Alone #4

809 37 0
                                    

"Ketemu lagi kita.." Pria itu tersenyum miring.

Hania mengernyit tidak suka. "Siapa?"

"Loh? Lupa? Gue Raga."

Raga menarik kursi secara asal kemudian duduk di samping Hania dengan badan menghadap pada gadis itu.

Hania refleks menarik kursi yang ia duduki agar bergeser menjauhi Raga yang terlalu dekat dengannya.

"Oh."

Raga mengangkat sebelah alisnya, "judes banget." Matanya memandang Hania dengan dalam, membuat gadis itu bergerak tidak nyaman.

"Ngapain di sini?" Tanya Raga.

"Makan."

Raga menoleh ke samping, dimana seorang pria dewasa tengah menatap dingin kearahnya.

"Dia sedang makan bersama saya." Arkan kembali berbicara dengan nada datar.

"Mana?" Raga menatap ke atas meja yang masih kosong dengan mimik wajah yang menyebalkan, seolah-olah pria itu berkata 'Makan apaan? Kosong begini.'

"Tuh!" Hania menunjuk ke arah ibu-ibu yang berjalan menghampiri mereka dengan nampan di tangannya, berisikan makanan pesanan Hania dan Arkan.

Raga ikut menoleh, lalu berdecak pelan saat ibu itu sudah menyajikan makanan di atas meja.

"Lo beneran sama dia?" tanya Raga saat ibu itu sudah pergi. Wajahnya menghadap pada Hania, namun tatapan tajamnya terarah pada Arkan yang masih menatapnya dingin.

Hania mengangguk. "Iya." Mata gadis itu terpaku pada makanan yang tersaji di hadapannya. Tidak berniat untuk melihat wajah yang tengah mengajaknya bicara.

Raga kembali menatap Hania sesaat, "oke, kalo gitu." Pria itu bangkit dari duduknya, mengembalikan kursi yang tadi ia duduki kembali ke tempat semula dengan cara menendangnya, kemudian berbalik pergi tanpa mengucapkan apapun lagi.

"Teman kamu?"

Hania yang tengah memandang punggung Raga yang berjalan ke arah pintu dengan tatapan tidak suka, langsung melirik Arkan.

"Bukan." Jawabnya disertai gelengan kecil.

"Terus?"

"Enggak terus."

"Kamu--"

"Aku mau makan. Laper." Potong Hania dengan langsung melahap makanannya tanpa menghiraukan Arkan yang terus memandangnya.

^*^*^*

"Makasih."

Arkan menoleh, "ya." Balasnya singkat.

Hania terdiam. Semenjak kedatangan Raga tadi, pria itu tidak banyak bicara. Hania jadi merasa canggung. Untung saja lift berdenting tidak lama kemudian.

Hania melangkah keluar dari lift, dan menyadari jika Arkan tidak mengikutinya. Hania berbalik. Arkan menatapnya datar.

"Sekali lagi, makasih Kak." Hania tersenyum tipis.

Arkan hanya mengangguk kecil. Pintu lift kembali tertutup, membuat Arkan menghilang dari pandangannya.

Hania menghela nafas lelah. Hari yang panjang. Bagus sekali. Ia bertemu dengan dua pria asing dalam waktu satu hari. Walaupun Arkan tidak bisa dikatakan orang asing, mengingat pria itu tinggal di sebelah rumahnya saat dulu.

Hania menyayangkan kedatangan Raga yang tiba-tiba, membuat suasana berubah seketika. Hania berdecak pelan sebelum masuk ke dalam apartemen.

"Baru pulang?"

Hania terlonjak, membalikkan tubuhnya dengan cepat.

"Kak?" Matanya melotot. Tidak percaya dengan keberadaan Rava di depannya.

"Ya?"

Detik berikutnya, Hania memekik girang sambil berlari menghampiri pria jangkung yang tengah berdiri di tengah ruangan itu dan langsung memeluknya erat. Membuat keduanya terhuyung ke belakang beberapa langkah.

"Kangen!" ucap Hania pelan.

Rava memeluk pinggang ramping Hania tak kalah erat. Sesekali Hania melompat kecil dalam pelukannya sambil terus mengatakan bahwa ia sangat rindu.

Perlakuan manja Hania membuatnya tersenyum sedih, merasa bersalah karena telah meninggalkan adik perempuannya tinggal sendirian di Jakarta, jauh dari jangkauannya.

Rava mengecup pucuk kepala Hania dengan lembut, semakin mengeratkan pelukannya pada gadis itu, berusaha menghilangkan rasa rindu yang kian membludak.

"I miss you.. So bad." Bisiknya pelan, tepat di samping telinga Hania.

^*^*^*

Hania tengah memakai sepatu sekolahnya saat Rava keluar dari kamar mandi. Pria itu berjalan ke sofa sambil menggosokkan handuk pada rambutnya, berupaya agar rambutnya bisa kering lebih cepat.

"Mau kakak anter gak?" tanya Rava.

"Engga usah."

Rava melihat jam dinding yang terletak di atas TV. "Engga kepagian berangkat jam segini?"

Hania melirik jam yang melingkar di tangannya sekilas. "Engga, kok.. Biasa juga jam segini, kan." Hania bangkit dari duduknya, menyalimi Rava.

"Besok libur kan? Kita main ke luar." Rava menahan Hania dengan tidak melepas genggamannya.

Hania terdiam untuk sesaat. "Boleh. Berangkat dulu ya." Hania melambaikan tangannya sebelum menutup pintu.

Hania menekan tombol lift, menunggu sambil memainkan ponsel. Pintu lift terbuka, menampakkan beberapa orang di dalam. Hania masuk dengan kepala tertunduk.

Saat lift mulai bergerak turun, Hania merasakan seseorang menyenggol lengannya pelan. Hania mengadah dan mendapati Arkan berdiri di sampingnya dengan senyuman tipis.

"Eh, Kak." Hania tersenyum canggung.

"Sekolah?"

"Iya." Hania melangkah ke luar saat sudah tiba di Lobi, diikuti beberapa orang bersetelan kantor di belakangnya.

Hampir sebagian penghuni Apartemen yang ditinggali oleh Hania adalah para pekerja. Sehingga sangat jarang melihat orang berlalu-lalang di dalam apartemen dengan menggunakan seragam seperti dirinya.

"Mau saya antar?"

Hania menoleh dengan cepat. "Apa?"

Repost 29-03-19

ALONE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang