"Hi, Anne!" sapa Ethan di acara peresmian Days Count milik Henry. Acara tersebut merupakan penggalangan dana untuk penderita kanker serviks di Amerika. Tamu-tamu dari kalangan pejabat, pengusaha dan artis datang ke sana.
Anne melambaikan tangannya. "Kau datang sendirian?"
"Oh, tidak. Eve datang bersamaku. Ia yang mengurus dananya. Aku disini hanya ingin menikmati suasana. Well, bagaimana denganmu, Ann?"
"Seperti yang kau lihat, ada Joan di sebelah sana," jawab Ann sambil menunjuk ke arah tangga.
Untuk orang yang brilian seperti Ethan, rumahnya yang seperti istana sangat mewakili dirinya. Seratus tamu undangan memenuhi ruang bawahnya, dengan sebuah pintu besar yang langsung menuju ke taman.
Seorang pramusaji lewat di depan Ethan. Ia memanggilnya, mengambil segelas wine untuk Anne dan satu untuknya.
Dari lantai atas, Henry mengangkat gelasnya tinggi-tinggi dan berseru, "Para tamuku yang terhormat, mari bersulang untuk kesuksesan dan kebaikan!"
Semua tamu mengangkat gelasnya tinggi-tinggi. Begitu pula dengan Ann, yang kini menyambut ajakan Ethan untuk bersulang. Mereka tertawa, sesekali berbisik karena suara-suara para tamu yang keras.
Dari kejauhan Eve memperhatikan. Ia berkata sesuatu kepada pria berkulit gelap di sebelahnya, dan kembali melanjutkan obrolannya dengan beberapa kenalannya.
Pria itu berjalan melewati Ann dan Ethan, mengambil gambar dari telepon genggamnya, sebelum akhirnya pergi menaiki tangga.
"Apakah kau menyukai acara ini, Ann?" tanya Ethan sambil mendekati Anne.
"Jika maksudmu penggalangan dananya, ya. Tapi untuk keramaiannya, kurasa tidak. Aku bukan orang yang kaku, hanya saja membingunganku jika semua orang harus aku ajak bicara," jawab Ann sambil menatap mata Ethan yang biru.
"Kalau begitu ayo, kita keluar. Aku perlu udara segar," ajak Ethan.
Anne berjalan mengikuti Ethan sambil memegangi lengannya. Ia mencium wewangian woody aromatic yang membuatnya tersenyum. Aroma tubuhnya seolah berkata, bahwa dia adalah pria dewasa yang bijaksana.
"Aku sudah menduga, dari awal kau kelihatan canggung," ujar Ethan sambil memandangi langit malam yang berbintang. Ia memasukkan tangannya ke dalam kantong celana, dan menoleh ke arah Anne, menanti apa yang akan dikatakan Anne.
"Jadi kau memperhatikanku," kata Anne membalas senyumnya.
"Tentu. Kau prioritasku, akan kupastikan kau baik-baik saja."
"Terima kasih." Anne menatap Ethan dalam-dalam. Ia bertanya-tanya mengapa Ethan bersikap seperti itu. "Aku akan baik-baik saja, mengingat banyak makanan manis yang akan aku makan untukmu."
Seketika Ethan dan Anne tertawa. Mereka tampak sangat senang dengan percakapan mereka, sebelum Eve datang menghampiri mereka.
"Selamat malam, Miss Anne," sapa Eve dengan ramah. "Anda terlihat sangat cantik malam ini."
"Terima kasih, begitu juga dengan kau, Eve." Ann mencoba menjawabnya dengan nada yang wajar.
Kini Eve sedang berbisik kepada Ethan. Tampaknya begitu penting, karena setelahnya Ethan mengucapkan salam dan meninggalkannya di tengah keramaian.
Tidak lama setelahnya, seorang pria datang dan menyapa Anne dengan lembut.
"Anne, selamat malam."
Anne berpaling. Seorang pria dihadapannya kini berdiri tegak, dengan kemeja hitam yang dibalut blazer abu-abu.
"Daniel?"
"Kau sudah datang daritadi?"
"Oh, ya, sekitar satu jam yang lalu. Hmm.. apakah ka-kau lihat ta-tadi?"
Dann tertawa. "Ya, kau tidak perlu gugup begitu Anne. Kami berteman baik sekarang."
Tiba-tiba Joan datang, menghalangi keduanya untuk melanjutkan perbincangan mereka.
"Permisi," kata Joan, menarik Anne pergi dari sana.
Beberapa tamu sudah pergi. Anne dan Joan menaiki tangga menuju sebuah ruangan. Dua orang pria berdiri di sebelah pintu, membukakan dan mempersilahkan mereka masuk.
"Anne dan Joan!" sapa Henry dengan hangat. Tolong musik favoritku," katanya sambil menunjuk ke arah seorang pelayan.
Dihadapannya terdapat sebuah meja kecil dengan empat buah kursi. Beberapa pelayan menarik kursi, mempersilahkan Joan, Henry dan Anne duduk.
Selanjutnya beberapa pelayan masuk ke dalam ruangan dengan membawa beberapa piring dan menuangkan wine ke dalam gelas.
"Mulai sekarang, kita akan sering merayakan kemenangan kita dengan segelas wine dan musik lembut, bukan begitu, Anne?"
"Tentu," jawab Anne.
"Oh, aku lupa, karena masih ada kursi kosong, kita harus menunggu sebentar."
Seorang wanita masuk ke dalam ruangan. Untuk beberapa saat Anne terkejut, tetapi setelah menyadarinya ia kembali menunjukkan wajah yang tenang.
Eve melangkah ke dalam ruangan, duduk tepat di hadapan Anne yang sedang memegang gelasnya.
"Karena para tamu sudah datang, mari kita bersulang, untuk masa depan cemerlang, khususnya untuk Anne Hummington."
Mereka mengangkat gelas tinggi-tinggi, dan meneguknya perlahan.
Anne bertanya-tanya dalam hati. Seolah Eve mengetahui apa yang ada dipikirannya, ia menjelaskan bahwa ia akan memberikan sebuah kejutan untuknya besok pagi.
"Aku jadi bertanya-tanya mengapa semua orang mulai suka memberi kejutan untukku," kata Anne sambil mengangkat gelasnya kembali. Seorang pelayan menuangkan wine dan Anne meneguknya perlahan.
Eve tertawa, menganggap apa yang baru saja dikatakan Anne adalah hal yang lucu. "Jadi kau berpikir begitu? Ini hanya permulaan, Anne."
"Bagaimana dengan Daniel? Ia datang ke acara ini. Kau sudah bertemu dengannya?"
"Tentu saja. Aku akan pulang dengannya."
"Anne, Eve," kata Henry menyela. "Mari makan sebelum semuanya menjadi dingin."
Mereka kembali tersenyum. Bahkan udara dingin sudah menyentuh kulit Anne karena pertemuannya dengan Eve. Makanan yang ada dihadapannya kini juga terasa dingin, menambah rasa penasarannya apa yang akan dilakukan Eve selanjutnya.
Malam berlalu. Cahaya matahari masuk ke dalam kamar Anne, membangunkannya lebih awal pagi itu. Dan kejutan yang dinantinya sudah ada di hadapannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Anne and Wine
General FictionDesas desus mengenai dirinya sudah beredar di Nashville, kota kelahirannya. Banyak orang meyakini ia melakukan segalanya demi kebahagiaan, karena ia terlalu lama hidup dalam kemalangan. Sebagian menganggap--tentu saja--karena uang, popularitas, dan...