PROLOG

383 18 4
                                    

Jika saja kamu tahu perasaanku, akankah kamu membalasnya? Membalasnya dengan cintamu, seperti dia yang kamu balas dengan sepenuh hati?


***

"Kak Aldi lagi apa di sini?" tanya Vea, lalu duduk di sebelah seseorang dengan gitar dipangkuannya.

Kini mereka berada di taman belakang sekolah, jam sudah menunjukan pukul 15.20. Itu artinya sudah 20 menit yang lalu bel pulang sekolah berbunyi. Keadaan sekolah sudah sepi, hanya tinggal beberapa murid yang masih memiliki kepentingan.

"Hai. Gue lagi iseng mainin gitar aja sih sebenernya. Mau dengerin?"

"Boleh, Kak"  Vea mengangguk antusias. Aldi mulai memetik gitarnya pelan.

When I was younger I saw my daddy cry
and curse at the wind.
He broke his own heart and I watched
as he tried to reassemble it.

And my momma swore
that she would never let herself forget.
And that was the day that I promised
I'd never sing of love if it does not exist.

Aldi punya suara merdu yang enak didengar, apalagi dipadukan dengan petikan gitar yang halus. Vea merasa melting.

Aldi membuat Vea jatuh dalam pesonanya.

But Darling,
You are the only exception.
You are the only exception.
You are the only exception.
You are the only exception.

Aldi menatap kedalam mata coklat Vea, seolah-seolah lagu ini memang hanya dinyanyikan untuk gadis itu. Vea merasa perutnya mulas, seperti ada banyak kupu-kupu berterbangan. Vea menarik nafas, jantungnya berpompa lebih cepat. Rasa-rasanya Vea ingin berteriak sekarang juga, tapi dia menahannya dan memilih menggigit bibir bawahnya.

You are the only exception.
You are the only exception.
You are the only exception.
You are the only exception.

I'm on my way to believing
And I'm on my way to believing

(Paramore - The Only Exception)

Setelah selesai, Aldi tersenyum menatap Vea. Rona merah menjalar di pipi Vea, sebelum membalas senyuman Aldi.

"Menurut lo, gimana lagu itu kalo gue nyanyiin buat Bella sahabat lo?" ujar cowo itu langsung. Gitarnya lalu diletakan di samping kursi taman.

"Be-Bella?" tanya Vea tak percaya. Dia tidak mungkin salah dengar kan? Dia kira lagu itu memang untuknya. Tapi nyatanya, Aldi hanya meminta pendapatnya untuk Bella?

Vea merasakan gemuruh sesak di dadanya. Sesak hatinya bagai tertohok oleh beribu-ribu benda tumpul. Airmata sudah berada di pelupuk matanya, siap terjatuh kapanpun. Setelah diterbangkan setinggi langit, lalu dihempaskan ke jurang yang paling dalam. Miris.

"Iya, ya sebagai tanda maaf dan terimakasih karena udah nyatain perasaannya. Jadikan gue tau, kalo selama ini cinta gue ga bertepuk sebelah tangan sama dia." jelas Aldi dibarengi kekehan diakhir kalimatnya.

Penuturan singkat itu membuatnya menegang. Bagai disambar petir, ternyata sahabatnya juga menyukai Aldi.

Lalu, kenapa selama ini Bella menutupi semuanya dari Vea? Pertanyaan-pertanyaan aneh pun muncul. Seperti bagaimana mereka bisa dekat? Bagaimana cara Bella menutupi semuanya dari Vea? Bagaimana bisa Bella menyatakan cintanya duluan kepada Aldi? Dan masih banyak pertanyaan bagaimana yang ada dipikiran Vea. Membuat gadis itu merasakan bingung dan sesak secara bersamaan.

Vea percaya sekarang. Jika orang yang paling berbahaya justru bisa saja seorang sahabat, bahkan bahayanya bisa melebihi seorang musuh.

Mata Vea semakin berkaca-kaca. Dan dengan sekuat tenaga dia menahan tangisnya di depan cowo yang dia suka. Jika dia menangis maka itu akan mempermalukannya. Setelah menarik nafasnya perlahan dan menengadah, akhirnya ia berhasil menguasai dirinya sendiri. Vea menatap bola mata Aldi.

"Selamat ya Kak, Bella pasti suka. Kalo gitu aku tinggal nunggu PJnya aja. Hehe." jawab Vea dengan cengiran khasnya. Bodoh, pikir Vea merutuki dirinya sendiri.

"Thank, ya Ve. Tenang aja, gue pastiin kalo lo dapet traktiran kalo gue jadian." ujar Aldi sambil mengacaki rambut hitam Vea. Dan Vea lagi-lagi harus menahan tangisnya agar tidak pecah. "Kalo gitu, gue duluan ya. Ada rapat OSIS sore ini." lanjut Aldi berdiri dan mulai berjalan menjauhi Vea.

Vea mengangguk, sambil mengamati punggung lelaki yang kian menjauh meninggalkannya.

Semakin punggung itu menjauh, semakin ingin airmatanya keluar.

Dan tangisnya pun tidak bisa dia bendung lagi. Kini dia biarkan airmatanya jatuh meluruhi pipi putihnya. Vea menepuki dadanya berharap rasa sesaknya akan hilang. Walaupun dia tau, bahwa sekeras apapun dia berusaha menghilangkan rasa sakit di hatinya. Rasa sakit itu tidak akan mudah hilang, karena lubang yang dia terima lagi-lagi cukup dalam.

***

Cafè Rosto, Jakarta Pusat

Malam ini, Vea memasuki kafe yang biasa dia datangi bersama sahabat-sahabatnya. Tadi dia mendapati pesan dari Cia, kalau mereka semua sudah menunggunya. Mereka berkumpul untuk mendengarkan curhatan Vea tentang kejadian sore tadi.

Kali ini penampilan gadis itu benar-benar berantakan. Mata sembab, rambut berantakan, dan bahkan masih ada sisa-sisa airmata di pipinya.

Sahabat Vea -Key, Cia dan Vina-menatap bingung ketika Vea sampai di meja kafe yang telah mereka pesan. Bahkan setelah Vea berhasil duduk di kursi kafe. Wajahnya langsung ia tangkupkan dimeja.

"Lo kenapa sih, Ve?" tanya Vina bingung, tangannya sibuk memainkan sedotan.

"Ve, cerita dong. Lo bilang tadi ditelpon gabakal mau nangis lagi." ujar Cia sambil mengusap kepala Vea lembut.

Vea mendongak, dan mengambil tissue yang terdapat di meja. Dia mengelap sisa-sisa airmata dan cairan dihidungnya.

Key yang duduk disebelah Vea mengusap bahunya pelan. Walaupun dia sendiri bingung dengan apa yang terjadi. Sambil sesekali menggarukan kepalanya dengan pulpen berbulu ungu yang selalu dia bawa.

Setelah kira-kira 5 menit Vea menenangkan diri. Dia pun mulai menceritakan semuanya. Semua yang membuat hatinya sesak. Semua kejadian yang ia alami, tanpa ada yang terlewati.

Vea benar-benar bertekad untuk melupakan dan menjauhi Aldi, kakak kelasnya. Dan menjaga jarak dengan Bella, sahabatnya.

Mungkin pada akhirnya, semua akan berubah. Tidak ada lagi Vea yang menatap Aldi dari jauh. Tidak ada lagi Vea yang selalu mencari cara agar bisa dekat dengan Aldi. Dan tidak ada lagi Vea dan Bella yang selalu bersama.

***

AvealynTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang