Derapan langkah kaki terdengar brutal melihat seorang pemuda yang dengan cepat menaiki tangga setelah mendengar kalimat yang mencantumkan namanya itu keluar dari speaker sekolah. Dengan wajah masam dan badan yang penuh dengan keringat, kini pemuda itu berhasil mendobrak pintu yang di yakini adalah ruang rapat kedua para siswa-siswi pengurus sekolah.
"Ya! Kim Namjoon! Berhenti memanggilku dengan speaker sialan itu!" Ujarnya lalu menarik nafas dalam-dalam dan membuangnya kasar.
Pemuda tinggi yang terpanggil itu hanya tertawa menanggapi, "Kenapa? Itu sangat ampuh untuk memanggil mahkluk lamban sepertimu datang tepat waktu."
Mahkluk lamban? Jungkook menautkan kedua alisnya tak terima dengan julukan mutlak yang di berikan oleh pemuda berkehidupan sempurna seperti Namjoon, "Jangan protes, itu kenyataan." Lanjutnya.
Jungkook memejamkan matanya erat dan berdecak sebal, "Itu memalukan! Kau tahu, beberapa siswa menertawakanku karna kalimat yang kau ucapkan!"
"Dan para siswi meneriakimu? Bukankah itu sudah biasa?" Namjoon berujar pelan dan berusaha menahan tawanya. Jungkook tidak menggapinya dan beralih mengambil sebuah mineral yang tersedia di atas meja dan meneguknya cepat lalu menarik sebuah bangku kosong di hadapannya, "Bisakah kita memulainya sekarang? Tapi kemana yang lain?"
"Tidak, kita harus menunggu Yoongi, Hoseok, dan Jimin. Mereka sedang mencari berkas-berkas yang masih di butuhkan-" Lalu terdengar suara pintu yang terbuka lebar dan menampilkan seorang pemuda bernama Hoseok dengan seorang gadis yang berdiri di belakangnya.
"Maaf aku terlambat." Ujarnya kemudian dan berjalan masuk bersama gadis yang mengekorinya, "Dan maaf aku harus membawanya ke sini."
Jungkook menajamkan penglihatannya guna melihat gadis mana yang terculik oleh sahabatnya yang di kenal sangat acuh terhadap wanita. Berbanding terbalik dengan Namjoon, pemuda itu kini tengah tersenyum cerah guna menyambut kedatangan tamu spesial yang di bawakan oleh sahabatnya.
"Ini dia adikku-"
"Namjoon-ah, berkasnya sudah tidak ada, kurasa mereka sudah membuangnya." Sela Yoongi memasuki ruangan dengan malas dan langsung bersantai di kursi sofa panjang lalu memejamkan matanya.
Taehyung mengangguk dan beralih mengambil sebuah botol mineral, sementara Jimin hanya diam terpaku melihat penampakan seorang gadis bertubuh kurus dengan lebam di kakinya, ia terus memperhatikannya dengan detail hingga pandangannya terjatuh pada wajah pucat gadis tersebut.
Jimin melotot dan mengacungkan jari terlunjuknya pada sosok yang sedang menundukkan kepalanya, "Kau gadis yang menyiramku bukan?!"
Tidak ada yang bicara, hanya saja kini pusat perhatian terjatuh pada sosok gadis itu. Bahkan Taehyung hampir saja menyemburkan air di dalam mulutnya kepada pemuda bergigi kelinci yang tengah menyimak kejadian di ruangan ini. Segera Tehyung memalingkan wajahnya guna melihat mahluk mana yang menjadi sasaran Jimin, rupanya ia tidak sadar jika ada dua sosok baru yang sudah memasuki ruangan ini. Sementara Yoongi hanya membuka matanya sejenak dan kembali pada posisi sebelumnya.
Hoseok membelalakkan matanya dan tiba-tiba saja pemuda itu naik darah mendengar pengakuan yang keluar, "Jadi kau biang masalahnya?!"
"Aku? Apa? Kau gila? Dia menyiramku dan aku yang kau salahkan?!" Jimin menaikan suaranya dan Hoseok melotot melihatnya, "Tentu saja, jika kau tidak mengganggunya mana mungkin dia menyiram mu begitu saja?"
"Aku hanya mengatakan jika diri nya terlihat sexy dengan menggunakan rok pendek, dan dia langsung menyiramku?!" Ujar Jimin pasrah dengan keadaan.
Hoseok menggelengkan kepalanya dan menajamkan pandangannya, "Itu pantas untukmu, Jim! Tapi apa kau tahu, karena lelucon murahanmu itu dia menjadi korban pembullyan. Kau tidak lihat memar di tubuhnya?!"
Gadis yang berada di belakang pemuda tersebut hanya menundukkan kepalanya dan berusaha menahan ringisan kecil yang keluar dari mulutnya. Ia mencoba menahan rasa ngilu yang berada di tubuhnya akibat pukulan dan tubrukan yang di terimanya.
Jimin terdiam dan meneliti kembali beberapa lebam dan darah yang ada di tangan gadis itu. Muncul gejolak aneh yang menyerang pikiran, perasaan dan tubuhnya. Ekspresi pemuda itu pun berubah dengan sangat jelas. Terpampang sekali rasa marah, kecewa dan penyesalan menjadi satu. Tubuhnya bergetar, matanya memanas karena kejadian itu mulai kembali berputar di benaknya. Jimin berjalan mundur, menghela nafas panjang dan mengusap tengkuknya sambil menundukkan kepalanya, "Aku minta maaf." Ujarnya dan langsung berlari keluar ruangan.
Semua orang bingung dan terkejut melihat perubahan drastis Jimin. Bahkan Namjoon pemuda jangkung itu pun ikut mengejar pemuda tersebut tanpa pamit. Lain hal dengan Hoseok, ia sibuk mengkoreksi ucapannya atas kejadian tadi. Namun jika di pikiran kembali ia merasa tidak ada yang salah dalam ucapannya. Tapi justru pemuda itu, Hoseok yakin jika Jimin mempunyai masalah yang tidak di ketahui orang lain.
Hoseok menoleh kebelakang guna melihat gadis yang di bawanya. Ia memastikan apakah kondisinya sekarang memungkinkan untuk ia tinggal--mengejar Jimin atau tidak? Namun setelah melihat gadis itu tersenyum dan mengingat di ruangan ini mereka tidak berdua, Hoseok memutuskan untuk meminta pertolongan kecil pada pemuda bersurai coklat keemasan.
"Jung, bisakah kau membantuku?"
Pemuda yang terpanggil itu mengangguk, "Tentu, aku harus apa?"
"Bawa dia ke UKS, obati dia jika Seokjin tidak ada. Aku tidak akan lama, setelah aku bicara dengan Jimin, aku akan segera menjemput nya." Ujar Hoseok dan beralih pada gadis di belakangnya, "Pergilah bersamanya, jangan takut. Kau aman dengannya."
Gadis itu mengangguk dan tersenyum manis. Tak lama Hoseok segera pergi dari ruangan, namun sebelum itu ia sempat mewanti-wanti pemuda bergigi kelinci itu dengan menatapnya tajam.
"Tenang saja.. dia tidak akan mati dengan mudah jika di tanganku." Jungkook menyahut tatapan itu dengan santai dan setelah itu menatap gadis yang sedang berdiri dengan gemetar.
Terdorong dengan rasa iba, Jungkook berdiri dari tempatnya dan berjalan kearah gadis itu guna membawanya dengan cepat ke UKS. Namun setelah semakin dekat dengannya, gadis itu terlihat benar-benar sakit baik secara fisik maupun mental. Secara refleks Jungkook mengangkat tangannya guna menyentuh luka memar yang ada pada wajah pucat gadis itu. Namun belum sempat menyentuhnya gadis itu tiba-tiba hilang kesadaran yang membuatnya hampir terjatuh jika saja Jungkook tidak sigap menangkapnya.
Jungkook panik melihat tubuh tak berdaya gadis itu di tangannya, spontan ia langsung memanggil seseorang yang tengah berbaring pada sofa panjang dengan santai, "Yoongi-ah! Bangun atau ku kubur hidup-hidup?!"
Yoongi membuka matanya secara perlahan dan mendudukan dirinya. Pemuda itu terkekeh melihat pemandangan dramatis di hadapannya. "Apa yang kau lakukan dengan gadis itu? Kau bilang dia tidak akan mati dengan mudah jika di tanganmu. Tapi lihat sekarang, bahkan gadis itu pingsan di tanganmu. Heol, apa yang akan di lakukan Hoseok padamu jika melihat ini?"
Jungkook mengerang frustasi mendengar ucapan yang keluar dari pemuda berlidah tajam seperti Yoongi, "Berhenti bicara dan temani aku membawanya ke UKS." Lanjutnya sambil menggendong gadis itu dengan posisi senyaman mungkin.
Yoongi berdiri dari tempatnya dan berjalan menuju pintu, "Tidak bisa, aku sibuk. Kau tidak lihat jika sedari tadi Taehyung berdiri di sana seperti orang idiot?"
Benar, pemuda itu terlupakan. Segera Jungkook menatap pemuda itu dengan penuh permohonan, "Temani aku, kau tahu kan aku tidak bisa berurusan dengan Seokjin untuk saat ini."
Taehyung memutar matanya malas mendengar omong kosong yang keluar dari mulut pemuda itu, "Baiklah, tapi dengan satu syarat."
KAMU SEDANG MEMBACA
For No Reason [Jeon Jungkook]
FanfictionJeon Jungkook mungkin hanyalah sebuah balon yang dapat meletus dan terbang kapan pun jika tidak dijaga dengan baik, itulah penilaiaan yang Jaerin pikirkan selama ini. Gadis itu sama sekali tidak mempunyai pikiran positif terhadap pemuda yang selalu...