1.

26.7K 366 5
                                    

Jakarta selalu menjadi Kota tersibuk di Indonesia, padahal jam di tangan ku baru menunjukkan jam 6.15. tetapi jalanan ibu kota jakarta sudah penuh oleh berbagai jenis kendaraan, baik itu angkutan umum, kendaraan bermotor, maupun kendaraan Pribadi.

Tidak terasa waktu cepat berlalu, sekarang aku duduk di kelas 2 SMA, dengan perjuangan yang cukup keras akhirnya aku bisa bersekolah Di Sekolah Negeri ini, walaupun SMA ku tidak tergolong Sekolah ter-favorit, tetapi bisa bersekolah Di SMA Negeri dengan beasiswa adalah impian ku. Sebenarnya beasiswa ini aku dapatkan dari jalur beasiswa yang tidak mampu, tetapi apa yang hendak di kata ''memang keadaan ku seperti ini, aku bisa apa".

"PUTRI..."
Seakan-akan seseorang sedang memanggil nama ku, tapi aku tidak mempedulikannya. Bukan karena sombong, tetapi nama Putri cukup pasaran di sekolah kami, setahu ku ada tiga orang yang memiliki nama Putri Di kelas 11, serta 4 orang di kelas 12, jika Di tambah kelas 10 mungkin bisa di total ada sepuluh orang yang namanya Putri.

Sekolah kami cukup sederhana, siswa-siswi yang bersekolah di-sinipun mayoritas perekonomian menengah, jadi aku tidak merasa terlalu minder dengan perekonomian keluarga ku sendiri. Dari kejauhan aku sudah bisa melihat karat yang menghiasi pagar sekolah ku, pagar ini tidak pernah di cat ataupun diganti. mungkin pihak Sekolah tidak menjadikan perbaikan pagar sebagai hal yang prioritas, maka dari itu kondisinya masih sama seperti pertama kali aku melewatinya dua tahun yang lalu.

Aku menempati kelas 11.V. Posisi kelas ku kali ini benar-benar tidak strategis, karena terlalu berdekatan dengan kantin. Hal itu menjadi cobaan tersendiri untuk ku, bagaimana beratnya supaya hati, pikiran dan kaki ku tidak mengarah kesana. Tidak bisa di pungkiri, setiap hari ibu hanya memberikan aku uang yang cukup untuk ongkos pulang dan pergi. Jarang sekali aku bisa jajan di Sekolah, kalau bukan di traktir teman, atau menemani satu-satunya sahabat ku untuk makan di kantin, aku tidak akan mendatangi tempat itu. Jika aku menginginkan sesuatu dikantiin, aku harus menyisihkan ongkos yang ibu berikan, kosekuensi yang aku dapat adalah pulang Sekolah dengan berjalan kaki.

Aku sangat sulit menolak permintaan sahabat ku satu-satunya, beberapa kali ia merengek-merengek minta ditemani makan di kantin, padahal disaat itu aku lupa membawa bekalku. Dengan sangat terpaksa aku menggunakan uang jajan yang selama ini aku kumpulkan.

Sudah pasti bisa di tebak, makanan yang aku beli sudah pasti gorengan, kenapa gorengan?

Karena itu adalah jajanan yang murah dan sudah pasti akan membuat mu kenyang.

Menurutku berteman adalah tempat berbagi suka dan menghabiskan waktu bersama, walau hanya sekadar ngobrol tidak tentu arah, tetapi dengan hal itu aku menyadari, jika masih ada orang yang sudi tertawa bersama ku.

Aku tiba di kelas, yah disana hanya ada Nisa yang sibuk belajar. Dia adalah peringkat pertama di kelas kami,sedangkan aku selalu jadi peringkat ke dua. Aku tidak mengerti mengapa Nisa selalu menggap ku saingannya, padahal aku tidak pernah cemburu kepadanya yang selalu mendapat ranking pertama di setiap semester.

****

"Putri.." suara itu membuyarkan lamunan ku tentang perkataan ibu tadi pagi.
Ketika aku menoleh, wajah cantiknya sudah terlihat begitu bersinar.
"aku lelah berteriak, memanggil nama mu, tapi kamu bahkan tidak berhenti" celotehnya terlihat kesal, kemudian segera duduk di tempat duduknya.

Di semester ini dia persis duduk di belakang kursi ku, pergantian tempat duduk akan selalu terjadi di setiap semester.
Melihat wajah nya yang sengaja di buat cemberut malah membuat ku tertawa,

"Kambuh lagi sifatnya !" Ucap ku dalam hati.

Inilah dia sahabat ku, namanya "MELATI"

"Maaf Mel, bukannya aku tidak dengar, tetapi kamu tahu sendirikan, nama ku cukup pasaran, dari pada nanti kejadian kemarin sore terjadi lagi" jelas ku dengan tersenyum, kemudian Melati ikut tertawa mengingat kejadian lucu itu.

Kemarin adalah hari Senin, hampir empat kali aku melirik ketika seseorang berteriak memanggil dengan nama Putri, Dan yang terakhir yang memanggil adalah ketua OSIS di SMA kami, dengan penuh percaya diri aku membalas pertanyaannya, tetapi ternyata Putri yang dia maksud adalah Putri teman kelasnya yang berdiri persisi di belakang ku.
Melati hanya bisa tertawa terbahak-bahak ketika melihat wajahku mulai memerah, hal konyol lainnya adalah kenyataan bahwa Putri yang di samping ku itu adalah wanita paling populer di sekolah, tidak hanya cantik, punya banyak teman dan juga sangat Pintar.

ibarat langit dan bumi.

"Jika aku jadi kamu, aku akan segera mengganti nama atau mungkin aku akan segera pindah dari sekolah ini" suara Melati membawa ku ke waktu yang sekarang.

"Ide yang kedua bisa di pertimbangkan " Balas ku sambil berfikir keras.
"Jangan.." mendadak tangan Melati menggenggam erat tangan ku. Terkadang anak ini memang agak sedikit lebai, hahaa.

****
"Tin..Tinn" Mobil yang sudah tidak asing lagi bagi kami, terutama bagi Melati. Beberapa saat kemudia kaca jendela mobil di buka, ada suara keras yang berasal dari dalam mobil

"Hii, buruan lu. Gue ada urusan lagi nih!!"

"Aduh, kenapa bang Angga yang jemput sih" keluh Melati ketika melihat sosok abangnya dari kejahuan.

"Tin Tin"

sekali lagi klakson mobil di nyalakan, sang driver berharap penumpang yang yang ia tunggu akan segera berlari. tetapi yang terjadi adiknya lebih memilih berjalan santai menuju monil, dedangkan sang driver masih terus membunyikan kloson secara terus menerus. Hal itu malah jadmenjadi ton-tonan dari siswa-siswi yang lain.
"Ayoo ikut put, gue antar sampai rumah" kata Melati sambil berusaha menarik lengan ku ke arah mobilnya.

"Lain kali aja ya, abang kamu kan lagi buru-buru"

"Udh, Bodoh amat. Aku malah senang membuatnya kesal. Wkkwkw " melati tertawa dengan licik.
"Hahaa, lain kali kita buat dia makin kesal, tapi tidak sekarang, aku harus mampir ke suatu tempat" kata ku dengan sangat menyakinkan.

Me (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang