Days 5

15 4 0
                                    

Vincent POV

Semua yang terjadi kemarin memang berlalu dengan sangat cepat dan tak terduga. Kedatangannya yang tiba tiba, sosoknya, dan lain lain. Tapi untuk hari ini, sosoknya ada kali ini. Sosok aslinya benar benar ada untuk kali ini. Tak ada rasa hawa menyeramkan keluar dari tubuhnya. Hanya yang ada kulit putih semakin memucat.

Sudah seringkali kupertanyakan keadaannya. Apakah dia benar-benar baik-baik saja atau tidak? Tapi dia tetap enggan untuk menjawab. Hanya dengan gelengan dan senyum kecil ia menjawab "jika kuberitau, aku akan sangat takut". Memangnya apa yang membuatnya ketakutan begitu, ya?

Sudah berapa lama aku menatapnya yang tetap bercanda tawa dengan teman sebayanya dikelas. Ia terlihat semakin bersemangat sekali. Aku bahkan tak tau kenapa ia bisa bersemangat seperti itu. Apa dia punya seseorang yang membuatnya sangat bahagia? Apa ada seorang lelaki dalam hatinya hingga membuat kupu-kupu dalam tubuhnya beterbangan? Apakah-- tunggu. Kenapa pikiranku melantur kemana-mana, sih?! Segera kugeleng-gelengkan kepala. Berharap pikiran tadi menghilang begitu saja

Suara bel tanda masuk telah berbunyi. Rencana kepala sekolah adalah untuk berlajar terlebih dahulu diluar kelas setelah itu kita diperbolehkan untuk kembali mempersiapkan festival nanti yang akan buka pada jam sepuluh pagi.

Langkah kaki bersuara hak tinggi terdengar dengan jelas sekali. Sontak para murid sekelas yang awalnya seperti kapal pecah langsung duduk ditempat masing masing yang sudah dibereskan seperti cafe sederhana disana.

Pintu tergeser dengan pelan. Menampilkan sosok wanita paruh baya dengan rambut cokelat sebahu masuk dengan wibawanya

"Selamat pagi, Mrs.Refi" sapa semua orang dalam kelas senang. Yah, guru wanita ini adalah wali kelas kami. Dan beliau memang sangat mudah untuk berkompromi. Jadi sudah kupikirkan apa rencana dalam pikiran seluruh murid dalam kelas. Mereka minta tak ada pelajaran sejarah untuk pelajaran nya Mrs.Refi.

"Wah, kalian benar-benar bersemangat menyambutku. Kurasa ibu tau maksud kalian" dengan senyum merekah ia berkata dengan enteng didepan kelas. Ia memperhatikan tiap sudut kelas lalu termanggut-manggut. Seolah puas dengan hasil kerja kami

"Tak ada pelajaran sejarah, yah, Mrs?" Tawar salah satu temanku. Wajahnya benar-benar memelas. Kami sekelas benar terkikik geli melihatnya

"Haha," Mrs.Refi juga ikut tertawa pula mendengar hal seperti itu. Dugaanku dan Mrs. Refi begitu tepat bukan? "Baiklah. Ibu mengerti... karna kalian salah satu kelas dengan jadwal padat karna untuk mengurusi dua event cukup sulit. Drama dan kafe? Kalian benar-benar murid kebanggaan ibu, lho!"

Para murid sekelas tersenyum bahagia. Sangking bahagianya ada yang sukses meneriakkan kata yes! Hanya karena hal ini. Aku? Aku hanya tersenyum mendengar hal ini. Ini sebuah apresiasi tentunya. Hal itu membuatku senang pula

"Sebelum itu.. kenalkan ada murid pindahan. Perkenalkan diri ya?" Mrs. Refi mempersilahkan murid baru itu masuk kedalam kelas. Rambutnya yang berwarna golden ke cokelatan bergerak lurus. Matanya berwarna hazel pun seolah menghipnotis kami kearah matanua yang sayu. Itu bawaan?

"Namaku Hazel Mountlers." Ia menghentikan ucapan perkenalannya sebentar. Lalu menarik nafas dengan santai. Seolah tak ada tanda grogi dalam dirinya "Salam kenal."

Tanda pengakhiran perkenalannya dengan kami semua terasa berat dan mengintimidasi, setidaknya itu yang kurasakan kali ini.

Sekelas begitu hening dengan hal ini. Aku juga tak tau kenapa bisa sampai seperti ini. Hingga suara tepuk tangan pelan memecahlan keheningan yang berlangsung selama beberapa menit. Tepuka pelan halus yang berasal dari Rufina. Aku bingung, tumben? Kenapa ia bertepuk tangan terlebih dahulu. Senyumnya mengembang ketika aksi tepuk tangannya selesai. "Salam kenal juga! Aku Rufina, mohon kerjasama nya, Hazel!"

7 Days [Slow Update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang