CHAPTER 1

286 41 36
                                    

13 Years ago...

Dua gundukan besar dari tanah itu kini telah tinggal dengan tenang dua jiwa yang membawa pergi semua rahasia kehidupan mereka. Tanpa ada celah sedikitpun yang mampu merusaknya.

Sepasang mata tak hentinya menangis meratap kepergian dua jiwa yang telah tenang itu. Membuat setiap orang yang melihatnya dapat merasakan betapa menderitanya gadis kecil nan manis itu mengantar kedua orang tuanya ketempat peristirahatan terakhir. Dengan didampingi sang kakak yang terus berusaha menenangkannya meskipun hal serupa juga menerpa dirinya.

"Omma.., appa..." Rintihnya pilu.

Hingga senja menyapa, gadis itu tetap berada pada sisi dua gundukan tersebut. Sesekali masih terdengar isakan kecil yang keluar dari bibir mungilnya. Entah sampai kapan ia akan berhenti dan beranjak dari posisinya. Namun dirinya tidak sendiri, ia ditemani sang kakak yang sebenarnya tanpa ia sadari masih setia berdiri dibelakangnya menatap dirinya, rapuh.

Jauh dibagian belahan bumi barat sana, seorang pemuda remaja 14 tahun harus berjuang melawan maut yang menimpanya. Bersamaan dengan kesedihan gadis kecil tersebut, pemuda remaja itu meneteskan air matanya dalam ketidakberdayaannya seakan turut serta merasakan apa yang dirasakan gadis kecil itu, hingga mengejutkan dokter yang saat itu tengah merawatnya. Entah apa yang terjadi padanya.

Hollywood, 07.35

Laki-laki itu berperawakan tinggi dengan garis wajah yang terbilang sempurna. Wajah tampan dengan hidung mancung dan sorotan mata tajam. Mampu membuat para gadis jatuh dalam pesonanya hanya dalam hitungan detik. Kim Taehyung. Atau kebanyakan orang mengenalnya dengan sebutan V, entah apa maksudnya. Ekspresi wajahnya selalu dingin dan serius dengan mata cokelat terang yang terlihat sangat jernih. Cerminan khas Asia yang tertanam dalam sosoknya yang tegas dan berwibawa. Figure yang sekilas akan terlihat seperti patung-patung manekin kebanyakan.

"Letakkan semua data yang telah diperbaharui diatas mejaku." Ucap Taehyung dan segera sambungan telepon itu terputus secara sepihak darinya. Dengan langkah pasti dirinya menuju mobil sport Blue Porsche GT pribadinya yang telah terpakir sempurna dihalaman rumah mewah yang merupakan pemberian orang tuanya selama ini.

Mobil itu melaju cepat disepanjang jalanan kota Hollywood dan bergabung dengan mobil-mobil lain yang saat itu turut melintas. Hanya dalam waktu beberapa menit kini mobil itu kembali terparkir sempurna didepan sebuah gedung pencakar langit yang sangat megah. Semakin memberikan kesan antik pada mobil tersebut terlebih saat sang pemilik menapaki kakinya. Tidak perlu waktu lama, hampir seluruh pegawai yang bekerja berbaris rapi menyambut hormat putra penerus dari pemilik gedung yang merupakan Blue World Inc. yang sangat dikenal diseluruh dunia. Sebuah kebiasaan yang sengaja ia terapkan di negeri Paman Sam ini untuk tidak melupakan adat negeri Asianya.

"Sir, seluruh berkas yang anda katakan sudah ada diatas meja." Sambut seorang laki-laki berperawakan 180 sentimeter diujung lobi ruangan megah itu dengan senyum khas dalam menyapa atasan yang pada kenyataannya lebih muda satu tahun darinya.

Sudut bibir Taehyung terangkat membentuk sebuah senyuman ringan yang sangat tipis dan tidak akan ada yang mampu mengetahuinya kecuali Namjoon asissten pribadinya yang lebih dikenal dengan nama Rapmon. Seseorang yang telah mengabdi untuk perusahaan dan terutama dirinya selama enam tahun belakangan ini. Seorang teman dan juga hyung bagi dirinya semenjak pertemuannya pertama kali dibangku sekolah menengah. Seorang pria cassanova yang sangat mahir dalam menaklukkan hati seorang gadis.

Dengan langkah tenang Taehyung berjalan menuju lift yang dikhususkan untuk dirinya dan petinggi perusahaan sambil diikuti Namjoon yang sejak tadi setia mengiringi setiap langkahnya menuju ruangan yang merupakan singgahsananya. Hanya butuh waktu beberapa detik saja kini kedua namja tampan itu telah menapaki kakinya dilantai 25 gedung itu. Tingkat penghujung gedung tersebut yang hanya diisi oleh beberapa ruangan petinggi perusahaan.

