Kembali

1.3K 282 40
                                    

Kembali

Tiga bulan lebih seorang Angga kuliah dengan serampangan. Tidak peduli catatan, tidak peduli kuis atau pun prestasi akademiknya. Semuanya berantakan. Papa sampai kesulitan untuk membuatnya kembali semangat lagi, karena bagi Papa, Angga juga anaknya. Angga tak acuh pada semuanya—sedikit bergaul, berkepribadian tertutup dan jarang masuk ke kelas mata kuliah yang tidak disukainya. Benar-benar seenaknya sendiri. Aku selama ini mengutuki sikap serampangannya.

Tetapi, sebuah titik terang datang.

Sepucuk surat beasiswa dari universitas luar negeri datang ke pangkuannya. Columbia University, begitu tulisannya. Aku terbelalak ketika mengetahui siapa penerimanya—Angga Perdana! Angga mendapatkan beasiswa ini!

Bahkan, aku tak tahu sejak kapan dia mendaftarkan diri ikut beasiswa!

Begitu aku serahkan surat itu kepadanya, Angga hanya cengengesan, kemudian bercerita. Dia bilang, dia ikut tes ikut-serta beasiswa itu karena iseng saja, dan dia pikir dia takkan lolos. Setelah itu, aku menimpukinya dengan bantal sembari berteriak : "Aku benci kamu, Angga! Benci! Kenapa suka tiba-tiba gini?!"

Sementara dia hanya nyengir kuda.

##

Ini hanya sebulan lagi sebelum berangkat ke Amerika. Angga sering sibuk mengurus keberangkatannya, dan juga beberapa pertemuan dengan dosen di kampus. Terakhir kali aku melihatnya, kantung mata tercetak di bawah matanya. Stress! Dia selalu berteriak begitu ketika baru sampai ke rumah.

Tetapi, aku senang melihatnya begitu. Setidaknya, dia punya kegiatan positif daripada termenung di depan laptop sambil menonton beberapa anime lewat web fansub.

Satu lagi, dia jarang pulang ke rumah. Dia rajin menginap di rumah kawannya, kerja kelompok, sibuk ini-itu, mengurus klub dan sebagainya. Meskipun aku kesepian, aku tak melarang. Toh, dia melakukan kebaikan, bukan hal yang tidak-tidak.

Biarpun dia selalu sibuk, tetapi akhirnya dia mengajakku untuk bercengkrama dengannya, di café dekat campus—dia bilang dia juga membawa beberapa tugasnya. Dan ya, aku mengiyakan ajakannya. Dia adikku, jadi mengapa tidak?[]

zahrashaffa, 7/12/2016 [290 words]

Untuk Angga | ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang