Hancur
Kalian paham tentang ikrar soal mimpi-mimpi Angga? Ya, dia menggantung semua mimpi itu setinggi langit, jauh melampaui keberadaan bintang. Seperti dulu, ia tetap suka hujan. Dan lambat laun, Angga yang polos itu bertambah dewasa. Dia menjadi sosok yang selalu aku kagumi—walaupun kadang dia menyebalkan. Dia banyak bicara, sering berteori dan berpikir logis. Aku selalu jadi sasaran untuk eksperimennya. Huh.
Namun, setelah dia menggantungkan banyak mimpinya, dia terjatuh juga. Tak hanya terjatuh, tapi juga dibanting.
Begitupula aku.
Mamaku, orang yang selama ini paling mengasihi keluarga ini, tutup usia. Tepat setelah kami berdua mendapat kabar dari universitas kalau kita masuk universitas yang sama.
Pemakaman dilakukan dua hari setelah kabar tersebut. Aku tak berhenti menangis sepanjang malam, membiarkan mataku bengkak dan tubuhku kaku dalam posisi meringkuk di atas kasur. Aku benar-benar terpukul saat itu, dan aku tak tahu Angga pergi kemana. Dia menghilang begitu saja ketika Papa pulang dari rumah sakit dan membawa kabar itu.
Seminggu setelah pemakaman, Angga pulang. Matanya sayu, rambutnya acak-acakan. Tetapi anehnya, dia langsung memelukku ketika aku membukakan ia pintu. Sayup-sayup, kudengar isak tangisnya, dan kurasa kausku mulai basah oleh air matanya.
Itu tangisan pertamanya setelah Tante Mira pergi ke Jepang tanpa pamit. Itu kali pertamanya. Sepanjang sejarah hidup barunya.[]
zahrashaffa, 4/12/2016 [207 words]
KAMU SEDANG MEMBACA
Untuk Angga | ✓
Short Story❝Gantungkanlah mimpi-mimpi itu, Angga...❞ Brokenhome? Itu bukan hal yang baru buat Angga. Kekerasan? Apalagi. Ketika seorang pemimpi ulung kehilangan seluruh harapan, bisakah ia menyusun kembali mimpi-mimpinya? ** Didedikasikan untuk semua yang per...