Sebelumnya...
Jungkook dan dirinya sedang berada di puncak tertinggi sekarang, ia tak bisa menjatuhkan Jungkook dari puncak begitu saja. Ia mencintai laki-laki itu dan akan tetap mencintai laki-laki itu meskipun ia takkan bisa bersamanya.“Mianhae…”
----“Mianhae…” Yena memberikan Jungkook senyuman manisnya lalu bangkit dari duduknya. Ia meraih tas jinjingnya yang berada di atas piano lalu berjalan keluar dari ruangan itu, namun belum sempat ia keluar, tangan Jungkook menahannya. Ia menarik napasnya dan membalikkan badannya. Hatinya hancur begitu saja saat ia melihat air mata mengalir di pipi Jungkook. Ia mengepalkan sebelah tangannya mencoba untuk menahan air matanya.
“Katakan padaku… katakan padaku bahwa kau mencintaiku, maka aku akan menerima penolakanmu.” Yena mematung di tempatnya. Bagaimana bisa ia mengatakan hal itu sekarang? Menatap laki-laki itu saja sudah sangat sulit dan sekarang ia harus mengatakan bahwa ia mencintai laki-laki itu di saat ia akan pergi begitu saja dari hadapannya? Ia akan menyakitinya. “Katakan padaku, Han Yena. Katakan padaku bahwa kau mencintaiku.”
“M-mwoya? Jangan begini, Jungkook-ah…”
“Maka, katakan padaku jika kau mencintaiku. Aku takkan melepaskanmu jika kau tak mengatakannya.” Yena menghela napasnya berat dan memalingkan wajahnya saat ia melihat air mata lainnya mengalir di pipi Jungkook. Ia memejamkan matanya saat ia merasakan genggaman tangan Jungkook semakin erat. Ia kembali menatap Jungkook.
“Geurae… aku mencintaimu—“
“Lalu mengapa kau menolaknya?”
“Mianhae… Kau tak bisa melakukannya—ani… kita tak bisa melakukannya. Tak bisakah kau menyadari semua itu?” Pertahanan Yena hancur begitu saja. Air matanya keluar begitu saja. Ia ingin pergi dari hadapan Jungkook, tapi laki-laki itu menahan dirinya dengan kuat.
“Apa tak bisa jika kita merahasiakannya?”
“Aku tak mau menghancurkanmu, Jungkook-ah… aku tak mau melihatmu seperti dulu lagi. Kita tak bisa bersama, Jungkook-ah… kau tahu itu. Tak ada yang bisa dijanjikan dari hubungan kita ini. Ku mohon… jangan begini, Jungkook-ah…” Jungkook menghela napasnya berat. Ia memalingkan wajahnya. Hatinya benar-benar sakit sekarang. Ia tahu gadis itu menolaknya untuk kebaikannya, tapi egonya tak ingin menyadari kenyataan yang sudah jelas itu. Di saat ia menemukan cintanya yang tulus, ia malah tak bisa bersama dengannya.
“Cari seseorang yang bisa memainkan piano dengan sungguh-sungguh walaupun ia salah menekan tuts-nya berulang kali.”
Ini kesekian kalinya Yena salah menekan tuts piano miliknya, tapi Jungkook tak pernah berhenti untuk menunggu gadis itu memainkan kunci yang benar. Tapi, setelah kejadian ini, apa Yena akan memperbaiki kunci yang salah ia mainkan? Akankah gadis itu tetap dekat dengannya? Ia tak mau menjadi lagu sumbang untuk kedua kalinya. Ia tak mau tertinggal sendirian menjadi piano yang tertutupi oleh debu tebal lagi. Ia tak ingin gadis itu pergi darinya. Dia akan kembali, kan?
“Geurae. Jika itu yang kau inginkan, aku akan menurutinya….geunyang… berjanjilah padaku kau akan tetap seperti Yena yang aku kenal. Tetap berada di sampingku dan tertawa bersamaku.” Yena menarik sudut bibirnya. Ia menghela napas lega dan berat secara bersamaan. Ia senang jika Jungkook mengerti situasi mereka, tapi ia sedih karena ia melepaskan seseorang yang cintai malam ini. Ani… Jungkook tetap ada di hatiku. “Katakan padaku jika kau mencintaiku sekali lagi… aku ingin mendengarnya lagi…”
KAMU SEDANG MEMBACA
Piano || JJK
Fanfiction"Like a piano, I am easy to use. Press the wrong keys; it will be ugly to hear." -Jeon Jungkook. . . Dimana seorang Jeon Jungkook terpuruk dan mengalami phobia pada piano, namun seorang gadis dengan gamblangnya membuatnya kembali bertatap muka denga...