"Louis!"
"Apa ma?"
Dari tadi mama gue cuma manggil dari lantai bawah. Udah tau anaknya lagi tidur-tiduran di kamar, ditanya apa malah manggil lagi. Sial.
Tok tok tok
Akhirnya ngetok juga si mama. Ah jadi makin cinta sama istri papa.
"Buka aja ma," biasa juga ga ngetok.
"Louis? Kamu belum siap-siap?"
Mati. Ini bukan suara nyokap gue. Fix, Dennisa.
"E-eh, Dennis? Kok ga telefon aku dulu kalau mau dateng ke sini?"
Mati lah gue. Dennisa adalah pacar gue sekarang. Well, sebenernya gue gak benar-benar mengenal Dennisa.
Oke, untuk klarifikasi buat yang berpikir kalau gue hanya mempermainkan Dennisa, mari biarkan gue memberi penjelasan:
Namanya Alicia Denissa(Seneng banget ya gue kenal cewek huruf depannya A), biasa dipanggil Dennisa dengan panggilan kesayangan dari gue yaitu Dennis. Gue pacaran sama Dennisa dari akhir pekan musim dingin karena waktu itu gue deket sama Dennisa, Winnie pacarnya Nico, dan Nico pastinya. Sekian lama gue menjadi bahan perjodohan oleh Nico dan Winnie. Akhirnya dengan buah-buah bawa perasaan, dan nekat serta percaya diri yang tinggi, Dennisa nembak gue. Iya, Dennisa nembak gue. Bukan secara terang-terangan sih, gini kira-kira waktu itu:
flashback on
"Hahaha, sumpah ini gue dare ya Lou, jadi jangan marah!" Dennis datang tiba-tiba dengan wajahnya memerah.
"Apa?"
"Gue suka sama lo."
Gue ketawa kenceng banget, sampai gue sadar kalau saat itu Dennisa ga ketawa. Jadi?
"Kok lo diem aja?" tanya gue ragu dan akhirnya ikut diem.
Hening.
"Hahaha, muka lo lucu banget pas dadakan diem," Dennisa langsung menertawakan gue dengan segala hinaan yang terpancar dari wajahnya.
Ternyata dia ngerjain gue gitu.
"Yaudah apa lagi yang mau lo bilang?"
Hening.
"Lo mau ga jadi pacar gue?"
Gue tau itu dare. Gue tau. Dan karena tadi dia ngerjain gue, jadi gue langsung membalas hal yang sama juga.
"Mau."
Gue udah dengan mantabnya senyum ke Dennisa, sedangkan Dennisa malah gak memberi respon sama sekali.
Dan kemudian pipinya semakin merah dari yang pertama.
"Kok pipi lo merah?"
SKAKMAT!
flashback off
Dan setelah itu, gue dan Dennisa resmi pacaran walau ga pernah jelas kapan tanggal anniv gue dan Dennisa. Lebih tepatnya gue ga nyangka karena gue juga ga benar-benar membayangkan akan jadian dengan cewek idaman sekolah gue lewat insiden Truth or Dare.
Untuk mendeskripsikan Dennisa itu, dia orangnya easy going, asik, feminim, suka musik dan fashion. Suka banget belanja, hmm. Gak masalah sih, seharusnya gue juga ga perlu kaget karena gue udah tau kebiasaan itu dari mulut murid-murid di SMP gue. Yah, cuma gue ga bisa ngelak kalau gue tepar.
"Hey?!"
Dennisa menarik-narik baju gue yang ga mau lepas dari kasur.
"Dennis, kenapa ga belanjanya sama Winnie aja sih?"
"Ini kan mau beli baju promnight. Masa lulus SMP ga ada yang berbeda gitu penampilannya."
Tuhkan liat sendiri gimana Dennisa.
"Tapi aku lagi males banget, Dennis."
"Yaudah kalau gitu. Aku belanja sendiri aja. Jangan salahkan ya kalau baju prom-nya couple sama cowok lain," katanya dengan sarkarme terampuh ala Dennisa.
"Dan jangan harap ini cuma sarkasme biasa."
Nah?
KAMU SEDANG MEMBACA
Little Louis
Teen FictionNama gue Louis Vernon. Ok, ga penting. Sebenernya tulisan ini tujuannya... ga ada. Ya, cuma sebagian kecil tulisan dari hidup gue, terlebih kisah cinta gue. Dan kalau lo pikir cowok ga bisa baper. Lo salah! *** nb: ini bakal jd cerita random sepert...