Bab 9 : Sebuah Pengakuan

55 4 0
                                    

            Siang hari di musim panas kota Bringed, Tuan Huan memanggil Luc ke kekantornya untuk membicarakan sesuatu, Luc heran karena tidak biasanya Tuan Huan memanggilnya secara pribadi. Luc berjalan menuju kantor Dirut siang itu tanpa ditemani Shira seperti biasanya, setelah sekretaris mempersilahkannya masuk, Luc pun duduk di ruang tamu Dirut.

" Luccas Brownsean... ada yang ingin kubicarakan denganmu," kata Tuan Huan sambil duduk di sofa berhadapan dengan Luc.

" Ya Tuan, ada yang bisa saya bantu?" jawab Luc sopan, di dalam lubuk hatinya ia masih menyalahkan Tuan Huan atas kematian ayahnya meskipun itu belum terbukti bahwa Dirut yang mencelakai ayahnya.

" Aku sudah mendengar ceritamu dari Shira, dan aku telah berjanji pada putriku itu untuk membantumu, Victor adalah teman baikku dan istriku Regina, bahkan Ibumu adalah sahabat istriku sejak mereka belum menikah," kata Tuan Huan memulai ceritanya," Saat itu musim dingin, aku beserta beberapa orang termasuk Victor memang berencana untuk membuat resort di Ishika, namun hal itu belum sempat terlaksana karena daerah itu kurang potensial untuk dijadikan sebuah resort pemandian air panas sehingga kami berencana memindahkan proyek itu, namun tanpa sepengetahuanku Victor berangkat ke Ishika untuk meninjau lapangan sedangkan pada saat itu aku sedang berada di luar negeri, hingga kabar itu sampai padaku saat aku tiba di Bringed, aku sangat menyesal Luc."

Luc menundukkan kepala tanpa mengucapkan sepatah kata pun," Tapi surat perintah itu..."

"Ada sebuah cerita yang hanya diketahui oleh Dirut dan penggantinya selama ini," kata Tuan Huan sambil menunjukkan pena nya," Pena ini, di desain khusus hanya untuk Dirut, dan saat ini akan kuceritakan padamu mengenai keistimewaannya untuk meluruskan kesalahpahaman ini." Tuan Huan mengambil secarik kertas dan membuat sebuah tulisan diatasnya lalu dengan ujung pena yang lain ia menyorotkan lampu kecil ke arah tulisan itu sehingga menyala keunguan," Jika memang benar surat itu aku yang membuatnya maka akan menyala seperti ini saat disorot lampu, ayo kita buktikan."

Luc memperhatikan dengan seksama ketika Tuan Huan mengarahkan lampu pena ke surat perintah itu ternyata itu hanya tinta biasa, Luc mengernyitkan dahi, berarti surat ini bukan Tuan Huan yang membuatnya melainkan orang lain yang memalsukan tanda tangannya.

" Kau sudah paham sekarang, tetapi aku sudah berjanji pada Shira untuk membantumu, maka akupun akan membantumu," kata Tuan Huan, setelah Luc meminta maaf atas kesalahpahaman ini dan berterima kasih atas kebaikan hati Tuan Huan, ia pun keluar ruangan untuk kembali ke kantornya, di tengah jalan ia bertemu Shira.

" Kau sudah bertemu Dirut?" Tanya Shira, Luc mengangguk.

" Sekarang aku sudah tidak salah paham lagi, terimakasih Shira kau sudah membantuku," kata Luc sambil tersenyum.

" Kurasa kita masih harus mengungkap siapa dibelakang semua ini, penculikanku, tragedy di Ishika, dan penembak misterius itu," kata Shira.

Sore itu Shira duduk di balkon atas, ia memikirkan tentang semua kejadian di Wanblanc Corp, hingga kehadiran Devon mengejutkannya.

" Rub... m... maksudku Shira, bagaimana kondisimu? Sejak kejadian itu aku belum menemui dirimu hingga rapat besar pagi tadi," Tanya Devon.

" Sudah lebih baik," Shira tersenyum," Terimakasih, jika kau tidak menjatuhkan orang itu entah apa yang terjadi padaku dan Erica.

" Apa aku pantas mendapat ucapan terimakasih," gumam Devon pelan sambil berjalan menuju teralis pembatas, ia mengingat percakapan ibunya dan Hank malam itu.

" Kau bilang apa?"

" Ah tidak... aku masih terkejut dengan kehadiranmu di rapat tadi pagi, aku tak menyangka kau gadis yang dicari itu, tapi bagaimanapun juga selamat Shira, kau mendapatkan proyek pertamamu," kata Devon, Shira tersenyum dan menjabat tangannya.

The Red Emerald PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang