' Kalo nanti kita satu sekolah, berarti kita ditakdirin tuhan buat bareng bareng terus '
Kalimat itu terus mendatangi pikiranku, satu kalimat yang kupikir itu menyalahkan tuhan. Jadi jika kita tidak ditakdirkan bersama maka sudah saja tidak ada lagi perjuangan? Begitu? Jadi memang tuhan dan alam tak membantu begitu?
Ya aku anak berseragam putih abu yang baru satu hari menempati gedung sekolah yang baru. Satu ikatan dikepala , gelang yang kupakai di tangan kiriku, dan tak lupa sepatu converse yang sudah lusuh. Ya ini aku , Melodi wijaya.
Pagi ini memang sejuk, seperti halnya embun pagi yang singgah diantara daun, nikmat dihirup namun selalu saja terjatuh pada tiap rintikan nya.
Aku berjalan menuju sekolah , yap aku kesiangan.
Tapi biasanya aku selalu tepat waktu hanya saja semalaman aku memikirkan tentang hal yang selalu terbayang dalam benak sampai ahirnya aku bangun siang.
" Hei kamu, sini dulu " seorang petugas osis menyuruhku untuk menghampirinya.
Huh pasti aku akan di cap sebagai adik kelas tersongong hari pertama kesiangan dan ya itu pasti dicatat.
Aku berjalan menghampirinya
" Iya ka? " Aku mencoba pura pura pura tidak tahu apa yang terjadi.
" Kamu pura pura gak tahu ya? Ini jam berapa liat? Masuk perpus selama 1 jam pelajaran " petugas osis itu melihat nametag ku lalu mencatatnya.
Sial, ini hari yang amat sial, satu jam pelajaran di perpus? Sedangkan pelajaran pertama hari ini matematika pemintan, tuhannn.
Aku mengangguk dan berjalan menuju perpustakaan disebelah kelas XII IPA 4 .
Yeay untung saja perpustakaan itu sepi aku membawa buku sastra di salah satu rak, kemudian membawanya ke meja .
Ya aku suka sastra tapi nyatanya aku lebih menyukaimu, tapi nyatanya kau tidak. Agh lagi lagi memikirkan hal itu.
Aku duduk sembari membaca buku itu.
" Dihukum juga? " Lelaki berwajah putih, dengan memakai gelang disebelah kirinya, dan baju seragam yang dikeluarkan berbica padaku.
Aku menoleh dan membiarkan lembaran buku itu terbuka.
" Iya ka , hehe " aku tersenyum kecil padanya. Ternyata bukan aku yang hanya kesiangan , tenang nya hati ini.
Lelaki itu membawa sebuah buku dari rak , dan kemudian duduk tepat di depan ku.
" Gapapa ya duduk disini? " Lelaki itu menatap ku dengan tersenyum.
Aku hanya membalas nya dengan anggukan , lalu kembali menoleh buku.
" Suka sastra? "
" Iya suka , kaka suka sastra juga? " Aku bertanya dengan nada antusias, karna kupikir berbincang dengan orang yang menyukai sastra akan menyenangkan.
" Iya , apalagi kalo bikin puisi " lelaki itu tersenyum padaku.
" Pandu " lelaki itu menjulurkan tangan nya padaku.
" Melodi " aku tersenyum padanya sembari menerima juluran tangan nya.
" Suka sastra banget? " Lelaki itu berbicara padaku lagi
" Tidak juga, melodi suka baca baca novel " aku tersenyum padanya
" novel ? " ia tersenyum padaku sambil tertawa kecil.
Aku hanya membalas nya dengan senyum kecil. Tak ada gairah untuk membalas perkataan nya , soal cinta aku sudah lelah. Aku sudah tak ingin memegang nya lagi erat - erat, aku masih mencari dirinya saat ini, kau dimana? Akankah kita benar ditakdirkan bersama lagi?
Suara bel memecah suasana, menyadarkan ku akan lamunan. Akhirnya 1 jam pelajaran berlalu.
" Mau bareng keluarnya? " Lelaki itu berdiri dan merapihkan seragam nya, sembari tersenyum kepadaku
Aku tidak menjawab apapun, hanya anggukan yang mewakili perkataan ku. Kami berjalan menuju pintu perpustakaan.
" Duluan ya, hati hati di lorong banyak buaya " lelaki itu segera memakai sepatu dan berlari meninggalkan aku di depan pintu perpustakaan.
Entah rasanya malas sekali berkenalan lagi dengan lelaki, sekedar senyum mungkin sudah cukup untuk memberinya batas.
----------------------------------------------
Jangan lupa comment dan bintang
See you next time ❤
KAMU SEDANG MEMBACA
MELODI
Teen FictionSemenjak kamu datang, aku merasa bahwa kau selalu menuai rindu dalam setiap waktu, aku merasa bahwa semenjak kamu datang udara yang kuhirup seperti aroma yang selalu membuatku candu akan dirimu.