12. Kiss of Death

1.6K 152 47
                                    

Yona pov

Setelah pertemuan klub sabtu lalu, Viny memberikanku secarik kertas. Kertas itu berisi Id dan password untuk mengakses website club. Hebat kan clubku? Hebat dooong... Aku jadi penasaran isinya seperti apa. Apakah ada psikopat selain anggota club?

"Internetnya lama banget deh..."

"Ngapain sayang?" tanya mama.

"Lagi nyari tugas ma, tapi internetnya lemot banget ya," jawabku.

"Jelas lama, kemarin kan habis. Bayar dulu gih ke atm," ucap mama lalu hendak memberikan dompet miliknya, namun aku dengan cepat beranjak dari komputer dan masuk ke dalam kamar.

"Loh, gak jadi ngerjain tugas?" tanya mama dengan sedikit berteriak.

"Nanti aja!" balasku.

...

Hari ini Viny mengajakku kembali ke restoran Good ol' Chopper. Tentu saja aku menolaknya. Cukup sekali saja aku kesana. Aku tidak mau apa yang sudah kumakan keluar semua.

"Lidy, kamu belajar ekonomi aku yang belajar sosiologi ya," ucapku.

"Gakmau, kamu aja yang belajar ekonomi, aku sosio," balas Lidya.

"Ah, kamu kan jago ekonomi, kemarin uas aja dapet 96," ucapku.

"Itu, hehe aku dapet jawaban dari Gina," balasnya.

"Huuuh, ya udah tapi kamu beneran belajar ya biar ulangan besok dapet bagus," ucapku.

"Iya, kamu juga Yon, belajar..."

Srak!

Eh!

"Biar dapet bagus ekonominya. Jangan tidur sampe rumah. Tidur boleh, tapi jangan kebablasan. Deal?"

"Loh Yon?"

"Yonaaa?"

"MMMMMMH!!!!!"

"Yoooonaaaa?"

"ENNGGGH! MMMMMH!"

"Sssssttt, maaf Yon, tapi ini cara biar kamu ikut aku," ucap seseorang yang menarikku kedalam semak-semak dan sedang membekapku sekarang. Ini kan suara Viny. Apaan sih dia?!?!

"Tuh anak kemana sih?" ucap Lidya dari luar semak-semak.

"Sekarang kasih tau Lidya kalo kamu balik lagi kesekolah karena ada urusan. Suruh dia pulang duluan," ucap Viny.

"ENNNGH! NNMMNHHHH!!"

"Atau perlu kuajak Lidya ke tempat the Butcher?" tanya Viny.

Oke, aku tidak ingin Lidya pergi kesana. Karena dia tidak bisa melihat hal-hal seperti itu. Melihat darah saja dia bisa pingsan.

Aku mengambil hpku dan menyuruh dia pulang duluan karena ada yang perlu dibahas di club. Setelah aku mengirim pesan itu, Lidya sudah menghilang. Suaranya tidak terdengar lagi. Barulah Viny melepaskan bekapannya.

"Apaan sih?!" ucapku dengan kesal.

Dia tersenyum.

"Yuk!"

Dia keluar dari semak-semak. Aku mengikutinya dengan perasaan jengkel. Maksa banget sih harus ikut kesana. Pake diculik segala.

"Ini pemaksaan tau gak," ucapku ketika aku sudah berada dalam mobil Viny.

"Enggak," balasnya.

"Iya,"

"Enggak,"

"Iya!"

Psycho Club [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang