Mimpi Itu

1.5K 311 25
                                    

Mimpi Itu

"Maaf, Tante," Angga menggaruk tengkuknya, "Aku mau ngerepotin Tante, dua bulan aja. Please, ya?" matanya mengharap-harap kebaikan dari mamaku.

"Duh?" Mama hanya bisa tersenyum kecil, "Gimana ya? Ini masalahnya lain lagi..."

"Mama pergi ke Tokyo sama Papa dan aku enggak tahu mereka bakal pulang lagi atau enggak," kata Angga, "Aku sudah dua belas tahun, aku pikir aku sudah besar, Tante. Ternyata belum. Aku enggak bisa apa-apa. Memalukan."

"Ya udah, deh," Mama dengan senang hati membuka sebuah gerbang cerah buat Angga, "Silakan masuk. Mau sampai kapan juga, tenang aja. Tante ada di sini, kok, tepat di pintu sebelah rumah kamu. Hehehe,"

Angga bersorak girang dan setelah itu, dia menjadi salah satu anggota keluarga kami. Karena statusnya aku lebih tua, jadi aku menganggapnya adik. Dia benar-benar pintar, dan juga rajin. Nilai sekolahnya juga tak pernah buruk. Aku iri dengannya. Tetapi, dia seolah tak mau peduli, dan yang jelas ia tak sombong. Dia mau mengajariku, dengan segala keterkurangannya, tetapi ia bisa.

Aku senang Angga ada di dekatku. Nyaman. Apalagi ketika dia sudah membahas teori-teori out of the box dari para ilmuwan atau bahkan penemu di masa lampau. Aristoteles, Galileo Galilei, Isaac Newton, Thomas Alva Edison, Michael Faraday; semua ia ceritakan, termasuk ketika aku sebelum tidur. Aku suka mendengarkannya, jadi dia nyaman-nyaman saja berceloteh ria tentang bagaimana teori apel jatuh dari pohonnya.

"Aku selalu bermimpi, Naya," ujar Angga, "aku pernah kehilangan mimpi. Tapi, aku enggak mau kehilangan mimpi lagi. Akan kubuat sebanyak-banyaknya hingga Tuhan pusing untuk mengabulkannya. Enggak akan ada orang yang bisa menghancurkannya. Termasuk mamaku. Aku yakin dia sengaja ninggalin aku dan pergi ke Tokyo," jelasnya dengan mata sayu.

"Yah, Angga," sahutku pelan, "emang sih, udah berbulan-bulan mama kamu pergi tanpa kabar. Tapi, aku yakin, dia itu tetap seorang ibu. Dia pasti pulang."

"Ya, itu juga kalau aku ingat siapa dia."

Aku mengerutkan kening tak mengerti.
[]

zahrashaffa, 27/11/2016 [310 words]

Untuk Angga | ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang