingat bahwa tadi malam –atau lebih tepatnya dini hari setelah ia selesai mengoperasi ia berniat memberitahukan kabar gembira untuk kedua sahabatnya. Tapi satelah itu ia menyadari bahwa ternyata kedua sahabatnya itu tidak ada di ruangan itu.

Bingung.

Cemas.

Dua kata yang mewakili perasaannya saat ini.

"Sasuke-kun!? Naruto!? Di mana kalian?" Dia alihkan pandangannya ke seluruh bagian ruangan itu untuk mencari dua sosok yang ia cari. Namun nihil, ia tidak menemukannya. Akhirnya ia putuskan untuk mencarinya ke luar ruangan.

Sakura berlari menyusuri lorong rumah sakit. Berharap ia dapat menemukan Sasuke dan Naruto atau paling tidak ia menemukan seseorang yang dapat ia tanyai.

Ternyata harapan keduanya yang ia dapatkan. Ia bertemu dengan Shizune.

"Shizune-san! Ohayou..." dengan napas yang tersenggal-senggal karena lelah berlari, Sakura menyapa Shizune.

"Ah, Ohayou. Ada apa, Sakura?"

"Apa Shizune-san melihat Sasuke-kun dan Naruto? Mereka tidak ada di kamarnya!"

"A-ap...?"

Bukannya Shizune tidak tahu, hanya saja mendengar pernyataan dari Sakura membuat Shizune bingung juga iba. Ia berpikir, 'ternyata Sakura belum mengetahuinya, ya?'. Ia bingung, bagaimana ia harus memberitahu Sakura tentang ini? Ia takut melukainya, melukai gadis yang ada di depannya. Bagaimanapun juga, ia sudah menganggap Sakura sebagai adiknya sendiri. Ia takut. Ia takut kalau Sakura akan sedih setelah mendengar penjelasannya.

"Le-lebih baik kau tanyakan langsung kepada Rokudaime, Sakura." Akhirnya Shizune menemukan ide agar ia tidak perlu memberitahukannya kepada Sakura.

"Kenapa? Apa kau tidak mengetahuinya?" tanya Sakura.

"Mmm... Sakura, kau harus mendengarkan jawabannya langsung dari Hokage agar bisa mengetahuinya dengan jelas"

"T-tapi..."

"Maaf Sakura, aku sedang ada tugas dari Tsunade-sama. Jaa!" potong Shizune sambil beranjak pergi dari hadapan Sakura untuk menghindari pertanyaan berlanjut dari Sakura.

Melihat tingkah Shizune membuat Sakura makin bingung saja.

"Lebih baik aku mengikuti saran Shizune-san saja." ujar Sakura kepada dirinya sendiri.

Akhirnya ia berlari dengan merubah rute yang akan dilaluinya menjadi ke arah pintu keluar rumah sakit. Ia akan mengunjungi kantor Hokage.

--to be continue—

A/N: Maaf telat update^^ Kesibukan mengerjakan tugas yang numpuk dari sekolah dan perubahan mood untuk nulis membuat saya lama update chapter baru, hweeehee😂

Btw, makasih buat yang udah vote ceritanya, dan makasih banyak untuk kalian yang bersedia baca dan nunggu lanjutan cerita ini! :'>

Sampai jumpa di part berikutnya!

An EndingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang