CHAPTER 9

78 14 9
                                    


Maaf baru bisa posting lanjutannya sekarang setelah sekian lama hiatus ^^

HAPPY READING

###

Seminggu berlalu terasa sangat lambat bagi gadis kecil nan manis itu. Selama seminggu itu pula dirinya tidak pernah lupa untuk berkunjung ketempat peristirahatan terakhir kedua orang tuanya. Membawakan dua tangkai bunga kesayangan dan bercerita tentang apa yang dilaluinya. Sesekali tangannya menyeka pipi putihnya yang berlinang air mata.

Ia tersenyum. Ya, ia tersenyum meskipun hatinya sangat sakit jika teringat bagaimana kedua orang tuanya menjaga keluarganya. Ia tersenyum mengingat saat dimana ia dan keluarganya tertawa bahagia. Ia tersenyum walau kini hanya mampu mengenang segalanya. Dan ia akan terus tersenyum hingga kebahagiaan itu kembali padanya.

New York, Downtown Hospital

Pertama kalinya pemuda remaja itu membuka mata. Menyapa dunia dengan segenap rasa sakit yang entah mengapa menghantam dirinya begitu kuat. Bukan tubuhnya yang terasa sakit, karena bahkan saat ini saja tubuhnya terasa kebas. Tetapi lebih pada batinnya yang berteriak kesakitan mengingat tangis seseorang yang terlintas dalam memorinya saat dirinya dalam keadaan koma. Dan air mata yang jatuh dari mata indah yang meneduhkan itu.

"Anakku, syukurlah kau sadar."

"Adik, bagaimana keadaanmu?"

Tangis seorang wanita paruh baya pecah tatkala dirinya membuka mata. Begitupun dengan suara lembut khas gadis belia menyapanya. Perlahan ia mencoba melihat kearah sumber suara itu. Ibunya menangis haru sambil menggenggam tangannya erat. Ya, ia tidak mungkin lupa pada sosok yang telah melahirkannya dan sosok yang berdiri tegap pada sisinya ibunya, ayahnya. Dan seorang gadis cantik yang merupakan kakak tersayangnya.

###

Pagi adalah saat sang surya memberikan kehangatan pada kehidupan bumi. Saat setiap manusia kembali membuka mata setelah menikmati damainya malam. Eunri segera terbangun dari tidurnya. Hari ini ia terbangun didalam kamar yang terasa asing baginya. Kamar yang penuh dengan nuansa hitam dan putih dengan sedikit dihiasi ornament berwarna cokelat muda pada dindingnya.

Sebenarnya ini bukanlah kali pertama baginya untuk terbangun didalam kamar itu. Hanya setelah perpisahan dan kejadian memilukan beberapa tahun silamlah dirinya mulai melupakan segenap kenangan yang pernah terjadi ditempat tersebut. Dahulu ia pernah terbangun didalam kamar tersebut bersama seorang anak laki-laki yang seumurannya. Seorang anak laki-laki yang selalu ada untuknya disaat suka maupun dukanya. Seorang anak laki-laki yang selalu memberikan kenyamanan untuknya. Bahkan memberinya pelajaran tentang arti dari sebuah penantian dan cinta yang saat itu sangat tidak lazim bagi anak usia sepuluh tahun.

Eunri bangkit dari tidurnya. Meneliti kembali setiap sudut kamar yang tidak begitu banyak perubahan. Hanya beberapa furniture yang terlihat berbeda dari yang dilihatnya tiga belas tahun silam. Dirinya mulai beranjak dan berjalan perlahan menyusuri setiap sudut kamar nan cukup luas itu. Hingga langkah kaki kecilnya terhenti saat tatapannya menangkap sebuah figura yang tergantung pada salah satu sisi dinding. Menampilkan sosok yang telah lama dirindukannya, Kim Taehyung. Sosok yang kini sangat berbeda jauh dari apa yang diketahuinya sebelumnya.

"Benarkah kau Kim Taehyung yang aku kenal?." Lirihnya sambil mengusap lembut benda tak bernyawa tersebut.

Tak berapa lama, Eunri segera berlari kecil menuju meja rias dimana sejak semalam tergeletak tas tangan miliknya. Gadis itu mengeluarkan seluruh isi tas tersebut mencoba menemukan suatu benda yang sangat berarti baginya. Sesuatu yang mengingatkannya akan kenangan terakhir masa lalunya bersama anak laki-laki yang kini telah resmi menjadi suaminya.

The Emptiness and RegretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang