"Siapa yang datang sepagi ini?" tanya Anne dari kamarnya. Ia bangun dan melihat dari kamera di dalam apartemennya. Tetapi ia tidak melihat seorangpun disana. Ketika ia membuka pintu, Anne menemukan sebuah majalah tergeletak di depan pintunya.
Siapa yang sengaja menaruh majalah di depan kamarku?
Ia mengambil majalah itu, duduk di sofa dan membacanya. Hanya ada satu orang yang ada dipikirannya. Evelyn Rose.
Twist Gossip.
Ethan Turner kini terlihat bersama Anne Hummington, penyanyi pendatang baru di acara Counts Day kemarin.
Usaha yang bagus, Eve.
Mereka terlihat sangat akrab dalam acara tersebut, meskipun dalam acara tersebut Ethan datang bersama CEO dari Star Tech, Evelyn Rose.
Apakah ia sengaja membuat namanya masuk dalam berita?
Hingga bebeberapa saat Anne tersenyum melihat fotonya bersama Ethan dicetak memenuhi satu halaman depan koran Twist Gossip. Tetap saja, ia masih bertanya-tanya mengapa Eve membantunya setelah ia mengajukan syarat yang memberatkannya.
Saat itu juga bel berbunyi. Anne kembali melihat, dan mendapatkan Joan tersenyum lebar dari kamera. Anne membukakan pintu, dan berjalan kembali ke kamarnya.
"Twist Gossip ya? Oh, Anne-ku kini semakin bersinar." Joan menunjuk ke arah tangan kanan Anne yang sedang memegang majalah. Joan mencoba menunjukkan kebahagiaannya dengan tersenyum lebar.
"Moodku sangat baik hari ini. Ayo selesaikan jadwal latihanmu. Jam 9 malam nanti aku sudah mengatur pertemuanmu dengan Ethan," ujar Joan sambil memainkan handphonenya.
"Apa? Pertemuan apa?" tanya Anne curiga.
"Aku akan merahasiakannya," jawab Joan sambil menyeringai. "Kau harus bersemangat karena kau hanya punya waktu 5 hari sebelum proyek kita dengan Star Tech dimulai. Jika Henry dan Eve memberikan kejutan untukmu, aku juga akan memberikan yang terbaik untukmu."
***
Pukul sembilan malam Ethan sudah menunggu di sebuah taman kota di sebelah barat studio musik tempat Anne berlatih. Joan hanya mengantar Anne sampai di gerbang depan, dan cepat-cepat meninggalkannya. Dengan memakai full skirt dress warna merah dan sling bag mungil, Anne terlihat lebih segar dan lebih muda saat itu. Ia berjalan perlahan, sedikit berakting seperti orang yang sedang kebingungan, dan pura-pura kaget saat melihat seorang pria yang memakai sweater hijau tua dan low rise jeans berdiri mematung di bawah tiang lampu.
"Ethan," sapa Anne yang kini sudah menghentikan langkahnya, "kau sedang menunggu seseorang?"
"Anne? Kebetulan yang aneh," kata Ethan sambil melipat tangannya. "Aku menunggu salah seorang sahabatku, tapi dia tidak kunjung datang. Kau sendiri sedang apa malam-malam begini berjalan sendirian?"
"Menyendiri," jawab Anne, mencoba menarik simpati Ethan. "Aku suka menghabiskan malam disini, merenung sekaligus mencari inspirasi." Kejutan yang sudah disiapkan Joan adalah gosip terencana lainnya yang lebih berani dari kemarin. Anne akan mendekati Ethan dengan cara yang sudah diberitahu Joan.
Hanya beberapa meter dari tempat mereka berdiri terdapat bangku taman yang dicat hijau. Ethan mengajaknya untuk duduk di sana, dan mendekatkan wajahnya di bawah sinar lampu taman.
"Anne, beberapa paparazi ada di balik semak, tepat di belakangmu," bisik Ethan. "Apakah kau menginginkan sebuah berita lagi untuk kita?"
Saat itu juga Anne bersumpah serapah dalam hatinya. Rencana memalukan Joan kini terbaca jelas oleh Ethan. Anne terdiam untuk beberapa saat, memperhatikan wajah Ethan, dan membalas bisikannya, "ya."
Ethan semakin mendekatkan wajahnya. Sebelum hidung mereka bersentuhan, Ethan memiringkan kepalanya, seakan-akan mereka berciuman. Anne merasa canggung, tetapi tetap tidak menggeser posisinya samasekali. Ethan memegang bahu Anne, kini bibirnya hampir menyentuh telinga Anne. "Aku akan membuat nama kita menjadi topik utama di berbagai media selama kontrak antara kita berlangsung. Sangat menyenangkan bisa bekerjasama dengan wanita cantik dan berbakat sepertimu."
"Dan sebuah kehormatan bagiku bisa bekerjasama dengan pengusaha muda yang tampan," ujar Anne, "Ethan Turner."
Malam itu mereka menghabiskan sekitar satu jam untuk mengobrol, membahas pekerjaan mereka, sesekali tertawa, dan berangan-angan bagaimana kehidupan mereka di masa depan.
"Semua orang bilang aku akan melakukan apa saja untuk keinginanku," gumam Ethan, wajahnya kini terlihat muram.
"Semua orang bilang aku tidak bisa apa-apa," uajr Anne, yang menggosok-gosokkan tangannya karena udara dingin. "Persamaan kita adalah, kita mengabaikan apa yang mereka katakan. Tapi apakah kau tahu? Kita tidak menyerah, sampai semua mimpi itu ada di dalam genggaman tangan kita."
Ethan tidak tahu harus berkata apa. Tidak ada yang pernah membicarakan hal-hal seperti ini setelah sekian lama. Pembicaraan-pembicaraannya dengan wanita-wanita yang dijumpainya tidak lebih seputar bisnisnya, pekerjaan, candaan, dan apa saja hal-hal yang disukainya. Ia bahkan tidak tahu mengapa ia harus memulai pembicaraan seperti itu dengan Anne.
"Apakah kau juga akan melakukan apapun untuk meraihnya?"
"Jika hatiku mengharuskannya, aku akan melakukannya."
Anne dan Ethan menghabiskan beberapa menit lagi di sana sebelum akhirnya mereka pergi meninggalkan taman itu. Mereka berusaha menyangkalnya, meskipun mereka menyadari ada sesuatu yang bergejolak dalam diri mereka.
Dan Anne kembali memikirkan semua usahanya. Ia tidak boleh jatuh cinta pada siapapun. Seberapa menariknya pria itu. Ia sudah berjanji tidak akan mengulang lagi kesalahannya di masa lalu. Baginya, pria akan menambah bebannya dan mengacaukan hidupnya, jika sekali saja ia merasakan sakit hati. Dan ia tidak mau hal itu terulang kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anne and Wine
General FictionDesas desus mengenai dirinya sudah beredar di Nashville, kota kelahirannya. Banyak orang meyakini ia melakukan segalanya demi kebahagiaan, karena ia terlalu lama hidup dalam kemalangan. Sebagian menganggap--tentu saja--karena uang, popularitas, dan...