4th Melody

27 0 0
                                    

Sebelumnya...
Maaf, aku belum bisa. Jungkook kembali memejamkan matanya dan melangkahkan kakinya keluar dari ruangan penuh debu itu. Tangannya meraih gagang pintu ruangan itu dan hendak menutupnya. Sebelum pintu itu benar-benar tertutup, sebuah senyuman sedih terukir pada piano itu.

-----

"Jangan terlalu dipikirkan. Jungkook memang seperti itu selama satu tahun ini. Percayalah… dia hanya sedikit… patah hati.”

Kalimat itu terus terngiang di kepala Yena. Ia menatap buku partiturnya, Kreisler – Liebeslied (Love’s Sorrow). Ia menghela napasnya. Entah mengapa dari sekian lagu yang ada di bukunya, lagu menyedihkan itu terpilih untuk ia mainkan dalam kondisi mood-nya yang sedang tak menentu itu. Pikirannya masih melayang pada percakapan singkatnya dengan Yoongi tadi. Seniornya itu tiba-tiba menemuinya dan memuji permainan pianonya. Entah sejak kapan dan dimana laki-laki itu diam hingga ia bisa tahu permainan pianonya. Tapi, entah mengapa pujian itu mengarahkan mereka pada perbincangan mengenai Jungkook dan piano yang menjadi trauma terdalam laki-laki itu.

“Apa kau segitu membenci Jungkook hingga bibirmu mengerucut begitu setiap bertatap muka dengannya?”

Tidak. Aku bukan membencinya, aku hanya kesal dengan amarahnya yang meledak-ledak padaku saat itu, Yena mengusap wajahnya kasar lalu menatap uraian melodi di depannya itu. Ia menarik napasnya perlahan lalu mulai memainkan lagu sedih itu. Tak perlu waktu lama baginya untuk tenggelam dalam lagu sedih itu. Semua perasaan sedihnya bercampur di dalam lagu itu, tapi mengapa ia sedih akan Jungkook yang jelas-jelas seperti tak peduli padanya—

“Dia peduli. Tapi, ia tak bisa lagi mengungkapkan kepeduliannya dengan gestur yang lembut. Semuanya berubah saat orang yang ia cintai meninggalkannya begitu saja.”

“Orang yang di cintai?”

“Ya. Jungkook adalah maniak musik. Hidupnya adalah musik dan piano adalah sahabatnya. Seseorang datang ke dalam hidupnya dan mengubahnya seperti membalikkan telapak tangan. Orang itu dan piano itu seketika menjadi bagian dari hidupnya. Namun, sekali lagi orang itu membalikkan hidupnya sesuka hatinya. Jungkook terjatuh di depan orang itu dan pianonya. Suara alunan piano Jungkook selalu sumbang setelah itu. Seketika, Jungkook menjadikan piano sebagai trauma dan sakit hati terdalamnya.”

Piano || JJKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang