Alone #6

675 35 0
                                    

^*^*^*

Hania masuk ke dalam kelas dengan wajah tertunduk, ia tengah menahan rasa kesalnya pada pria bernama Raga. Bisa-bisanya pria itu terus mengikutinya sampai depan kelas.

Hania sangat bersyukur karena teman sekelasnya belum banyak yang datang. Hanya ada Andre, seperti biasa. Dan juga Arya yang sudah sibuk dengan ponselnya di bangku pojok.

"Lama banget nyampenya." Cetus Arya pelan sambil menyingkir, membiarkan Hania untuk duduk.

"Ke mana dulu?"

"Bukan urusan lo!" jawab Hania ketus.

Arya menoleh pada Hania dengan malas. "Ditanya baik-baik, jawab juga harus baik-baik. " Ucap Arya pelan sambil kembali memainkan ponselnya, namun masih bisa didengar oleh Hania.

Gadis itu menghela nafas lelah. "Ada gangguan tadi."

Arya menoleh dengan cepat, raut wajahnya menunjukkan bahwa ia terkejut luar biasa.

"Lo ngomong sama gue?" tanya Arya memastikan.

Hania mengangkat sebelah alisnya bingung, "menurut lo?"

"Gila. Gue kira lo enggak bakal nanggepin gue." Arya terkekeh pelan. "Gangguan apaan?"

"Bukan urusan lo."

"Ck, mulai lagi." Arya mendengus malas lalu kembali memainkan ponselnya, berusaha untuk tidak bertanya apapun lagi kepada Hania.

"Han! Istirahat gue tunggu di kantin ya!"

Hania melonjak kaget dari duduknya saat seseorang menyembulkan kepala dari jendela yang berada tepat di samping kepala Hania.

Matanya melotot saat menyadari bahwa sosok itu adalah Raga yang tengah menyengir lebar padanya.

"Sial!" umpat Hania pelan saat sosok itu sudah berlalu pergi dengan cepat.

^*^*^*

"Cepet banget bacanya, Han?" Ibu Anitha, penjaga perpustakaan di sekolah Hania tersenyum manis padanya.

"Iya, bu, kemaren sengaja ditamatin sekaligus bacanya, biar bisa pinjem yang baru." Hania balas tersenyum.

"Rajin banget."

Hania hanya menanggapinya dengan senyuman tipis, lalu pamit untuk menyusuri rak-rak buku untuk meletakkan kembali novel yang ia pegang ke tempat semula dan mencari novel baru yang menurutnya menarik.

Hania tengah asyik memilih buku yang berjajar rapi di rak khusus novel saat seseorang menepuk bahunya.

"Hei!"

Hania menoleh dan kemudian menahan nafas saat tahu bahwa Arsenlah yang menepuk bahunya.

"Ya? Kenapa?" tanya Hania gugup.

"Lo yang kemaren pinjem buku Garis Waktu kan?"

"Ah? Oh, iya."

"Udah selesai bacanya? Gue mau baca."

"Udah, udah gue taro di tempat kemaren." Jawab Hania cepat.

"Di mana?"

"Di sana!" tunjuk Hania ke arah belakang cowok itu.

Arsen mengikuti arah yang di tunjukkan oleh Hania dan kembali menatap Hania sambil tersenyum manis.

"Thanks." Ucapnya pelan, kemudian berlalu meninggalkan Hania yang sedang menutup wajahnya yang memerah dengan novel yang ia ambil secara acak dari dalam rak.

"Gue cariin, taunya di sini."

Hania menoleh cepat ke belakang dan menabrak dada seseorang hingga membuatnya oleng, untunglah seseorang itu menahan pinggangnya agar tidak terjatuh.

"Ceroboh banget ini cewek."

Hania mendongkak dan mendapati Raga tengah menatapnya datar.

Hania langsung melepaskan cekalan pria itu di pinggangnya dengan kasar. "Ngapain lo?" tanya Hania pelan namun penuh penekanan.

"Gue nyariin lo dari tadi, gue tunggu di kantin gak nongol-nongol."

"Gue enggak bilang mau ke kantin!" ucap Hania geram.

"Taunya di sini sama si berengsek." Raga menatap Arsen dengan dingin, tidak menghiraukan Hania yang tengah melotot padanya.

"Siapa yang lo bilang berengsek?!"

Raga menunjuk Arsen dengan dagunya.

Hania ikut menoleh dan mendapati Arsen tengah membolak-balikkan buku di tangannya.

"Dia gak berengsek!" ucap Hania tambah geram.

"Oh ya?" tanya Raga meledek. "Kek tau kelakuannya aja lo."

Raga pun menarik tangan Hania keluar dari perpustakaan.

^*^*^*

"Nih." Raga memberikan sekantong keresek berisikan dua buah roti dan satu kotak susu pada Hania, yang hanya di balas dengan tatapan datar.

"Ambil." Raga mengayunkan keresek itu ke depan wajah Hania.

Hania refleks memundurkan kepalanya menjauh, "buat apaan?" tanya Hania ketus.

"Buat dimakanlah. Jam istirahat udah abis. Lo bisa makan ini di kelas nanti."

"Gue bawa bekal." Tolak Hania halus.

"Yaudah, gue buang aja kalo gitu."

"Eh! Sinting lo ya! Sini!" Hania merebut keresek itu kasar, kemudian berlalu melangkah memasuki kelas dengan wajah kesal, meninggalkan Raga yang tengah tersenyum sambil menatap ke arahnya.

^*^*^*

Hania duduk termenung di dalam kelas, tatapannya tertuju pada keresek yang Raga berikan padanya tadi pagi.

Bel pulang sekolah sudah berdering sejak 15 menit yang lalu. Arya juga sudah pulang, meskipun sebelumnya pria itu mengajaknya pulang bersama, yang tentu saja ia tolak mentah-mentah.

Hania tidak habis fikir, mengapa ia menerima pemberian Raga begitu saja? Sudah jelas bahwa sedari awal, ia tidak menginginkan sebuah pertemanan. Namun yang ia lakukan terhadap Raga dan Arya, secara tidak langsung ia telah membuka celah kepada mereka untuk bisa berteman dengannya.

Hania mengacak rambutnya kasar, merasa kesal pada diri sendiri yang bisa-bisanya hilang kendali.

Hania menghela nafas lelah, lalu memasukkan buku beserta pulpen yang berserakan di atas meja dan memasukkan keresek itu ke dalam tas dengan kesal.

Hania bangkit dari duduknya dan berjalan melangkah menuju gerbang sekolah, meninggalkan kelas. Posisi kelasnya yang tidak jauh dari gerbang membuatnya bisa melihat parkiran yang sudah terlihat sepi dengan jelas.

Saat sudah berada di luar sekolah, ia baru saja hendak melangkah menuju halte saat seseorang memanggil namanya.

Hania menoleh, kemudian dahinya berkerut saat melihat Arkan tengah berdiri di samping mobilnya di sebrang jalan.

"Ngapain dia di sini?"

^*^*^*

Repost 10-05-19

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 11, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ALONE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang