[3] Choosing

41 8 2
                                    

Sara menuruni tangga dengan tergesa gesa,sambil tetap memfokuskan tatapannya ke layar handphone nya.Dia terlambat,padahal tadi malam dia sudah men setting alarm dengan benar.Ditambah lagi pesan pesan dari grup Line yang sangat berisik,membuat dirinya harus membuka handphone dan menonaktifkan notifikasi.

"Sara,hati hati.Ntar kalo jatuh handphone nya rusak loh,kan sayang?" ucap Ibunya menasehati.

Sara melotot mendengarnya, "Mama nih,bukan anaknya yang dikhawatirin,ini malah handphone nya."

"Ya salah kamu dong.Main handphone sambil jalan gak sopan tau Sar.Entar nabrak orang lagi,kan malu?"

Sara tidak menjawab,dia langsung menyambar susu yang ada dia atas meja makan dan langsung meneguknya sampai habis.Tanpa tahu itu punya siapa.Setelah habis dia berlari kearah belakang rumah dan kembali dengan menenteng sepasang sepatu adidas nya.

"Sara,kamu itu sepatu banyak kok yang dipake yang itu itu aja sih nak?Itu udah buluk,ganti gih!" protes Ibunya.

Sara memang sangat suka dengan sepatu adidas biru nya,maka dari itu dia tidak pernah mengganti gantinya.Walaupun sudah terlihat usang.Sara adalah tipe orang yang penyayang,jika sudah terlanjur sayang dia tidak akan mau dipisahkan.

"Gak sempet Ma." ucapnya acuh.Lalu Sara berlari menuju Ibunya berada,lalu mengamit tangan Ibunya.

"Sara pergi dulu.Assalamualaikum"

"SARA KAMU BELUM SARAPAN!"

Sara kembali berlari tergesa gesa menuju garasi rumahnya tanpa menjawab teriakan ibunya,lalu masuk kedalam mobil Jazz putihnya,dan mulai berjalan membelah jalanan menuju ke sekolah.

***

"Panas banget.Gila apa nih guru biarin anak muridnya kepanasan" Keluh Sara,kepanasan.

Sara sudah mengira ketika dirinya terjebak di tengah kemacetan kota tadi bahwa dirinya akan terlambat.Dan benar,dia terlambat sepuluh menit setelah bel masuk dibunyikan.Sekarang dia berada di tengah lapangan bersama Dimas.Ya,Dimas.Cowok songong nan gila yang dia sering jumpai akhir akhir ini.Biasanya ada tiga sampai lima orang yang berada dangan hari ini.Hanya ada Sara dan Dimas yang berada disana,ditengah teriknya matahari.

"Gak usah ngeluh,salah lo juga kan?" celetuk Dimas pelan.Sara mendelik kesal kearah Dimas.

Bagi Dimas,terlambat itu sudah biasa.Hampir setiap harinya dia seperti itu.Kalau sudah malas dihukum,memanjat pagar belakang sekolah pun dilakukannya.Tetapi tidak dengan hari ini,dia sedang tidak mood karena ulah adiknya tadi pagi yang menghilangkan sebelah kaus kakinya yang menyebabkan dirinya terlambat hari ini.

"Dimas,Sara.Sini kalian!" Bu Tari memanggil Sara dan Dimas naik keatas panggung,didepan meja piket.

Hukuman sudah selesai,dan Sara sudah memasang senyum senangnya.Dalam hati,Sara sudah bersorak gembira sambil membayangkan dinginya Ac di dalam kelasnya,sambil tertidur.

"Kalian berdua,tolong bersihin perpustakaan belakang sampai bersih.Kalau sampai saya lihat masih ada yang tidak bersih,hukuman kalian saya tambah!"

Senyum Sara memudar,bayangan dinginnya ac di dalam kelas pun menghilang seketika.Sedangkan Dimas,cowok itu hanya diam tanpa ekspresi sambil memandangi Bu Tari.Seperti tidak ada beban sama sekali.

"Mengerti?"

Tidak ada yang menjawab.

"Mengerti tidak?" Kali ini Bu Tari sedikit membentak,membuat dua orang dihadapannya terkejut.

Of TeaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang