Angin semilir menerbangkan helaian rambutnya. Bintang tampak indah dari balkon kamar lea. Ia duduk di lantai balkon sambil menekuk kaki dan mendongak ke atas. Menatap bintang - bintang. Baru saja ia mulai merasa rileks, smartphone yang ia genggam bergetar menandakan sebuah notifikasi masuk.
"Hang out bareng, lo mau ikutan gak?"
Lea membaca chat dari tara, teman barunya di sekolah. Memperhatikannya lama, sambil berfikir ia ingin ikut atau tidak. Lalu ia membalas.
"Kemana?"
tak lama setelah itu notif balasan masuk dari tara."Art cafe, gue tunggu lo di sana. Jangan lama - lama oke?!"
Setelah membaca chat itu lea beranjak dari balkon dan mulai bersiap - siap berpakaian. Ia memilih mengenakan hotpants merah dengan kaos hitam di lapisi dengan jaket kulit diluarnya. Rambutnya ia gerai dan ia juga memulas lipstick merah terang di bibirnya. Like kind a bitch. I know that, and i dont care.
Lea menyambar smartphone dan kunci mobilnya di atas nakas lalu bergegas ke bawah. Ketika ia melewati ruang keluarga di lantai bawah ia melihat mama sedang nonton sinetron yang tidak pernah absen beliau tonton setiap malam.
"Mau kema le?" mamanya bertanya."Ini ma, lea mau keluar dulu bentar. Cari angin. Bosen di kamar terus."
"Ya udah, pulangnya jangan kemaleman ya nak." lalu mama kembali melanjutkan tontonannya.
"Oke ma, ga bakal lama - lama kok"
Lea mengemudikan mobil jazz warna silvernya ke arah art cafe. Ia memarkirkan mobil di pelataran parkiran lalu melangkah menuju cafe. Suasana cafe ramai oleh anak - anak muda seumurannya. Sepertinya mereka juga ingin menikmati malam dengan teman - teman mereka disini.
Lea celingukan mencari tara ketika seorang perempuan berkuncir kuda melambaikan tangan kepadanya dari meja yang berada di tengah - tengah ruangan cafe tersebut. Itu tara. Ia melambai sekali lagi sambil memanggil lea.
"Lea sini cepetan. Ya elaah, lama banget sih lo. Kita udah pada ngumpul di sini dari tadi." tara menarik lea ke arah meja dan memperkenalkan tara pada teman - teman lain yang duduk di sana."Perhatian semuanya. Kenalin ini lea, anak baru di kelas gue."
Seorang lelaki berambut berantakan tersenyum nakal dan hendak berkata ketika itu juga tara langsung mendahului.
"Gue tau daniel, lea emang cantik. Lo gue larang ngegodain dia. Ga boleh ganjen ama lea, siapa aja. Karena lea temen gue. Awas kalau ketauan gue gampar lo semua."
Sontak seluruh lelaki di meja itu berseru dan perempuan yang juga ikut ngumpul tertawa cekikikan. Lea tersenyum, tara memang keren. Ia suka sifat tara yang satu itu.
"Hai, kenalin semua gue lea." lea masih berdiri ketika ia memperkenalkan diri.
"Kita udah pada tau kok kalo nama lo lea, kan tara tadi udah bilang. Sekarang udah, duduk sini. Ga capek lo berdiri terus?" seorang gadis berambut pirang berkata pada lea sambil menepuk - nepuk kursi di sebelahnya, Menyuruh lea duduk.
"Gue carla, dari XI bahasa." gadis berambut pirang itu memperkenalkan dirinya. Lea mengangguk tanda mengerti.
"Lo liat cowo yang duduk di sana?" carla menunjuk seorang cowo.
"Yang mana? , yang pake kaos biru pucat di pojokan carl?" lea bertanya memastikan.
"Bukan, bukan jack. Tapi cowo yang di sebelahnya. Yang duduk di tengah - tengah. Antara jack sama si daniel, yang tadi ngegodain lo."
"Oohh, cowo yang lagi minum cola? Emang kenapa carl?" lea bertanya lagi.
"He's hot right? Gue bakalan ngerelain jajan gue sebulan kalau andaikan gue bisa nge date seharian penuh ama dia." carla menatap cowo itu dengan pandangan memuja.
"Dia emang ganteng sih, tapi bukan tipe gue. Lo bisa aman, ga bakalan gue tikung kok." lea tertawa sambil nyengir menatap carla.
Carla mencibir sambil mendengus.
"Ya kali kalau dia mau, orang dianya masih susah move on." carla berbicara sambil membuang muka."Gagal move on maksud lo? Emang cewenya kenapa? Minta putus?" tanya lea ingin tahu.
"Cewenya meninggal. Empat bulan yang lalu. Kanker darah." carla berbicara santai. Tampak tidak peduli. Tapi pancaran matanya berkata lain. Matanya menyampaikan kesedihan yang sengaja di sembunyikan. Lea merasa kasihan pada carla. Mencintai seseorang yang masih terpaku pada orang lain itu memang hal yang sangat menyebalkan. Lea pernah merasakannya. Maka dari itu ia sangat mengerti dengan keadaan carla.
Dari tipe orangnya, lea tau carla bukan tipe orang yang suka di kasihani. Lagi pula siapa juga yang suka di kasihani? Maka dari itu ia mengubah topik pembicaraan ke arah yang lebih ringan.
"Poor carla, masih tahan aja lo melototin tu cowo dari tadi." lea mencoba bergurau ringan.
"Sialan lo le. Tapi gue suka gaya lo." carla menyeringai lebar.
Sudah sekitar setengah jam'an lea duduk dan mengobrol dengan teman - teman barunya. Ternyata mereka orangnya asik dan easy going semua. Lea dengan mudah masuk dalam pembicaraan. Bahkan tak jarang juga lea juga ikutan melemparkan joke yang di tanggapi heboh oleh mereka semua. Lea senang berada dalam ruang lingkup ini. Sampai ketika seorang lelaki datang. Lea langsung terdiam di tengah pembicaraannya. Ia terpaku pada sosok itu yang tengah berjalan mendekat ke meja mereka. Sontak teman - teman yang lain juga mengikuti arah pandangan lea.
"Hai leo, sini deh. Ngumpul bareng ama kita - kita. Kamu kenapa telat sih? Aku kan udah lama nungguin." aime, itu nama gadis yang baru saja berbicara. Lea mengernyit tidak suka ketika mendengar nada menggoda di dalam suara aime.
"Apaan si lo me, jijik tau gak." carla menyeletuk.
"Biarin, suka - suka gue dong. Gue mau ngapain juga bukan urusan lo kan." aime berkata pedas. Mata sipit keturunan jepangnya semakin sipit membentuk garis lurus. Aime memang cantik. Tapi sifatnya membuat lea antipati terhadap gadis itu.
"Serah lu deh. Ga peduli gue. Dasar nenek lampir mata segaris." carla menjawab acuh dan kembali menyantap chiken katsunya.
"Lo apaan sih carl, cari masalah lo ama gue?" aime mulai terpancing emosi. Tetapi tara segera menengahi
"Udah - udah, diam semuanya. Carla, aime! Lo berdua pleasee. Bisa gak, sehari aja gak berantem? Capek nih telinga gue denger ribut - ribut lo berdua." tara menceramahi. Lalu tara beralih berbicara pada leo
"Yo, kenalin ini lea. Anak baru di kelas kita tadi pagi. Lo ingetkan? Jangan bilang lo lupa. Lo emang kebiasaan ngelupain semua hal" leo mengangguk lalu menatap lea lekat.
"Gak, gue gak lupa kok. Gue inget namanya lea. Alea widyanata."
Lea mulai gugup lagi. Jantungnya berdebar kencang. Bahkan walaupun sudah dua tahun lamanya ia masih tetap tidak bisa mengendalikan ritme detak jantungnya ketika bersama cowo itu.
"Iya, itu nama gue. Ngg, tadi kalau ga salah nama lo leo kan ya?" akhirnya lea bisa menyampaikan satu kalimat tanpa terbata - bata karena gugup.
"Gue yakin lo udah tau nama gue jauh sebelumnya le. Jangan pura - pura lupa dan gak kenal sama gue. Lu gak tau gimana kosongnya hidup gue dua tahun ini tanpa lo. Gue rindu ama lo le."
Dan dunia lea berubah hanya dengan sebuah kalimat dari seorang leo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Double L
Teen Fictionlea sungguh tidak memiliki niat untuk bertemu dengan lelaki itu lagi. tapi seakan mempermainkannya, takdir menuntunnya untuk bertemu dengan lelaki itu sekali lagi. di waktu dan keadaan yang berbeda. memberinya pilihan sulit yang akan mengubah jalan...