Keadaaan pagi itu,di kediaman keluarga Achmad sedang dilanda kesunyian.Sara yang biasa nya beradu mulut dengan Saka karena Saka yang meminum susu strawberry milik Sara atau hal hal kecil lainnya tidak terdengar pagi ini.
Saka yang biasanya gencar menggoda Sara,pagi itu dia memutuskan untuk diam daripada salah bicara dan menyinggung hati Sara.
Sampai akhirnya Gio membuka suara, "Nanti sore keluarga Dim--" ucapan Gio terputus karena suara Fara yang buru buru memotongnya. "Sara pergi,Assalamualaikum."
Sara mengambil tas biru-nya,kemudian berjalan keluar rumah tanpa mengamit tangan Gio dan Diana terlebih dahulu.Gadis yang baru berumur 18 tahun sebulan yang lalu itu masih tidak ingin mendengar hal apapun tentang rencana gila yang dibuat orangtua-nya.
Sara masih tidak percaya bahwa Gio sang Papa akan tega melakukan hal utu kepadanya.Apa yang ada difikiran Papa-nya saat ini?Begitu sempitkah?Sehingga Sara menjadi tumbal dalam hal itu.
"SARA...SARA...SARA!!" Sara sama sekali menoleh kearah Diana yang sudah berteriak nyaring memanggil namanya.
Dan sekarang,dia butuh waktu untuk menerima semua kenyataan pahit yang menerpanya.
***
Dimas menutup pintu mobilnya sedikit keras,menimbulkan suara yang cukup menyita perhatian siswa siswi yang tengah berlalu lalang ingin masuk ke dalam gedung sekolah.
Saat keluar,matanya tidak sengaja sosok yang sejak tadi malam menguasai fikirannya.Sosok yang diagung agungkan oleh ayah kandungnya sendiri,hingga dirinya bisa terjebak didalam satu titik permasalahan baru.Sara Alfina Achmad,atau yang sering dipanggil dengan Sara.
Sara turun dari mobil putihnya dengan keadaan yang bisa dibilang sangat kacau,tidak jauh berbeda dengan keadaan Dimas saat ini.Mata Dimas masih tertuju kearah Sara,dan berhasil membuat Dimas kembali terngiang kata kata ayahnya kemarin.Kata kata itu seakan keluar secara spontan dari mulut Dimas.Dimas bingung,apakah pilihannya sudah tepat atau tidak.
"Woi!"
Tepukan Rega itu sukses membuat Dimas terbangun dari lamunannya.Rega terkikik geli ketika melihat wajah terkejut Dimas yang diiringi oleh loncatan terkejut Dimas.
"Kenapa lo?" tanya Rega disela sela tawa-nya,kemudian dia memutar kepalanya melihat sekeliling ketika melihat Dimas yang tengah sibuk memerhatikan sesuatu. "Oh,calon kakak ipar gue,rupanya." lanjutnya terkekeh geli ketika mendapatkan Sara yang sedang berjalan menuju ke dalam gedung sekolah.
"Tau dari mana lo?" balas Dimas sengit.Sedangkan Rega hanya bisa nyengir lima jari, "Dari neng Lula"
Dimas diam tidak menggubris,sambil terus memerhatikan Sara.Sampai pada akhirnya,Sara melewatinya dan sedikit melirik,barulah dia tersadar dan menggaruk tengkuknya,salah tingkah.
"Ga,ayo ke kelas!" ajak Dimas sambil menepuk bahu Rega,yang masih terus tersenyum geli. "Apaan lagi senyum senyum?"
Pada akhirnya,Rega tertawa kencang setelah menahannya beberapa menit. "Dim,kalo terpesona jangan garuk garuk juga kalo,udah kayak monyet aja lo begitu." Rega memegang perutnya yang terasa keram akibat terlalu kencang tertawa.Mata nya juga mengeluarkan air,saking terlalu kencang tertawa.
"Udah diem!"
***
"SARA!" Sara refleks menoleh kebelakang ketika mendengar teriakan itu.Ternyata,disana sudah berdiri kedua temannya yang tengah berjalan mendekatinya,d salah satu meja kantin.
![](https://img.wattpad.com/cover/86572790-288-k341406.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Of Tea
Teen FictionDimas Farish Riatmodjo Sara Alfina Achmad Sara dan Dimas hanya punya dua pilihan.Dan akhirnya harus memilih keputusan yang sebenarnya tidak diharapkan oleh keduanya.Awalnya pilihan itu hanya berjalan biasa saja,tetapi seiiring waktu berlalu,kebias...