Dari Fakultas Teknologi Pertanian, pertama dipanggil Aditya Rizki Pratama, dengan predikat cumlaude.
Kata-kata itu menjadi penanda pengukuhan menjadi sarjana dari UGM, lebih tepatnya Sarjana Teknologi Pertanian UGM. Sesuatu yang membanggakan.
Namaku Aditya Rizki Pratama. Aku biasa dipanggil Kiki. Selama 3 tahun 6 bulan, aku berjuang dan bergulat dengan buku dan tulisan untuk menyelesaikan masa belajarku di kampus biru. Hingga akhirnya, 21 Februari 2013, aku mendapat gelar sarjana dengan predikat cumlaude yang membuatku bersyukur. Setelah wisuda, aku berfoto dengan orang tua dan adik-adikku, Gina dan Faris. Mereka masih tersenyum, senang dengan prestasiku.
Satu minggu setelah wisuda, aku balik ke Jakarta. Aku memilih tidak meneruskan S2 dan langsung melamar pekerjaan. Bagiku, bekerja di dunia profesional adalah tantangan tersendiri. Bukan karena mengharapkan gaji, melainkan bisa mengenal banyak karakter orang yang kutemui. Meski begitu, ternyata untuk meraihnya tidak semudah membalikan telapak tangan. Sudah 2 bulan ini, aku menganggur. Mencari kerja melalui surat kabar dan internet. Sudah ratusan lamaran kumasukan, tapi belum ada yang merespon. Bahkan ibuku rewel karena aku dianggap malas-malasan saja.
" Ki, jangan males gini dong! Ayo masukin lamaran! Cepet kerja!". Kata-kata itu menjadi pemacu semangatku untuk mencari pekerjaan. Minimal perusahaan makanan.
7 Mei 2013. Aku dipanggil salah satu perusahaan pemotongan logam, namanya PT. Mega Steel Tanggerang. Mereka memintaku ke Kawasan Industri Jatake untuk interview. 2 minggu setelah interview, aku diberitahu kalau diterima di perusahaan itu sebagai Marketing Staff. 19 Mei 2013. Aku mulai menapak sebagai pelaku karir. Selama bekerja disana, aku bisa menyesuaikan suasana kerja meski harus pisah dari orang tua dan bekerja tidak sesuai bidang ilmu yang kupelajari. Dunia marketing yang kualami hanya sebatas jagad administrasi, tidak terkait people to people relation. Selain itu, aku sering dimarahi atasanku karena pekerjaanku yang tidak selesai sesuai target. Aku hanya bertahan setahun. Dan aku kembali ke habitus awal lagi, mencari kerja.
Selama menganggur, aku masukan lamaran melalui Yahoo!mail. Seminggu kemudian, aku mendatangi perusahaan ke perusahaan dan melakukan wawancara. 2 minggu setelahnya, tidak ada respon. Tapi aku tidak mau putus asa. Aku berusaha melamar sebanyak mungkin. Toh ini dunia profesional kan?
3 Juni 2014. Setelah ikut sesi interview di sebuah perusahaan asing, aku pergi ke Mc. Donald untuk makan siang. Ketika sedang makan, aku mendengar seseorang yang memanggil namaku.
" Ki! Kiki!"
Aku langsung melihat ke belakang. Ternyata ada Reza. Dia langsung menghampiriku dan duduk menghadapku. " Udah lama gak ketemu nih. Kemana aja lo?" tanya Reza dengan nada kangen.
" Enggak. Gue masih di Bekasi. Lo sendiri?"
" Gue masih di Pengasinan. Lo sekarang tinggal dimana?"
" Gue di Jatiasih."
Reza Andrianto adalah teman satu SMA. Dia adalah atlet basket berbakat di sekolahku dan tentunya, lulusan manajemen FEUI. Yang kudengar, dia sekarang bekerja di Bank BDS sebagai customer service. Ketika bertemu denganku, dia terlihat lebih modis, tampan dan berbobot. Mungkin tuntutan pekerjaanlah yang membuatnya harus tampil seperti ini. Bagaimanapun, dulu dan sekarang, dia tetap seperti itu. Adiknya, Raisa Andrianti, adalah penyanyi sukses yang namanya melejit dengan nyanyian melankolisnya. Bisa dibilang, kakak dan adik sama-sama beruntung.
" Sekarang kerja dimana?"
" Di BDS."
" BDS?"
" Itu, perusahaan perbankan asing."
" Oo....Aku tahu. Itu kan bank milik Singapura, kan?". Reza langsung mengangguk kepalanya. 5 menit jeda untuk menikmati paket hemat-nya. Dan ia lanjutkan pertanyaan seperti polisi yang menginterogasi tersangka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sandyacandra Di Langit Pengasinan
Storie d'amore" Itu adalah Sandyacandra dan aku akan ingat semuanya." Kiki mulai membuka lembaran baru dan berulang saat bertemu Reza. Di balik masa lalu Kiki yang kelam, tersimpan harapan dengan hadirnya Reza, Romi, Randi, Keju dan Bimo. Dinamika rumit terawal...