"Kabar apa yang ingin kau sampaikan padaku, hyung?" Tanyanya setelah memasuki ruang kerja pribadinya.

"Apa tidak masalah saat ini kau memanggilku seperti itu?" Ucapnya sambil mengambil tempat untuk duduk di depan meja kerja yang terbilang cukup besar.

"Kau lupa kita ada dimana? Kau lupa ini ruanganku hyung? Ada berapa gadis yang memberimu alcohol semalam hingga kau lupa ruanganku?"

"Hey hey, tuan Taehyung! Aku memang penakluk wanita, tapi bukan berarti aku pemain wanita-wanita itu. Dan satu hal, aku masih waras dan akan tetap waras walaupun meminum banyak alcohol. Tidak seperti dirimu. Satu gelas saja kau sudah mabuk. Parah!" tangkas namjoon yang cukup mempermalukannya jika ada orang lain yang mendengarnya saat itu.

"Arra.. arra! Cepat katakan apa yang ingin kau sampaikan." Balasnya menyerah untuk mengakhiri perdebatan kecil mereka sambil mengaktifkan seperangkat komputer dihadapannya. Ia tidak ingin pagi harinya rusak hanya karena perdebatan kecil dengan pria berlesung pipi itu.

"Ini, untukmu. Lusa kau harus kembali ke Korea dan mungkin tidak akan kembali lagi ke negara ini. Dan ini perintah dari ayahmu."

Seketika aktifitas Taehyung terhenti sesaat setelah mendengar perkataan Namjoon. Bukan karena tiket pesawat yang tergeletak indah diatas meja kerjanya, karena Ia yakin ayahnya hanya ingin memasyarakatkan dirinya meskipun ia memiliki pesawat pribadi. Tetapi ada masalah apa hingga dirinya harus kembali ke negara tersebut dan tidak diizinkan untuk kembali ke negara yang sudah cukup lama menjadi rumah kedua baginya ini? Bukankah saat itu orang tuanya yang memaksa dirinya untuk turut ikut menetap di negara paman sam ini? Sekelebat pertanyaan mulai bermunculan memenuhi otak Taehyung.

"Wae?" dan hanya satu kata tersebut yang mampu mewakili pemikiran-pemikirannya saat ini.

"Molla. Tadi malam beliau meneleponku melalui ponsel Seokjin hyung dan hanya mengatakan itu. Sepertinya ada hal penting." Ucap Namjoon sebelum akhirnya menghilang dibalik pintu yang terlihat kokoh dihadapannya.

***

Taehyung menghentikan segala aktifitasnya. Ia bangkit dan kini berdiri didepan jendela tak jauh dari meja kerjanya yang dibiarkan terbengkalai. Memperhatikan pemandangan dengan banyak pikiran yang berkecamuk dalam otaknya. Taehyung berbalik kembali menuju meja kerjanya menarik amplop yang berisi tiket pesawat itu dan menatapnya tanpa minat.

Berapa lama dia sudah meninggalkan Korea? 8 tahun? 10 tahun? Atau justru 13 tahun? Ah ya, dia ingat. Tiga belas tahun bukanlah perjalanan waktu yang singkat baginya untuk melupakan segala kenangan di negara tersebut. Kenangan masa-masa kecilnya dulu yang entah seperti apa. Kenangan yang pada akhirnya benar-benar ia lupakan setelah kejadian yang nyaris saja merenggut dirinya dan membuat dirinya menjadi seperti ini. Seorang yang dingin terhadap siapapun dan apapun yang dianggapnya sangat tidak penting, termasuk wanita. Dan perlu digaris bawahi, dirinya bahkan terkesan anti terhadap perempuan. Bukan berarti ia tidak menyukainya, tapi yah, baginya gadis-gadis yang datang padanya itu hanyalah benalu. Mereka hanya menginginkan harta dan harta kemudian derajat atau status dengan level tinggi. Sejauh ini yang diketahui orang-orang hanya ada dua wanita yang dekat dengannya, ibunya dan juga seorang kakak perempuan. Selebihnya orang-orang hanya mengenalnya sebagai Kim Taehyung si workaholic.

Jika memang dirinya harus kembali,akan terasa sangat sia-sia segala usaha yang telah dicapainya saat ini meskipun kantor pusat perusahaannya berada di Seoul, tanah kelahirannya. Segalanya pastilah akan terasa asing dan berbeda baginya.     


Segini dulu Chapter 1 nya... Kritik dan saran diterima dengan senang hati..

Maaf kalo mungkin-mungkin ceritanya flat aja..

Tunggu kelanjutannya ya..^^    

Sebagai gambaran ruangan Taehyung, ini aku kasi fotonya

Sebagai gambaran ruangan Taehyung, ini aku kasi fotonya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
The Emptiness and RegretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang