❣ Part 4 ❣

53 8 7
                                    

Sorry for typo (σ≧▽≦)σ

Happy reading lah ya
___________________________________________

"Dari mana saja kau?" Tanya wanita tua di depanku. Aku tetap berjalan, dan seolah tidak mendengar apapun.

"Hey! Apa kau tak punya sopan santun?!" Teriak dia dengan marah. Aku tetap mengacuhkannya dan tetap berjalan seperti orang tuli.

'Aw'

aku meringis kesakitan. Beberapa menit yang lalu aku dicengkram kasar, dan sekarang lagi? Apa mereka terlalu menyukai tanganku, hingga sebegitu kuatnya mencengkram tanganku.

Aku menolehkan kepala dengan wajah dingin. Mataku memandang sinis penyihir tua ini.

"Apa masalahmu? Ini bukan urusanmu, ini urusanku, ini hidupku. Jangan mengatur seolah kau orang penting didalam hidupku. Kau tau? Kau hanya parasit didalam hidupku!" Ucapku dengan dingin.

Dia hanya diam membisu. Tak mengucap satu kata pun, namun matanya memandang tajam mataku. Seakan tak mau kalah, aku pun melakukan hal yang sama.

Kuhempaskan tangannya dengan kasar, untuk apa memegang tanganku terlalu lama. Tanganku terlalu mahal untuk disentuh orang seperti dia.

"Selamat malam, dan ku harap kau memikirkan kata-kataku." Ucapku sambil berlalu dari hadapannya.

'Brak'

Kututup kasar pintu kamarku. Masa bodoh pintu itu akan hancur atau tidak. Yang terpenting aku bisa melampiaskan kekesalanku.

Kuhempaskan tubuhku dengan kasar diatas kasurku yang menjadi saksi bisuku selama ini.

Bukan karena apa, namun sudah terlalu lama aku mencurahkan semua isi hatiku diatas kasurku.

Mungkin aku aneh, bukannya menulis di buku diary seperti yang orang-orang lakukan. Namun, aku hanya melampiaskannya di atas kasurku.

Saksi yang melihat kepedihan hidupku selama ini. Saksi yang mendengar betapa pilunya hidup yang ku jalani. Saksi yang hanya bisa mendengar dan tak mampu mengucapkan apa-apa.

Kupandangi langit langit kamarku, lukisan bintang yang bernuansa glow in the dark membuatku tenang. Aku memang sengaja memberi efek itu untuk langit langit kamarku.

Karena, tidak mungkin untukku melihat bintang di langit. Cahaya gedung terlalu terang untukku bisa melihat bintang. Aku akui, aku tidak mengerti dengan astronomi. Namun, kegiatan ini sudah sering aku lakukan sejak kecil. Mengingat itu, membuatku sedih.

Dulu, aku melihat bintang yang bertaburan indah di angkasa bersama kedua orang tuaku. Namun sekarang, bintang itu perlahan menghilang, bersamaan dengan menghilangnya kedua orang tuaku.

___________________________________________

Hai hai, maaf ya baru update sekarang. Hihihi. Ngelanjutin cerita ini juga antara mau sama engga😂

Efek paksaan temen, ya gini lah jadinya. Huhuhu

Makasih yang udah baca ini cerita. Maklumin aja ya kalo rada gajelas gitu. Masih amatir dd.

- 161116 -

Believe It !!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang