Sachi memperhatikan jam di ponselnya. Sudah hampir lima belas menit dia menunggu orang yang membawa paket miliknya itu di lantai lima, area refreshment apartemen. Matanya menyapu tiap sudut area itu, selagi tubuhnya bergerak bolak-balik di depan lapangan basket.
Tampak sebuah kolam renang berukuran besar terlihat sepi dengan airnya yang gelap di sebelah lapangan basket. Namun begitu, masih ada beberapa orang yang duduk-duduk di kursi malas yang terbuat dari rotan di pinggiran kolam untuk sekedar mengobrol atau menikmati langit malam di atas mereka.
Merasa bosan, Sachi akhirnya mendengarkan musik dari media player ponsel menggunakan headset, lalu berjalan ke sebelah kiri menuju pinggiran lapangan basket untuk kemudian meletakan bokongnya pada bench di sisi lapangan.
Keadaan lapangan sebenarnya tak jauh berbeda dengan kolam renang, sepi. Tak aneh memang, karena sekarang sudah hampir tengah malam. Bahkan mungkin sebentar lagi satpam juga akan datang mengusirnya dari area ini, sebab area refreshment akan ditutup setiap tengah malam untuk dibersihkan.
GREB!
Tiba-tiba Sachi merasakan bahunya disentuh seseorang. Spontan Sachi berbalik. Dia melihat seorang pria tinggi dengan kaos polos, celana training hitam, dan rambut turun setengah basah menatapnya datar.
Mata Sachi mengerjap pelan, sejak kapan Ji Chang Wook pindah ke Jakarta. Pikir Sachi tanpa sadar menganga melihat sosok Yasha.
"Kamu Sachi?"
Sachi mengangguk cepat.
"Ini paket kamu?" tanya Yasha menyodorkan kotak kardus di depan wajah Sachi.
Tatapan Sachi langsung berbinar-binar kemudian menyabet paket di tangan Yasha. Namun, kala menemukan paket itu sudah terbuka, Sachi dengan cepat memeriksa isinya.
"Aman," gumam Sachi mendesah lega. Seketika dia seperti masuk masuk ke dalam dunia empat dimensi, tiba-tiba terkikik, kemudian tersipu-sipu, sedetik setelahnya dia menganga takjub sambil mengeluarkan album dari dalam kardus. Bahkan eksistensi Yasha di depannya seolah-olah raib tak bersisa.
"Woah! Kim Taehyung. Ahahahaha," pekik Sachi sembari mengangkat sebuah photo card tinggi-tinggi. Yasha yang melihat tingkah ajaib dari perempuan itu refleks terkekeh sinis.
Sadar ada orang lain selain dirinya sekarang, Sachi terdiam.
"Kenapa?" tanya Sachi terlihat tersinggung.
Yasha menggeleng cepat.
"Jangan bohong. Dari muka sengak kamu, saya tahu kamu pasti lagi ngetawain saya, kan? Jawab!"
"Oke, kalau kamu mau saya jujur," ujar Yasha mengedik cuek. "Kamu enggak malu?"
"Malu? Kenapa?" tanya Sachi bingung.
"Kelakuan kamu itu kayak remaja alay, teriak-teriak heboh sambil mandangin album aneh kayak gitu. Apa kamu enggak pernah ngitung umur kamu udah berapa?"
Sachi menggembungkan pipinya kesal untuk kemudian berkacak pinggang sambil mendelik tajam kepada Yasha.
"Maksud kamu alay gimana? Emang teriak-teriak nyalurin kebahagiaan sendiri enggak boleh? Kamu ngerasa keganggu? Tinggal cabut aja, kok, repot?" decak Sachi tidak mau kalah. "Anyway, terima kasih udah mau balikin paket saya."
"Ck, bahagia denger lagu permakan autotune begitu? Di sini yang lebih aneh siapa ya," balas Yasha bersidekap di depan Sachi. "Masih keren lagu Miles Davis ke mana-mana."
"Oh ... jadi menurut kamu jazz lebih keren? Kayak kata idola kamu itu, so what?! Kpop kamu samain sama Jazz. Jelas aja beda!" seru Sachi lalu membereskan paketnya, takut-takut ada yang tercecer. "Mending saya yang cabut. Sekali lagi, jangan seenaknya hina selera musik orang, ya. Katanya Bhinneka Tunggal Ika, gara-gara musik aja udah berisik."
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Salah Kirim
Chick-LitDari paket yang tersasar ke tetangga sebelah, Sachi Sandriya yang merupakan karyawan Digital Advertising penggila K-pop harus kenal dengan pria dengan tingkat nyinyir menyaingi ibu-ibu komplek-Yasha Malisi. Di apartemennya saja, Sachi sudah dibuat p...
Wattpad Original
Ada 4 bab gratis lagi