[6]Taruhan

24 6 3
                                    

"Pa,bagi uang?"

Gio menatap heran anak bungsunya itu. Pagi pagi buta seperti ini sudah membicarakan uang.Ditambah dengan tangan kanan yang sudah menadah dengan manisnya di depan wajah nya.Lalu kepala Gio menggeleng geleng sambil meletakkan koran nya ke atas meja.

"Uang yang Papa kasih kemarin mana?Habis?" tanya Gio menatap Sara dengan terheran heran.

Kepala Sara mengangguk dua kali, "Iya." Di goyangnya tangan kanannya pelan. "Mana Papa? Cepatan Sara udah terlambat,Papaa!" lanjutnya dengan nada kesal.

"Astaghfirullah,Sara.Kamu kalo minta ke orang tua yang baik sedikit kenapa sih,nak?" Mama datang membela Papa. "Coba minta yang baik,pasti dikasih."

Mulut Sara berdecak kesal,Mama selalu ceramah setiap saat.Tetapi Sara sayang,karena Mama selalu menuruti kemauan Sara.

"Papa sayang,bagi uang dong.Sara mau beli sepatu,besok lusa naik gun--" Sara sontak menutup mulutnya. Ia kelepasan.

Papa yang mendengar kata kata naik gunung,sontak melebarkan pupil matanya. "Naik gunung?" tanya nya terkejut.

"Ng-nggak Pa.Bukan naik gunung.Sara tadi nyanyi,naik naik ke puncak gunung tinggi tinggi sekali." elak Sara dengan wajah yang berubah pucat.

Tiba tiba Saka datang memprovokasi Papa, "Alah,alasan itu Pa.Anak perempuan kesayangan Papa mau naik gunung hari minggu nanti.Gausah dipercaya dia Pa.Bohong Pa,bohong."

Sara menatap Saka dengan tatapan menghunusnya,seakan mengatakan berbait bait sumpah serapah.

"Bener itu Sara?"

"Nggak Pa." Sara menyilang nyilangkan tangannya di depan dada. "Please,Pa.Sekali ini ajaaa..." ucap Sara melankolis.

Entah dengan kekuatan sihir apa,Sara berhasil menghipnotis Papa. "Oke Pa--"

Belum selesai Papa bicara,Sara sudah melompat lompat tidak karuan di tempat,dan langsung memeluk Papa nya saking senangnya.

"Thanks Papa ganteng.Sara tunggu di rekening Sara,Sara sayang Papa." Setelah itu Sara segera keluar dari rumah dan sampai lupa untuk berpamitan kepada kedua orangtuanya.Memasuki mobil,kemudian melaju keluar rumah menuju sekolah tercinta.

***

Bel istirahat berbunyi dengan nyaringnya di seluruh penjuru sekolah.Membuat cacing cacing di perut para siswa maupun guru bersorak dengan gembira.

Tidak lain halnya dengan Sara dan kedua temannya.Mereka bertiga segera keluar kelas setelah memasukkan buku buku kedalam tas masing masing.

Sara dan Jihan duduk di salah satu meja yang kosong di kantin.Sementara Jihan tetap berjalan ke arah stand penjualan untuk memesan makanan.

"Sar,kemaren beneran,bonyok lo ngomongin masalah perjodohan itu?" tanya Nara mulai mengorek informasi.

Sara hanya menggumam tak jelas,mata nya tertuju kepada benda persegi panjang di tangannya.

"Terus terus orang tua lo bilang apa?Mereka batal jodohin lo sama Dimas gitu?"

Sara mengangguk pelan sambil bergumam pelan.

"Lah,terus lo bilang kemaren, yang jadi,cuma tunangan nya aja.Bener?"

Lagi lagi Sara hanya menggumam malas.Dan itu membuat Nara mendesis kesal.

"Kalo ditanyain itu yang bener jawabnya.Orang kok cuek nya kebangetan!" Sara memutar mata jengah.Kemudian menekan tombol kecil diujung bagian atas ponselnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 21, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Of TeaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang