CHAPTER 5

119 22 8
                                    

WARNING!

TYPO BERSERAKAN DIMANA-MANA!


Waktu telah menunjukkan pukul delapan malam. Tanpa terasa dua jam sudah Eunri menghabiskan waktu hanya untuk berdandan atau lebih tepatnya didandani, karena pada dasarnya Eunri bukanlah tipe gadis yang suka berdandan. Ia justru lebih terkesan cuek dan tidak peduli terhadap penampilannya.

Gadis itu terpaksa menahan kekesalannya saat beberapa penata rias mulai menata penampilannya. Tidak hanya itu, ia lebih menahan amarahnya terhadap sang kakak yang tidak memberitahu bahwa dirinya akan diperlakukan seperti ini. Jika saja tidak ada Ahra bersamanya mungkin saat itu telah terjadi peperangan kecil antara si perias dan dirinya. Hanya karena dirinya menghormati Ahra, pada akhirnya ia hanya bisa pasrah atas perlakuan yang diterimanya hingga tiba sebuah mobil kembali datang untuk menjemput mereka dan mengantarkan mereka pada tempat yang tidak lama lagi akan merubah hidup mereka.

***

"Nona, kita sudah tiba dirumah." Ujar Jang Ahjussi yang merupakan salah satu supir kepercayaan keluarga Kim kepada dua gadis yang sejak tadi lebih banyak berdiam diri selama perjalanan.

"Ne, kamsahamnida ahjussi." Balas Ahra dan Eunri bergantian.

Baru saja kedua gadis itu menapaki kakinya, masing-masing mereka telah disambut oleh seorang pelayan yang siap mengantarkan mereka menuju sebuah tempat yang sama sekali tidak mereka ketahui. Namun perasaan aneh mulai menggeluyuti Ahra setelah dirinya memasuki rumah orang tuanya yang kini disulap menjadi sangat berbeda. Entahlah, dirinya hanya merasa sesuatu akan terjadi padanya, mungkin. Dan benar saja, rumah orang tuanya kini telah berubah menjadi sebuah aula yang megah dan penuh dengan teka-teki didalamnya.

***

"Ada apa sebenarnya ini, hyung?" Ujar Taehyung memulai pembicaraan saat dirinya memasuki kediaman yang cukup lama ditinggalkannya itu. Menyalurkan rasa penasarannya yang cukup mencuri perhatian untuk beberapa saat.

Bagaimana tidak? Dia memang sudah lama tidak mengunjungi rumah ini, tetapi bukan berarti otaknya melupakan seluruh seluk-beluk tempat itu. Ia bahkan masih sangat hapal dimana ruang tamu dan ruang berkumpul keluarganya berada. Lalu kenapa saat ini ia justru tidak menemukan tempat yang dimaksud? Dan yang terlihat oleh pandangannya saat ini adalah sebuah ruangan yang disulap layaknya sebuah aula dan dipenuhi oleh beberapa orang yang sama sekali tidak diketahuinya.

Munafik memang jika ia mengatakan sama sekali tidak mengenal orang-orang tersebut. Tetapi setidaknya kalimat itu yang dapat mewakili maksud hatinya saat ini. Pasalnya hanya ada beberapa orang saja yang dikenalnya dan sedang mencoba tersenyum semanis mungkin untuk menarik perhatiannya. Dan ingat! Hanya beberapa orang yang bahkan dapat dihitung dengan jari sekalipun. Selebihnya? Pria itu lebih memilih untuk tidak memikirkannya.

"Molla. Tetapi sepertinya akan ada acara besar."

Prok..,prok..,prok...

Suara tepuk tangan para tamu terdengar riuh dan cukup menggema di dalam ruangan. Dari kejauhan terlihat seorang pria paruh baya menuruni anak tangga bersama seorang wanita dengan usia yang tidak berbeda jauh darinya. Berjalan beriringan menuju pertengahan ruangan dengan senyum yang tidak luput dari wajahnya.

"Selamat malam kepada para tamu yang telah bersedia hadir pada acara ini. Suatu kehormatan bagi kami atas kehadiran anda semua untuk keberlangsungan acara ini."

Tae Joon menarik napas dalam-dalam berusaha meredam rasa gugup dan khawatir yang secara tiba-tiba menyerang dirinya. Tidak pernah sekalipun ia merasa seperti ini. Bahkan rasanya lebih gugup dan khawatir daripada kegagalan dalam pengajuan saham dan tender.

The Emptiness and RegretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang