1st Melody

90 3 0
                                    

A/N: hi!!! Balik lagi dengan sad story!! Kali ini tokoh utamanya si kelinci, Jeon Jungkook. Semoga kalian suka ya!! Happy reading!!!
----

Piano.

Kata benda itu terasa sangat sakral di telinga seorang lelaki bernama Jeon Jungkook itu. Benda dengan puluhan tuts hitam dan putih yang terlihat sangat mewah dan cantik baginya. Namun, benda yang selalu bisa menciptakan setiap lagu indah itu menyimpan sebuah kenangan yang membuat dirinya berubah seratus delapan puluh derajat. Hidupnya berbalik begitu saja saat seseorang yang sanga ia cintai berubah dan pergi begitu saja dari hidupnya. Di depan piano yang selalu ia cintai, orang yang ia cintai mengatakan kalimat yang tak pernah ingin ia dengar. Orang itu meninggalkannya begitu saja… tanpa rasa bersalah.

Keys.

Jungkook selalu mengatakan pada orang yang sangat ia cintai itu bahwa ia memiliki kunci di hatinya. Ia mengatakan pada orang itu untuk menggunakannya. Yah… dia menggunakannya hingga orang itu masuk ke dalam hatinya. Sayang, Jungkook seharunya tak boleh cepat percaya pada orang lain. Orang itu masuk dalam hidupnya, diam, memberinya semua hal yang ia inginkan, membawanya terbang, dan… menghempaskannya begitu saja. Orang itu menghempaskannya saat semua yang dia inginkan sudah terpenuhi. Orang itu memanfaatkannya.

Betrayal.

Kata itu selalu terulang dan teringiang di telinganya. Menatap wajah seorang gadis yang tengah bernyanyi dengan suara merdunya dan tangan yang dengan lincah memainkan piano di depannya. Gadis yang sekarang menjadi top singer itu memberikannya kata jahat itu, pengkhianatan. Gadis berparas cantik itu mengkhianatinya, memanfaatkannya, dan membuangnya begitu ia mendapatkan semua yang ia inginkan. Menjadikan seorang Jeon Jungkook sebagai batu loncatan bagi karirnya. Jungkook tersenyum sinis saat melihat senyum manis gadis itu dari TV di depannya. Jungkook berubah. Ia bukanlah lagi lagu manis yang mengalun dari piano kesayangannya. Seseorang bermain dengan pianonya. Menekannya dengan sembarang dan membuatnya menjadi sebuah lagu aneh nan jelek yang memekakan telinga. Dia takkan pernah lagi menjadi lagu manis yang akan dipuji orang lain sekarang. Image seorang idol yang sangat ramah dan cute sudah lama berlalu darinya sejak gadis itu membuangnya begitu saja. Jungkook menjadi seorang idol dengan penampilannya yang sangat dingin, cool, and most of all… A sexy grown man. Semua gadis akan melakukan apapun untuk mendekatinya, namun tak satupun dari mereka yang sukses menarik perhatiannya.

Bzz… bzz

Jungkook menoleh pada meja di samping sofa yang ia duduki. Ia mengambil ponselnya yang tergeletak di sana lalu menatap layarnya. Kim Namjoon. Jungkook menghela napasnya lalu mengangkat panggilan dari leader-nya itu. Suara berat nan tegas laki-laki bernama Namjoon itu menggema di telinganya, menyuruhnya untuk segera bersiap untuk siaran musik mereka satu jam lagi. Jungkook hanya mendengus dan akhirnya melangkahkan kakinya menuju kamarnya. Yup! Sejak menjadi grup yang sangat terkenal setelah debut sukses mereka, mereka di izinkan untuk tetap tinggal di dorm atau memilih untuk tinggal sendiri. Dengan semua hal yang terjadi padanya dua tahun lalu, Jungkook memutuskan untuk membeli sebuah apartemen mewah di jantung Kota Seoul dan hidup seorang diri.

Keluar dari kamar mandinya dengan rambut yang sedikit basah, Jungkook meraih handuk dari rak yang ada di dekat pintu kamar mandi, mengeringkan wajahnya dengan cepat, dan akhirnya melempar handuk itu ke keranjang baju kotornya. Kakinya melangkah menuju lemarinya dan mengambil sebuah plain white  t-shirt, ripped jeans, topi hitam, dan leather jacket berwarna hitam kesukaannya. Ia membuka kaus hitamnya dan menampilkan perwakannya yang benar-benar well built dengan six packs abs di perutnya. Ia memakai setelah baju pilihannya dengan cepat sebelum meraih tas ransel hitamnya dan mengisinya dengan air mineral, dompet, tablet, Mac Book, sebuah music note, dan yang terpenting… ponselnya. Jungkook menutup tasnya dan mematikan lampu kamarnya lalu melangkahkan kakinya keluar dari kamarnya. Ia berjalan ke arah dapur dan mengambil sebuah sandwich dari meja makannya dan menggigitnya sambil berjalan ke luar apartemennya. Kakinya berhenti di sebuah pintu hitam yang dulu selalu menjadi tempat favoritnya. Di balik pintu berisi sebuah benda sakral yang sangat takut untuk ia sentuh kembali, piano. Ia terlalu takut jika ia menyentuhnya lagi, ia akan kembali mendapat kesialan yang sama seperti sebelumnya. Cukup. Sudah cukup satu gadis untuknya. Satu gadis yang sukses membawanya terbang tinggi dan akhirnya menghempaskannya begitu saja.

Piano || JJKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang