part 4

69 10 0
                                    

Lea duduk di kantin sambil menyeruput teh panas yang ia pesan. Ia memutuskan untuk duduk di kantin sampai bel masuk berbunyi. Ia tidak ingin ke kelas dan bertemu dengan leo lagi. Ia tidak tahu harus bagaimana saat bertemu leo nanti. Jujur jika ditanya ia masih menyukai leo atau tidak maka jawabannya adalah iya. Tetapi masa lalu pahit yang di berikan leo padanya sungguh membuatnya takut dan trauma. Ia takut hal itu akan terjadi lagi. Ia hanya tidak ingin tersakiti lagi. Sehingga membuat hati dan pikirannya menjadi plin - plan. Ia tidak bisa menentukan pilihannya dengan benar. Melupakan dan menganggap leo tidak ada, atau mencoba memulai hal baru dengan lelaki itu dengan resiko besar akan kembali tersakiti.

Lea menghela nafas lalu menghembuskannya dengan perlahan. Berharap dengan melakukan hal itu bisa membuat dirinya lebih baik. Dadanya masih berdenyut - denyut sakit. Dan setiap helaan nafas yang ia ambil masih tersendat - sendat karena habis menangis. Ia mulai melamun lagi ketika lintasan - lintasan masa lalu pahitnya dengan leo kembali berputar seperti rekaman video.

Dirinya dan leo pernah berpacaran dua tahun yang lalu. Saat itu Lea adalah seorang murid perempuan supel dengan kaca mata tebal yang hobinya adalah membaca. Walaupun ia kutu buku, ia tetap bergaul baik dengan lingkungan sosialnya. Hapus pikiran bahwa semua anak kutu buku berkaca mata tebal adalah anak korban pembullyan. Karena lea tidak pernah di bully sekalipun seumur hidupnya.

Suatu hari tiba - tiba saja leo datang dan meminta dirinya untuk menjadi kekasih lelaki itu. Lea yang memang sudah menyukai leo dari awal melihat lelaki itu saat MOS langsung menerima leo tanpa berpikir. Satu Minggu jadian, sikap acuh leo pada lea tidak terlalu di permasalahkan oleh gadis itu. Lea selalu berusaha berpikiran baik. Mungkin leo masih berusaha untuk terbiasa dengan status baru mereka. Dua Minggu pacaran, leo masih tetap acuh dan lea masih mencoba untuk bersabar. Minggu ketiga, keempat dan seterusnya. Sampai pada usia hubungan mereka yang ke dua bulan, bertepatan dengan tanggal ulang tahun lea. Gadis itu mengundang leo kerumahnya untuk merayakan ulang tahunnya. Tapi leo menampiknya dengan alasan bahwa ia telah lebih dahulu membuat janji dengan teman - temannya.

Dengan perasaan kecewa lea masih bersabar. Ia mencoba untuk menyemangati dirinya sendiri bahwa setidaknya ada mama, papa, abang dan teman - temannya yang merayakan hari kebahagiaannya bersama dirinya.

Setelah sekitar setengah bulan setelah kejadian itu, berhembus kabar bahwa leo kembali balikan dengan mantan kekasihnya. Saat mendengar kabar itu Lea merasa seperti disiram oleh air dingin. Tetapi lea masih berusaha optimis, mencoba berfikir bahwa berita itu hanyalah gosip. Maka dari itu Lea berinisiatif untuk meminta penjelasan langsung dari leo sepulang sekolah. Tetapi apa yang di dapatkannya setelah itu sungguh mengejutkan.

Lea mendapati leo sedang bersama bunga. Kakak kelasnya yang mendapat gelar perempuan tercantik seangkatannya. Bunga adalah mantan kekasih leo sebelum leo berpacaran dengan lea. Dengan perlahan lea mencoba melangkah dan bersembunyi di balik dinding pilar untuk melihat dan mendengar lebih jelas apa yang tengah mereka bicarakan.

"Leo, aku masih cinta sama kamu. Kamu tahu itu. Aku nyesel udah mutusin kamu, aku janji. Walaupun sekarang kita udah beda skolah kita bakalan tetap terus berhubungan. Aku bakalan mertahanin hubungan ini. Aku janji leo."

Bunga, gadis itu berbicara pada leo. Seirama dengan wajahnya yang rupawan. Suaranya juga halus dan merdu. Tipikal suara yang enak di dengar. Hal itu makin memperjelas sejauh mana perbedaan antara lea dengan bunga. Bagaikan langit dan bumi.

Dengan jantung berdebar - debar lea menunggu jawaban leo. Lea menduga leo akan menolak dan menampik perasaan kakak kelasnya itu. Karena leo sudah menjadi pacar lea. Tapi jawaban leo selanjutnya membuat hati lea hancur. Benar - benar hancur sampai lea tidak dapat memperbaikinya lagi.

"Aku juga sayang sama kamu bunga." leo menjawab perkataan kakak kelasnya itu dengan penuh perasaan. Lea dapat mendengar suara leo melirih, mengungkapkan perasaannya pada perempuan cantik itu.

Sudah cukup. Ia ingin pergi, leo benar - benar brengsek. Jika laki - laki itu masih mencintai mantannya itu. Mengapa leo meminta lea untuk menjadi kekasihnya. Apakah lea hanya pelarian lelaki itu saja? Sungguh lea tidak tahu apa alasan di balik tindakan - tindakan yang di lakukan lelaki itu terhadapnya.

Mata lea mulai mengabur karena linangan air mata. Ketika ia berbalik untuk pergi tidak sengaja ia tersandung dengan kakinya sendiri. Untuk sesaat lea kehilangan keseimbangannya, untunglah ia tidak terjatuh. Tetapi buku - buku yang sedari tadi di pegangnya terjatuh dan menciptakan kegaduhan. Membuat percakapan dua orang yang sedari tadi lea intipi terhenti dan teralihkan kepada lea.

Lea berbalik, melihat ke arah leo. Ekspresi kaget tercetak jelas di wajahnya. Lalu di susul mimik muka bersalah, lea muak melihat wajah lelaki itu. Niatnya tadi yang ingin kabur pergi kini berbalik, ia menghampiri kedua orang itu. Lebih melangkah mendekat pada leo. Ketika leo mulai bisa mengendalikan keterkejutannya ia berbicara.

"Lea..."

Namun perkataan leo terhenti saat lea mengangkat sebelah tangannya. Mengisyaratkan kepada leo untuk berhenti berbicara.

"Ga usah ngomong apa - apa lagi yo. Aku ngerti. Aku rasa aku ga sanggup lagi. Kita putus."

Dan begitu saja akhir dari hubungan mereka. Hati lea hancur. Setelah memutuskan leo, lea pindah ke bandung. Menyusul abangnya yang baru berkuliah di sana selama satu semester. Awalnya mama tetap tidak mengijinkan. Tetapi melihat lea yang benar - benar seperti hilang arah akhirnya mama luluh dan memperbolehkan lea pindah ke bandung. Lea memutus semua koneksinya dengan seluruh teman sekolahnya di Jakarta. Menghapus semua macam jenis akun sosial medianya yang lama dan menggantinya dengan yang baru. Juga termasuk nomor telponnya. Hanya keluarga intinya yang ia perbolehkan untuk mengetahui nomor telfon barunya. Dan ia juga meminta mama untuk tidak memberikan Nomor telponnya kepada siapapun termasuk teman - temannya di sekolah lamanya.

Dan baru sekitar sebulan yang lalu lea kembali ke Jakarta atas permintaan mama yang katanya kesepian sendirian di rumah. Lea sungguh tidak menyangka bahwa ia akan satu sekolah dengan leo, bahkan bisa sampai satu kelas. Takdir benar - benar sedang mempermainkan dirinya. Ia benci keadaan ini.

"Hai, lagi ngapain? Sendiri aja nih?"

Lea mengangkat kepalanya yang sedari tadi ia tekurkan ke meja. Wajah tampan seorang lelaki menjadi pemandangan berikutnya. Itu deva. Masih ingatkan? Cowo yang menunjukkan ruang tu pada lea di hari pertamanya sekolah kemarin.

"Oh hai Dev, iya gue sendiri. Males aja di kelas, sepi. Mendingan di sini, bisa nge teh dulu." lea berkata sambil menunjukkan secangkir tehnya pada Deva.

"Gue boleh duduk di sinikan?" Deva bertanya pada lea.

"Boleh aja kok. Sambil temenin gue ngobrol. Bosen juga gue di sini sendirian dari tadi." lea berkata riang

Mereka bercerita tentang segala hal sampai bel masuk berbunyi. Deva ternyata orang yang menyenangkan. Selera humor lelaki itu tinggi. Mereka bercerita seperti teman lama yang baru saja reunian. Padahal mereka baru kenal dua hari. Saking senangnya lea menghabiskan waktu bersama deva, ia sampai tidak sadar bahwa sedari tadi mata tajam seseorang mengawasi mereka berdua lekat dengan kemarahan yang terpantul dari matanya.

***

 Double LTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang