Memory (Chapter 6)

1.3K 107 4
                                    

Kenangan itu tak selamanya indah..
Hal yang pahit itu juga sebuah kenangan..
Kadang kita ingin melupakan kenangan pahit, dan hanya mengenang hal-hal indah..
Tapi, sejatinya tidak ada kenangan indah yang hadir tanpa beriringan dengan kenangan pahit..

Salju tak lagi turun, begitu pula tangisnya hanya sesekali menetes, tapi hatinya masih begitu hancur berkeping-keping. Yeoja cantik itu sudah seharian ini hanya berdiam diri di kamarnya. Ia tak berniat untuk sekedar beranjak dari tempat pembaringannya, padahal diluar sana Eomma dan Appanya sedang berada dirumah. Mereka tampak keheranan dengan sikap Yoona yang terus mengurung diri di kamar, bahkan menyapa kepulangan Appa dan Eommanya saja tidak.

"Yoona, apa kau marah pada eomma?" Teriak wanita paruh baya dari luar pintu kamar yoona. Masih terlihat jelas gurat-gurat kecantikan wanita itu di umurnya yang sudah berkepala lima. Menandakan saat mudanya dia adalah gadis yang sangat cantik dan menjadi idola para pria.

"Ahjumma.. apa yang terjadi pada yoona?" Tanya Appa yoona yang sedari tadi acuh dengan sikap putrinya yang mengurung diri di kamar. Appa yoona masih nampak sibuk dengan pekerjaannya, ia tak pernah lepas dari ponselnya yang terus saja berdering menandakan panggilan masuk dari client-clientnya.

Ahjumma tampak menggelengkan kepalanya tanda tak mengetahui alasan putri majikannya berdiam diri di kamarnya, setau dia yoona selalu antusias jika Appa dan Eommanya pulang kerumah, dan yoona sudah menunggu kepulangan mereka sejak lama. Tapi, ahjumma tak mengerti kenapa yoona menjadi tertutup seperti ini dan sejak dia pulang kemarin wajahnya memang tampak penuh dengan airmata.

"Yeobo, apa yang terjadi pada yoona? Dia tidak mau keluar dan tidak mau makan sejak kemarin" Eomma yoona tampak mulai panik melihat putri satu-satunya bertingkah aneh seperti itu.

"Yoong.. keluar sekarang.. atau appa dobrak pintunya!" Teriak appa yoona sambil menggedor-gedor pintu kamar yoona.

"Ini semua salahmu yeobo" eomma yoona menyalahkan suaminya sambil memukul-mukul lengan suaminya. Suaminya hanya mengerutkan kening tanda tak paham dengan perkataan istrinya.

"Jika saja kau tak terlalu sibuk mengurusi pekerjaanmu, pasti yoona tidak akan seperti ini" Lanjut eomma kesal

"Bukannya yang harus disalahkan itu kamu, kamu ibunya, seharusnya kamu dirumah untuk mengurusi yoona, bukan sibuk dengan duniamu sendiri. Mulai sekarang tak usah bisnis dengan teman sosialitamu itu, lebih baik kau urus saja yoona" ucap appa dengan penuh amarah

"Lalu kau enak-enakan pergi sesuka hatimu, sedangkan aku harus berdiam diri dirumah ini" timpal eomma

Yoona yang mendengar keributan Appa dan Eommanya hanya bisa menangis, ia tak mengerti mengapa masalah hidupnya begitu berat. Mengapa tak ada satu orangpun yang bisa mengerti dirinya. Dan mengapa Appa dan eommanya seperti diperbudak oleh harta yang bukan milk mereka.

"Ottokhae..." Batin yoona pilu

***

Yoona beranjak dari tempat pembaringannya menuju kearah pintu. Wajahnya terlihat sendu, matanya tampak bengkak dengan airmata, penampilannya tampak berantakan. Benar-benar bukan yoona yang biasanya. Yoona memutar gagang pintu, kedua orangtuanya mengalihkan pandangan kearah yoona dan menghentikan perdebatan mereka.

Yoona menatap mereka dengan wajah sedihnya, "Yoona, kamu baik-baik saja?" Tanya eomma sambil berusaha merangkul yoona, tapi tangan ibunya langsung ditepis oleh yoona.

"Kukira kalian tidak tahu jalan pulang" ucap yoona getir dengan airmata yang masih menggenang. Eomma dan appa yoona saling bertatapan merasa bersalah pada yoona.

"Mianhae yoong, appa terlalu sibuk dengan pekerjaan appa.. Tapi kan kamu tahu, appa bekerja keras untuk kebahagiaan kamu yoong" ucap appa berusaha menghibur yoona.

"Benar yoong, kita melakukan itu untuk membahagiakan kamu, agar kamu tidak pernah kekurangan" timpal ibu yoona tidak mau kalah dengan suaminya.

Yoona menatap kedua orangtuanya dengan tatapan kesal, "Kebahagiaan? Kekurangan?" teriak yoona merasa tak percaya, "Apa yang kalian tahu tentang kebahagiaanku? Apa kalian tahu kenapa aku sangat terluka?" Tanya yoona lagi, yoona menggelengkan kepalanya, "Aku mohon appa jawab jujur, apakah harta yang appa miliki sekarang benar-benar milik appa? atau appa mengambilnya dari orang lain?" Ucap yoona yang membuat appanya bingung.

"Appa tidak mengerti maksudmu yoong?" Jawab Tuan Im dengan mengerutkan keningnya tanda ia tidak paham dengan perkataan yoona.

"Appa mengenal keluarga Choi?" Mendengar putri kesayangannya menyebut keluarga choi, Tuan Im dan Nyonya Im saling melemparkan pandangan heran. Mereka tampak berusaha mencerna arah pertanyaan yoona.

"Keluarga Choi Kiho" Tegas yoona sekali lagi. Tuan dan Nyonya Im masih terdiam, tampak keningnya mengkerut menandakan mereka mengetahui arah pertanyaan yoona.

***

Tuan dan Nyonya Im kembali mengingat kenangan masa lalu yang sudah berusaha mereka kubur dalam-dalam. Kenangan terpahit yang membuat semua kehidupannya berubah. Kenangan yang tak pernah lagi mereka bahas sejak 15 tahun yang lalu. Kenangan yang membuat Tuan Im harus bekerja keras hingga saat ini. Kenangan yang membuat Tuan Im harus rela meninggalkan istri dan anaknya untuk mengurus perusahaan sahabatnya. Kenangan yang teramat kelam karena ia lebih baik hidup miskin dari pada bergelimang harta seperti sekarang tapi ia harus kehilangan sahabat terbaiknya. Kenangan yang terus menghantui hidupnya karena semua berlangsung begitu cepat. Kenangan yang membuat dia selalu menyalahkan dirinya sendiri.

Kini, kenangan pahit itu harus kembali dia buka, karena putri kesayangannya harus menanggung semua derita akibat kelalaiannya. Kelalaiannya yang tidak segera menemukan anak dari sahabatnya, siwon. Kelalaiannya yang terlalu fokus pada kemajuan perusahaan dibanding mencari siwon. Kelalaiannya karena ia menganggap siwon tlah tiada. Semua kesalahannya, yang membuat siwon menjadi salah paham pada dirinya.

Sesal memang selalu berakhir belakangan. Dan kini, ia menyesal karena kebodohan dan kelalaiannya yang membuat semua usahanya selama ini menjadi berantakan.

"Jadi, bukan appa yang membunuh Tuan Choi Kiho dan istrinya?" Yoona kembali menegaskan cerita Appanya. Tuan Im menggelengkan kepalanya dengan penuh keyakinan. Yoona menghela nafas lega. Harapannya yang sempat pudar kini kembali melambung, lebih tepatnya harapan untuk terus bersama siwon.

***

Sejak hari dimana Tuan Im menceritakan semua kisah tentang keluarga Choi, yoona berusaha menghubungi siwon. Yoona berusaha untuk bertemu siwon agar ia bisa menceritakan secara detail apa yang terjadi antara keluarganya dengan keluarga siwon. Yoona juga ingin sekali mempertemukan siwon dengan Appanya, karena semua bermula dari kelalaian Appanya yang tidak bisa menemukan siwon kecil. Tapi, sejak hari dimana siwon wisuda S2 ia sama sekali tak bisa menemukan siwon. Ia sudah meminta tolong Tiffany dan yang lain tapi tak ada satupun yang tahu dimana siwon, bahkan Jessica pun tak mengetahui dimana siwon. Tuan Im juga sudah mengerahkan seluruh anak buah kepercayaannya untuk mencari siwon, tapi siwon tak bisa ditemukan dimanapun, bahkan rumahnya juga kosong. Siwon tiba-tiba menghilang, meninggalkan yoona dan segala teka-teki tentang keluarganya.

Yoona memandang layar handphone nya, membuka-buka lembaran foto siwon saat masih bersamanya. Kenangan indah dan pahit hadir saat bersama namja tampan itu. Jika diberi sebuah pilihan antara berpisah dengan siwon atau kehilangan jejak siwon selamanya. Maka, ia akan memilih untuk berpisah dengan siwon, setidaknya dia tahu bahwa siwon baik-baik saja.

"Siwon, dimanakah kamu?" Yoona bergumam lirih, merasa frustasi karena ia tak bisa menemukan keberadaan siwon.

***

Revenge And LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang