Empat

58 8 0
                                        

Minggu pagi yang cerah Dara sudah siap dengan setelan joggingnya. Ia terus menggerutu karena lama sekali menunggu Rendi yang katanya akan datang ke rumahnya untuk jogging bersama. Akhirnya ia memutuskan untuk datang saja ke rumah lelaki itu yang tidak jauh dari rumahnya.

"Eh, ada Neng Dara, mari masuk." Ujar wanita setengah baya mempersilahkan Dara untuk masuk. Beliau adalah pembantu di rumah Rendi. "Den Rendinya kalo gak salah masih tidur Neng, di kamarnya."

Tuh kan! Rendi benar-benar menyebalkan. Sengaja tadi Dara buru-buru bangun dan mandi dengan cepat hanya karena takut Rendi datang dengan cepat dan menunggunya. Tapi saat ini lelaki itu malah dengan tidak tahu dirinya tertidur pulas di atas kasurnya. Melihatnya membuat Dara ingin segera menelan bulat bulat lelaki itu.

'Plakk!'

Tanpa ba-bi-bu gadis itu menampar pipi Rendi dengan keras membuat ia mengerjap kaget. Ketika membuka mata, Rendi mendapati Dara sedang menatap geram terhadapnya. Setelah menyadari kesalahannya lelaki itu hanya nyengir bodoh.

"RENDI RESE, NYEBELIN, GAK TAU DIRI, GAK TAU MALU! GUE BENCI. GUE BENCIIII!!!" Akhirnya teriakan Dara memenuhi kamar Rendi.

Sudah sekitar empat kali Dara dan Rendi jogging mengelilingi area komplek mereka. Hingga akhirnya mereka duduk terlebih dahulu di kursi sebuah taman untuk beristirahat.

"Gue ke toilet dulu." Ucap Rendi sambil melengang pergi. Dara hanya menganggukkan kepalanya. Kemudian gadis itu berjalan ke sebuah warung seberang taman untuk membeli air mineral. Setelahnya ia kembali lagi ke taman lalu meneguk sedikit air mineralnya, namun gerakannya terhenti ketika ia merasa tali sepatunya terlepas. Dengan berat hati ia membenarkan dulu tali sepatunya, sementara botol air mineral yang dipegangnya tadi ia simpan dulu di sampingnya.

Ketika sudah selesai, gadis itu menolehkan kepalanya untuk mengambil botol air mineralnya namun yang ia dapatkan hanya sesosok Rendi tengah meneguk habis air mineralnya itu membuat Dara membulatkan matanya tak rela. Sudah berapa kali lelaki itu membuatnya kesal? Dara baru saja meneguk sedikit air mineralnya. Tidakkah ia kasihan padanya yang sangat sangat kehausan? Gadis itu hanya memasang tampang betenya.

Rendi yang melihatnya hanya berdecak. "Lagian lo sih, beli minum cuma satu gak pengertian banget sama gue. Gue juga haus kali."

Dara tak menanggapi ucapan Rendi. Ia hanya diam. Oke, Rendi tahu sahabatnya itu marah padanya. Dara memang sama seperti perempuan biasanya. Jika sedang marah pasti akan mendiamkannya dan itu sangat horor bagi Rendi.

"Oke, oke. Gue ganti deh, bentar yah." Lelaki itu pun bergegas meninggalkan Dara. Selama menunggu, Dara iseng memainkan ponselnya. Sudah lima belas menit berlalu namun Rendi masih belum kembali. Kemana lelaki itu?

Tiba-tiba saja Dara mendapati Rendi di hadapannya menyodorkan sebotol air sambil tersenyum manis. Sejak kapan ia menjadi sok manis seperti ini di hadapan Dara? Menyingkirkan ego dan gengsi, akhirnya gadis itu menerimanya yang langsung ia buka dan teguk.

Rendi duduk di samping Dara, lalu menyodorkan satu cup mie instan padanya. "Lo pasti laper, kan? Gue dari tadi muter keliling komplek gak ada yang jualan bubur ayam, tumben banget. Ya udah gue beli aja mie. Sorry jadi lama."

Dan seketika gadis itu luluh hanya karena makanan. Ia langsung menerimanya dan memakannya dengan lahap dengan senyum yang tak lepas dari bibir mungilnya. Beruntung sekali ia mempunyai sahabat seperti Rendi.

Rendi yang melihat tingkahnya hanya menggeleng sambil mengulum senyum. Sama halnya dengan Dara, lelaki itu pun melahap mie yang dibelinya tadi. Ketika sudah habis, Rendi menyeringai jahil menatap cup mie yang sedang dipegang Dara.

Udara dan OksigenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang