ACAFELAS part 3

39 1 0
                                    


Sepasang mata yang terus menerus menyimpan perasaannya itu, semakin sering memperhatikan Nadia yang lebih sering lagi melamun dikelas. Ingin hati untuk menanyakan apa yang terjadi tapi apa daya ternyata rasa malu mengalahkan semuanya hingga ia hanya mampu menatap Nadia dengan tatapan penuh tanda tanya, apa yang sedang terjadi dengan pujaan hatinya.

Lain sepasang mata itu lain pula Nadia. Urusan ini benar-benar pelik baginya, baru frist love saja sudah seperti ini bagaimana yang ke dua atau ke tiga? Yang semakin membuatnya lebih sering melamun lagi. Akhirnya Nadia memantapkan hatinya untuk mengambil keputusan yang terbaik menurutnya walaupun itu akan menyakiti hatinya sendiri. Namun, sebelum ia melaksanakan niatnya tersebut Nadia ingin mengetahui apa pendapat sahabat-sahabatnya,

"Guys, ternyata Zani bener-bener nembak gue" ujar Nadia kepada sahabat-sahabatnya.

"Serius lo Kak?" Tanya Dyah tak percaya.

Nadia menganggukkan kepalanya, "Iya dia nembak gue malming kemaren"

"Seriusan Nad?" kini giliran Dinda yang bertanya.

"Iya, gak percayaan banget sih," protes Nadia

"Gimana ceritanya tuh Nad?" Tanya Shahnaz. Nadia pun menceritakan kejadian malming itu dan juga tentang cara menjawab ungkapan perasaan itu dengan panjang lebar.

"Terus lo bakal jawab apa Nad ?" Tanya Caroline setelah mendengarkan cerita Nadia.

"Mungkin gue bakal balikin bunganya dan bantuin Rizka buat dapetin Azmi." Ujar Nadia kalem.

"Itu artinya ko bakal nerima Zani dan bantuin Rizka?" Tanya Dinda memastikan.

"Iya,"

"Kak beneran, kami khususnya gue gak setuju sama keputusan Kakak ini. Kita tau kalau Kakak itu baik tapi jangan terlalu baik juga dong Kak sampai harus ngorbanin perasaan sendiri kayak gitu," tolak Dyah.

"Iya Nad kita pokoknya gak setuju, ngapain lo berkorban buat orang yang bahkan gak ngertiin perasaan lo. Kita lebih setuju kalo lo yang bareng Azmi, lo cocok sama Azmi Nad bukan sama Zani," kata Shahnaz

"Guys makasih banget kalian udah sayang banget sama gue, pengertian sama gue dan care sama gue. Thanks banget, tapi ini hidup gue jadi gue yang akan menentukan jalan hidup gue sendiri. Mungkin dengan begini suatu saat nanti kebahagiaan yang berlipat bakal dikasi Tuhan ke gue. Lagian gue udah nebak dari awal kok kalo kalian pasti gak bakal setuju sama keputusan gue, tapi sorry guys tekad gue udah bulat dan gue bakal tetap ngejalaninnya, walau harus merasa sakit gue bakal terima. Gue gak mau liat temen-temen gue sakit, kalo pun harus ada yang sakit biar gue aja yang rasain" jelas Nadia panjang lebar.

Setelahnya mereka masih berdebat panjang, antara Nadia dan sahabat-sahabatnya. Mereka ingin agar Nadia membatalkan niatnya tersebut tapi Nadia tetap pada pendiriannya, walau sakit yang akan ia tanggung. Sahabat-sahabatnya tak dapat membantu banyak selain mendoakan yang terbaik untuk sahabat mereka yang terlalu baik itu.

***

Sejak mengirimkan surat cintanya Zani dan Nadia jadi jarang bertukar pesan atau telponan, karena Zani ingin Nadia bener-bener konsentrasi untuk menentukan pilihannya. Di kelas pun ia hanya sesekali memperhatikan pujaan hatinya tersebut.

Malming selanjutnya pun datang. Zani memenuhi janjinya untuk datang ke rumah Nadia malam itu, Nadia pun sudah siap dengan jawabannya. Awalnya mereka belajar bersama seperti biasa, ketika jam menunjukkan pukul 21.30 Zani berpamitan hendak pulang,

"Nad, gue pulang ya. Udah jam setengah sepuluh nih," kata Zani sambil melirik jam tangannya.

"Iya Zan, oh iya ini jawaban aku," Nadia menyodorkan kotak kado yang dibungkus dengan kertas warna biru muda. "Nih" ujarnya

ACAFELAS(Amazing Class at Four Eleventh Science)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang