Chapter. 20

249 15 3
                                    

Aku melanjutkan pelajaranku yang sempat tertunda tadi akibat menghubungi Arbani.

Tiiiiinnnnnnnngggg! Bel istirahat berbunyi, tandanya mengakhiri pelajaran hari ini.

Aku bergegas keluar kelas dan menunggu Arbani di depan pagar sekolah dengan membawa buku catatannya.

"Mana bukunya?" Ucap Arbani setelah tiba di sekolah Arbani.

"Ini," sambil menyodorkannya.

Arbani membuka buku itu dengan maksud memeriksa apakah catatannya telah selesai tetapi ia mendapati selembar kertas yang kelihatannya seprti sebuah surat.

"Ini apa?" Tanya Arbani padaku.

"Gak tau, baru liat juga," jawabku.

Arbani segera membuka surat itu dan mulai membacanya dengan suara keras agar aku bisa mendengat isi surat itu.

"Apa-apaan ini? Apa maksudnya Brian ngirimin kamu surat yang kek gini? Emang kamu punya hubungan dengan Brian di belakang aku?" Tanya Arbani padaku dengan nada yang cukup keras.

"Aku gak tau, kenapa bisa ada surat yang seperti ini di dalam buku kamu, aku gak ada hubungan apa-apa dengan Brian," jawabku dengan tertunduk karena takut dengan suara Arbani yang seperti sedang menggertakku.

"Apa perlu aku menghubungi Brian? Biar dia bisa ngejelasin ini semua?"

Aku hanya terdiam mendengar Arbani karena tidak ada yang bisa aku katakan.

"Kok kamu diam, jawab dong," dengan nada yang agak keras.

Aku mulai meneteskan air mataku, tanpai Arbani sadari ia telah membuatku ketakutan dengan Nada bicaranya.
Arbani meninggalkanku di depan gerbang sekolahku dan kuhanya terdiam di tempatku.

"Sudah, cowok emang kalau lagi emosi kek gitu," ucap seorang pria yang menepuk bahuku dari belakang.

Kupalingkan wajahku ke arah sumber suara itu.

"Dika!" Ucapku ketika aku melihat ternyata dika yang berada di belakangku, jelas saja aku heran karena selama ini aku dan dengannya tidak pernah saling menegur ataupun mengobrong bersama.

"Gak usah heran gitu dong, gue manusia kali, bukan hantu," ucapnya yang mulai membuatku tersenyum.

***

"Muka lo kenapa Ban?" Sahut Mila.

"Gue lagi kesel banget, coba nih kalian baca, gue nemu di dalam buku catatan gue," ucap Arbani sambil menunjukkan surat itu kepada teman-temannya.

"Kok Brian ngirimin surat Zulfa kek gini," ucap Mila.

"Sini coba gue baca," sahut Prilly dengan mengambil surat itu di tangan Mila.

"Wah, ini gak bener nih, gue yakin Ban, ini kayaknya ada yang nyoba ngejebak Zulfa dengan surat ini," ucap Prilly setelah membaca surat itu.

"Jangan mentang-mentang Zulfa sepupu lo Ly, lo bisa ngebela dia seenaknya."

"Beneran Ban, gue kenal banget Zulfa itu kek gimana, selama ini Zulfa gak pernah cerita tentang Brian ke gue."

"Coba deh lo selidikin dulu Ban, jangan langsung ngambil kesimpulan gitu," sahut Aliando.

Arbani mulai berfikir dan mempertimbangkan ucapan dari teman-temannya.

"Iya ya, gue kan udah lama banget kenal Zulfa, Prilly juga bener, gak mungkin zulfa bakal ngianatin gue, sekalipun Zulfa emang suka sama Brian pasti Zulfa bakal cerita ke Mamanya tapi ini gak," Batin Bani.

Ia mencoba kembali membaca surat itu dan menganalisa tulisannya.

"Sekarang gue tau, ini kerjaan siapa," sahut Arbani.

Prince CharmingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang