Hi! Maaf sebelumnya karena jarang update ini cerita. Daku sibuk ngerjain tugas kuliah dan UAS juga. 😅😅😅✌✌ mohon di maapkan yah! Happy reading!!
---------Sebelumnya...
Tangannya memegang dadanya. Jantungnya benar-benar berdegup sangat kencang sekarang. Perasaan itu… perasaan bahagia yang sudah lama tak pernah ia rasakan lagi. Apa Yena berhasil memainkan nada pada piano rusaknya?
-----“Permainan yang tak buruk, namun belum cukup untuk menyaingiku.” Yena menoleh pada pemilik suara berat yang ada di belakangnya. Jungkook berdiri di ambang pintu sambil melipat kedua tangannya di depan dada. Hari sudah larut sekali, konser mereka sudah selesai, penggemar sudah lebih banyak yang kembali ke rumah mereka, dan mereka masih diam di gedung konser untuk sekedar menghabiskan waktu dan beristirahat sejenak. Yena menatap Jungkook sambil menghela napasnya pelan. Lagi-lagi Jungkook menjadi sangat menyebalkan padanya. Jika saja dia tidak melihat—
“Apa kau sengaja memainkan lagu itu karena kau melihatku menangis malam itu?” Yena membeku di tempatnya. Memang benar ia akhirnya memberanikan diri untuk memainkan lagu itu karena melihat sisi rapuh dari seorang Jeon Jungkook yang selalu memarahinya. Tapi, selain itu, permainan itu adalah permintaan Yoongi. Alasan lainnya adalah karena ia tak mau Jungkook selalu terlihat sok tegar seperti yang selalu ia lihat. Jika patah hati adalah alasannya, Yena juga pernah merasakannya. Jika pengkhianatan adalah alasannya, Yena pernah merasakannya. Merasakan bagaimana hati itu hancur berkeping-keping karena seseorang yang sangat dicintai. Jika semua itu alasannya, Yena mengerti. Maka ia tak ingin Jungkook terlalu terpuruk. Jalan yang panjang masih menunggu di depannya. Dia tak perlu melihat ke belakang terus-menerus.
“Ani. Aku ingin memainkannya dari awal.” Jungkook tersenyum dalam hatinya. Jika gadis itu ingin memainkannya dari awal, mengapa gadis itu memberikan senyuman seperti tadi padanya? Jungkook tahu gadis itu sedang berbohong. Jungkook menghela napasnya lalu menatap langit gelap di atasnya. Beberapa hari lalu, ia menatap langit malam Kota Seoul, ia tak melihat satupun bintang di sana. Tapi, hari ini beberapa bintang terlihat berkelip di langit gelap itu.
“Gomawo…” Jungkook mengalihkan pandangannya dari gelapnya langit malam pada gadis di depannya. Sepasang matanya menatap sepasang mata gadis itu. Entah mengapa, mata gadis itu terlihat sangat cantik dengan efek sinar lampu yang mengenainya. Mata itu seolah bercahaya dan membuat jantungnya berdegup sangat kencang. Sejenak sudut bibirnya tertarik membentuk sebuah senyuman. Mata Yena membulat saat melihat senyuman manis yang pertama kali ia lihat itu. Sepasang mata Jungkook menatapnya dengan tatapan tulus yang membuat jantungnya berdegup sangat kencang. Lidahnya seketika sangat kelu dan bibirnya mengatup rapat. Ia tak dapat mengucapkan sepatah katapun pada seniornya itu sekarang. “Apa kau akan terus bisu seperti itu? Apa kau sangat takut padaku, huh?”
“A-aniyo…” Yena menundukkan kepalanya sambil memainkan jemarinya. Udara dingin yang mengenai tubuhnya membuatnya mengepalkan tangannya. Ia ingin pergi dari tempat itu, tapi kakinya seolah tak ingin beranjak dari hadapan Jungkook sekarang. Ia diam di tempatnya sambil menunduk hingga sebuah benda hangat tersampir di bahunya. Yena mengangkat kepalanya dan menemukan Jungkook berdiri sangat dekat di depannya. Laki-laki itu mengencangkan jaketnya yang ia berikan pada Yena. Mata Yena mengamati struktur wajah tampan laki-laki itu. Ada guratan lelah di wajah laki-laki itu, tapi guratan itu sedikit menghilang kali ini. Selain itu, sorot mata laki-laki itu tak lagi penuh dengan rasa kecewa, sedih, dan traumanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Piano || JJK
Fanfic"Like a piano, I am easy to use. Press the wrong keys; it will be ugly to hear." -Jeon Jungkook. . . Dimana seorang Jeon Jungkook terpuruk dan mengalami phobia pada piano, namun seorang gadis dengan gamblangnya membuatnya kembali bertatap muka denga...