Lima

33 5 0
                                    

Semenjak kejadian itu Algen memang sering mendekati Dara yang tentu saja disadari oleh gadis itu. Dan hal itu malah membuat Dara sedikit terusik walaupun sudah jelas ia memang menyukai Algen. Entahlah, Dara juga tak mengerti.

Nyatanya ia belum siap didekati Algen. Bisa dibilang Dara itu gadis lugu, mungkin? Tidak, tidak. Ia tidak mau disebut lugu.

"Udah berapa lama lo deket sama Algen?" Sudah ia duga pasti sahabatnya itu akan langsung mengintrogasinya, terlebih mereka sudah lama sekali tidak berkomunikasi.

"Emang keliatan deket ya?" Tanya Dara polos yang langsung dibalas tatapan sarkastik oleh Naya. "Enggak kok, akhir-akhir ini dia cuma pulang bareng gue. Udah itu aja, selebihnya ya biasa aja."

"Ya itu kan bentuk dia pedekate-in lo. Bisa dibilang dia udah deket sama lo lah. Bisa-bisanya ya lo gak cerita."

Oke, Dara mulai berpikir ternyata mempunyai banyak sahabatpun sedikit merepotkan karena dituntut harus bercerita. Apalagi seperti tipe si Naya ini, yang super kepo.

Dara tak menimpali ucapan Naya ia hanya memilih diam sambil terus menelusuri kolidor. Tapi ia langsung berbelok ke arah lain ketika melihat Ryo di ujung sana. "Lewat sini yuk."

Ia tahu di mana ada Ryo pasti di situ ada Algen juga. Mereka seperti smartphone dan kuota internet. Tidak bisa dipisahkan. Untuk saat ini Dara tidak mau bertemu Algen. Ia masih sedikit kikuk kalau harus berhadapan dengan lelaki itu, walaupun memang akhir-akhir ini mereka bisa dikatakan dekat.

"Ih, kan nambah jauh." Rengek Naya, tapi ia tetap mengikuti langkah Dara.

Akhirnya mereka sampai juga di gerbang sekolah. Kini mereka sedang menunggu angkutan umum untuk mengantar mereka pulang.

"Ngapain?" Tanya seseorang di balik helmnya. Dara terlihat sedikit kaget dan bernafas lega setelah ia tahu bahwa itu bukan Algen.

"Pulang lah." Naya memutar bola matanya kesal. "Eh gue numpang dong." Lanjutnya tidak tahu malu membuat Rendi mendecih padanya. "Oh iya, Dara lo pulang bareng Algen aja. Lo bilang kan akhir-akhir ini sering pulang bareng sama dia. Masa sekarang enggak?" Sekarang Naya sudah duduk di atas motor Rendi.

Tidak tahukah mereka bahwa sekarang Dara sedang kabur dari lelaki itu.

Rendi langsung mengernyit. "Nah gue baru inget. Tadi dia nyariin lo, terus nitip pesen kalo ketemu sama lo bilangin tunggu di gerbang. Pas banget. Lo tunggu dia aja ya. Gue sama Naya duluan."

Apa-apaan ini? Dara memperlihatkan ekspresi tak relanya.

"Kenapa? Mau pulang sama Algen atau mau dempetan bertiga aja nih." Gurau Rendi.

"Gila lo."

"Udah ah. Cabut, Ren. Bye, Dara!" Dengan satu tepukan pada bahu Rendi, motor itupun melesat meninggalkan Dara. Sebelumnya Dara sempat melihat Naya memberikan tatapan jahil padanya. Dan ia hanya bisa mendengus.

Lagi-lagi suara motor berhenti di sampingnya disertai seseorang yang memanggil namanya, membuat ia menoleh dan mendapati Algen yang duduk di atas motor tersebut sedang membuka kaca helmnya. Lelaki itu tersenyum lembut.

"Jok belakang gue kosong, loh." Ucapannya itu malah membuat pipi Dara menghangat. "Ayo?" Lanjut Algen.

Dara diam dan berpikir dulu sejenak sebelum akhirnya ia memilih untuk nebeng lagi pada Algen. Motor itu pun melaju memecah jalanan.

"Dara, gue minta maaf ya?" Ucap Algen di tengah perjalanannya.

"Untuk?" Malah sebuah pertanyaan balik yang ia dapatkan.

"Ehm, mungkin gue punya salah, kayak sebelumnya... lo kayak ngehindarin gue lagi."

"Oh itu-" jawaban Dara terputus oleh pertanyaan yang dilontarkan Algen kembali.

Udara dan OksigenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang