Sebelumnya...
Yena menyelipkan kertas itu ke dalam bukunya dan pergi dari tempat itu menuju ruang tunggunya. Ia bahkan tak menyadari bahwa dua pasang mata melihat seluruh kejadian yang terjadi saat itu dan dua buah senyuman tulus di wajah kedua orang itu tertuju padanya.
----
Jungkook meletakkan kedua lengannya di pagar pembatas balkon gedung konser itu. Sepasang matanya menatap hiruk pikuk kota Seoul di bawahnya. Tak ada banyak orang yang melewati area itu dan Jungkook bersyukur karena ia tak perlu terlibat dengan banyaknya kamera yang menangkap gambar dirinya. Hembusan napas beberapa kali ia keluarkan dengan berat hati. Tangannya masih sedikit bergetar dengan apa yang sudah ia lakukan barusan. Menyentuh sebuah piano sama saja menyentuh kembali sebuah trauma yang sedang ia kubur jauh-jauh. Sayang, seseorang tak membiarkannya mengubur segalanya dan membiarkannya lari begitu saja.
Mengangkat kepalanya, Jungkook menatap langit biru yang cerah itu. Han Yena… Gadis yang punya sejuta bakat itu sukses membuat jantungnya berdetak sangat kencang dan membuatnya menjadi tak sadar diri di depan piano yang sangat ia takuti itu. Sebuah helaan napas berat kembali ia keluarkan dan kali ini matanya tertuju pada tangannya yang sedikit bergetar. Perasaan itu kembali lagi padanya. Perasaan di mana ia tenggelam dalam musik, di mana ia menjadikan musik sebagai salah satu teman terbaiknya, di mana ia sangat mencintai memainkan jemarinya pada tuts piano yang selalu ia cintai. Kejadian tadi seolah membawanya pada dirinya yanga dulu. Seorang laki-laki yang hanya tau tentang mengejar mimpinya. Musik adalah hidupnya dan mimpinya, tak ada hal lain yang ia inginkan hingga gadis itu muncul di depan matanya. Muncul dan mengacaukan dirinya.
“Kookie~” Jungkook menerjapkan matanya dan menoleh ke arah belakangnya. Jimin berdiri di ambang pintu bersama Taehyung yang masih sibuk dengan ponselnya. Jungkook menarik sudut bibirnya membentuk sebuah senyuman tipis sebelum matanya kembali menatap langit biru yang cerah itu. Jimin menghela napasnya. Jungkook selalu saja seperti ini setelah gadis pengkhianat itu menghempaskannya. Bagai melodi yang salah di mainkan, Jungkook berubah menjadi sebuah lagu yang salah. Jimin merasa di hadapannya sekarang ini bukanlah Jungkook yang ia kenal. Jungkook yang ia kenal tak pernah berubah, takkan lari dari masalahnya, dan tak akan pernah menyerah. But, love’s blind. Seseorang berubah hanya karena cinta.
“Permainanmu masih sama seperti dulu…” Jungkook membeku di tempatnya. Matanya membulat sempurna dan ia seketika menolehkan kepalanya pada Jimin yang menyandarkan punggungnya pada pembatas pagar sambil menyesap kopinya. Jimin menoleh pada Jungkook dengan senyum puas yang terukir di wajahnya. Ekspresi yang ada di wajah Jungkook membuatnya merasa seperti terjun pada mesin waktu dan kembali pada masa lalu. Ekspresi itu sama seperti saat Jungkook ketahuan sedang membuat lagu barunya secara diam-diam, namun akhirnya Jimin mengetahuinya. Ekspresi lucu yang mungkin tak pernah Jungkook sadari. Namun, ekspresi itu juga sama saat Jungkook ketahuan sudah menyatakan perasaannya pada gadis yang mengkhianatinya. Good and bad moment at the same time.
“K-kau—“
“Hmm… aku dan V melihatnya,” Jimin menghela napasnya lalu mengangkat kepalanya—menerawang ke arah langit-langit gedung konser itu. “Teruslah bermain seperti itu. Jangan terus lari dari masalahmu,” Jimin tersenyum saat ia mengingat bagaimana seorang gadis bernama Han Yena yang mengabaikan seorang Jeon Jungkook dapat membuat laki-laki itu menyentuh trauma terbesarnya tanpa pikir panjang lagi. “Lagipula… bukankah Han Yena itu sangat hebat? Membuat laki-laki sekeras batu sepertimu yang hanya bisa lari dari masalahnya akhirnya bisa menyentuh trauma terbesarnya?”
KAMU SEDANG MEMBACA
Piano || JJK
Fanfiction"Like a piano, I am easy to use. Press the wrong keys; it will be ugly to hear." -Jeon Jungkook. . . Dimana seorang Jeon Jungkook terpuruk dan mengalami phobia pada piano, namun seorang gadis dengan gamblangnya membuatnya kembali bertatap muka denga...