Side Story: Arson

1.4K 132 16
                                    

Arson pov

Well, aku sama seperti Hitman. Aku tidak berasal dari Negara ini. Aku berasal dari Amerika. Lebih tepanya di Colorado. Ya, kalian tau, yang terkenal dengan bebatuan dan danau yang bernama Colorado Springs.

Namaku Joy Mark Cooper. Aku tinggal di kota yang bernama Tombstone city. Sesuai dengan namanya, terdapat banyak batu nisan disini. Di pinggir jalan, di padang rumput, bahkan hampir setiap rumah memiliki batu nisan di perkarangannya.

Aku tinggal dengan Ayahku. Ibuku meninggal sewaktu aku berumur 4 tahun karena penyakit leukemia yang dideritanya. Ayahku seorang penjual bensin dan minyak tanah. Setiap pagi dia pergi ke kota besar untuk mengisi kembali tong yang sudah kosong.

Kota kami diapit antara dua kota besar. Sehingga, kota ini dijadikan tempat singgah bagi mereka yang hendak berpergian. Ya, bisa dibilang bisnis pom bensin kami berjalan dengan baik.

Aku juga membantu pekerjaan Ayahku. Tetapi, aku hanya melakukan pengiriman minyak tanah kepada penduduk yang sudah memesan. Itu kulakukan ketika aku sudah pulang sekolah pada sore hari.

Sekolah di kota ini hanya ada satu. Namanya Thomas Jefferson School. Sekolah itu letaknya dekat dengan rumah Mayor kota Tombstone. Atapnya yang menjulang tinggi dapat kau lihat beberapa kilometer sebelum mencapai kota Tombstone.

Di sekolah ini pendidikannya hanya sampai pada tingkat Junior High, atau jika di Indonesia setara dengan SMP. Aku sendiri sudah berada di tingkat itu. Lebih tepatnya, ini adalah tahun terakhirku di sekolah ini.

Setelah lulus, aku ingin membantu pekerjaan Ayahku. Tetapi Ayahku melarangnya. Aku disuruh melanjutkan sekolah di kota besar atau kota sebelah. Well, tak apa.

"Hei lihat! Pedagang minyak datang!"

"Boooo! Dasar bau minyak!"

"Pergi dari sini dasar bau!"

Sambutan yang biasa kuterima ketika aku berjalan di sekolah. Bob, anak Mayor kota Tombstone, bully, berwajah bulat, berambut coklat. Itu yang bisa kudeskripsikan darinya. Dia juga mempunyai 'anjing-anjing' yang sangat setia.

Aku melewati mereka dengan santai. Kuhiraukan olokan yang mereka beri padaku. Untuk apa kuladeni. Buang tenaga dan waktu saja.

Saat istirahat...

Brukk! Bug!

"Apa maksudmu tadi berjalan melewati kami begitu tadi?!" teriak Bob sambil memegang kerah bajuku.

"Oh, aku tidak melihat kalian," balasku dengan santai.

"Begitu ya! Kalau begitu kuberikan ini agar matamu bisa melihat dengan jelas!" ucapnya lalu meludahi wajahku. Kemudian dia dan anjing-anjingnya pergi meninggalkanku di balik semak-semak.

Aku berdiri. Aku lap wajahku dan kubersihkan bajuku dari debu tanah. Aku keluar dari balik semak-semak. Kulihat Bob dan anjing setianya sedang mem-bully anak lain di lapangan. Cih, mentang-mentang dia anak Mayor jadi dia bisa menindas semua orang.

Pulang sekolah, sore hari...

Aku sedang mengisi beberapa tangki minyak di samping garasi. Ku isi seluruhnya sampai penuh. Kemudian aku bawa tangki-tangki itu ke mobil pick up Ayah. Aku tata dengan rapih tangki-tangki ini.

"Aku berangkat dulu yah," pamitku.

"Tanyakan pada pak Milton, apa pesananku sudah ada!" teriak Ayahku. Aku mengangkat jempolku ke udara. Lalu kulajukan mobil ini.

Well, aku belajar menyetir ketika aku berumur 13 tahun. Selama kakiku dapat menyentuh pedal gas dan rem tanpa mengganggu pandanganku pada ruas jalan, aku sudah diperbolehkan membawa mobil. Rute pengiriman minyakku selalu sama. Kantor polisi-toko perkakas-toko roti-rumah penduduk-toko cat. Bosan memang. Tapi mau bagaimana lagi, ini hanyalah kota kecil.

Psycho Club [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang