Chapter. 21

252 15 0
                                    

Zulfa dan Arbani berjalan kaki menuju rumahnya karena Arbani yang hanya berlari mengejar Zulfa.

"Apa kamu gak capek jalan kaki? Kita bisa naik bus atau taxi," ucap Zulfa setelah melihat Arbani kelelahan.

"Capeknya tidak akan terasa jika jalannya dengan kamu."

"Ihh apaan sih kamu, mulai deh."

"Aku gak mulai kok, ini emang beneran asli."

"Udah ahh, coba kamu kejar aku."

"Jangan main lari-lari, entar kamu jatuh gimana?"

"Kajar aja dulu."

"Kalau aku bisa nangkap kamu, aku dapat apa?" Tanya Arbani yang mulai berjalan kearahnya.

"Dapat apa ya? Terserah deh mau kamu apa, yang jelas kamu tangkap aku dulu," sambil berjalan mundur.

Zulfa memutar tubuhnya lalu berlari meninggalkan Arbani yang masih berdiri dan tak habis fikir, ia akhirnya mulai mengejar Zulfa yang telah jauh darinya.

"Auuuwwwww!!!" Rintihan Zulfa.

"Nah kan, kamu jatuh, kamu sih bandel," ucap Arbani lalu berlari ke arah Zulfa.

Arbani melihat lutut Zulfa yang terluka dan menghapus darahnya dengan sapu tangannya yang berwarna pink.
Pandangan Zulfa kini terfokus oleh sapu tangan yang di pegang oleh Arbani.

"Tunggu deh, kok sapu tangan itu kayaknya aku kenal ya?" Sahut Zulfa lalu mengambil sapu tangan itu dari tangan Arbani.

"Ah masa sih? Perasaan kamu aja kali, kan yang kek gini banyak."

"Tunggu! Coba aku liat dulu."

Zulfa memperhatikan sapu tangan itu dan memeriksa bagian bawah, lalu melihat inisial namanya.

"Nah benerkan! Ini punya aku," ucap Zulfa.

Arbani tidak bisa berkata apa-apa tentang penjelasan sapu tangan itu.

"Ban, jawab aku, bagaimana bisa sapu tangan ini ada sama kamu? Apa jangan-jangan. . ." Ucap Zulfa sambil menunjukka jari telunjuknya ke depan Arbani.

Arbani menunduk dan memberi tahu semua tentang sapu tangan itu.

"Jujur, emang aku yang nolong kamu pada saat itu, bahkan hampir beberapa kali, di saat aku SMA kamu dan SMA aku bakal study tour, aku merasa sangat senang tapi aku tidak berharap lebih untuk bisa sedekat ini dengan kamu, hanya saja waktu yang membiarkan semua ini terjadi."

"Apa maksud kamu menolong aku?"

"Aku tidak bermaksud apa, karena aku tau jika kamu orang yang sangat susah untuk di ajak bicara, saat aku menolong kamu saja, kamu gak nanya ke aku tentang siapa aku, aku juga bisa jamin kalau kamu tidak ingat wajah aku."

"Firasatku benar, bahwa pertemuan itu, bukan pertemuan pertama kalinya, entah mengapa aku bisa begitu yakin, mulai dari sentuhan tangannya, matanya dan bau tubuhnya," Batin Zulfa.

"Kamu marah yah?" Tanya Arbani.

"Terima kasih untuk semua yang kamu lakukan," lanjut Zulfa dengan memeluk Arbani.

"Sama-sama, aku ikhlas lakukan ini semua."

"Maaf, aku gak bisa kasih tau kamu tentang sms kamu yang stiap saat masuk ke ponselku, memang seharusnya kamu tidak perlu mengetahui itu semua," Batin Arbani.

"Kayaknya kita lama banget ya," ucap Zulfa.

"Kamu sih yang buat lam."

"Kok aku?"

Prince CharmingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang