Sebelumnya...
Dari semua pertanyaan yang intinya menanyakan pada siapa hatinya berlabuh, jawabannya hanya satu. Him. Jeon Jungkook.
----Yena menyelesaikan solo stage-nya dengan mulus. Walaupun ia dengan susah payah bernyanyi sambil menahan air matanya karena ingatan tentang malam dimana ia mencium laki-laki yang sangat ia cintai itu. Yena ingin pergi sekarang. Ia ingin cepat-cepat mengganti bajunya dan menyelesaikan encore mereka dan pulang ke dorm mereka. Ia ingin lampu yang menyorotnya mati dengan lebih cepat. Namun, lampu itu tak kunjung mati. Ia menunduk dalam dan mencoba menenangkan dirinya hingga suara piano masuk melalui earphone yang ia gunakan. Yena mengangkat kepalanya dan seketika cahaya lampu tertuju pada seseorang dengan sebuah piano yang bersebrangan darinya. Setelah suara melodi yang sangat familiar di telinganya itu, sebuah suara merdu mulai terdengar di telinganya.
Don’t think about anything
Don’t even speak
Please just smile for meSeketika Yena menutup mulutnya dengan tangannya saat ia mendengar suara yang sangat familiar di telinganya itu. Suara teriakan penggemarnya terdengar di telinganya walaupun telinganya tersumbat dengan earphone yang ia gunakan. Sosok itu menoleh padanya, tersenyum, dan terus bernyanyi di seberang tempatnya berada. Yena masih tak percaya dengan apa yang ia lihat dan apa yang ia dengar. Melodi itu… melodi yang ia tulis sendiri… melodi yang akhirnya menjadi sebuah lagu di tangan seorang Jeon Jungkook.
I still can’t believe it
Everything feels like a dream
Don’t try to disappearIs it true? Is it true?
You… you…
So beautiful, so terrifying
Untrue… untrue…
You… you… you…Will you stay by my side?
Will you promise me?
If I touch you, I’m afraid you’d fly away or break
I’m afraid… afraid… afraid…Air mata Yena keluar begitu saja saat mendengarkan lirik yang dibuat oleh Jungkook. Seharusnya ia menyelesaikan lagu itu sebagai janjinya pada Jungkook, tapi sepertinya ia gagal. Laki-laki itu akhirnya menyelesaikan lagu itu. Terlebih lagi dengan rangkaian lirik yang terkesan penuh cinta, keraguan, ketakutan, dan rasa kagum bercampur menjadi satu. Apakah semua rangkaian kata itu merupakan isi hatinya? Pertanyaan itu terus berputar di kepalanya. Jungkook sesekali menoleh padanya, menatapnya, dan tersenyum padanya. Yena merasakan jantungnya berdegup sangat kencang sekarang. Laki-laki ini melakukan tindakan bodoh yang sangat ekstrim.
I wanna stop time
When this moment is done
Would it be like fantasy?
Would I forget you?
I’m afraid… afraid… afraid…Butterfly… like a butterfly
Almost butterfly, bu-butterfly like
Butterfly… like a butterfly
Almost butterfly, bu-butterfly likeBagaikan drum yang dipukul sangat keras, jantung Yena semakin berdegup sangat kencang saat layar di belakang laki-laki itu mulai menyala dan menampilkan kata demi kata yang merupakan lirik dari lagu itu. Beberapa foto dirinya ada di layar itu. Anehnya, foto-foto itu bukanlah foto yang diambil di dorm-nya, saat liburan member-nya, atau saat pemotretan untuk photobook grupnya. Yena membulatkan matanya saat ia menyadari siapa yang mengambil semua foto-foto itu. Fotonya di saat ia dan Jungkook menghabiskan waktu di sebuah café 24 jam yang cukup sepi pengunjung, fotonya saat ia memainkan piano di ruang latihan milik laki-laki itu, fotonya saat sedang tertawa di sebuah taman yang cukup sepi, semua foto itu adalah momen yang ia habiskan bersama Jungkook. Kapan Jungkook mengambil semua foto itu?
KAMU SEDANG MEMBACA
Piano || JJK
Fanfiction"Like a piano, I am easy to use. Press the wrong keys; it will be ugly to hear." -Jeon Jungkook. . . Dimana seorang Jeon Jungkook terpuruk dan mengalami phobia pada piano, namun seorang gadis dengan gamblangnya membuatnya kembali bertatap muka denga...