Chapter (4)

7.6K 536 38
                                    

   Cavaro mengantarkan dulu Clovis kerumah untuk beristirahat sebelum dirinya pergi lagi untuk menjemput  Lexia ke sekolah.

   "Clov, Kakak sudah janji menjemput Xia di sekolah karena Ar ada latihan basket jadi mereka gak bisa pulang bareng. Kau istirahat saja di dalam, kamar untuk mu sudah di siapkan. Kau masih ingat kan dimana letak kamarnya?"

   Clovis tersenyum kikuk mendengar penuturan Cavaro, dia jadi mengingat kalau dulu saat dia baru pulang dari Amerika dia salah masuk kamar Si bungsu dan membuat si bungsu mengamuk karena Clovis yang tidak sengaja merusak pintu lemari adiknya saat Clovis akan memasukan baju nya ke dalam lemari.

   "Kakak sedang meledek ya? Kali ini pasti tidak akan salah lagi, aku sudah menghafalnya sebelum kesini."

   Cavaro terkikik geli melihat adik pertamanya yang sedikit memanyunkan bibirnya saat berbicara adalah hal yang sangat jarang terjadi.

   "Iya-iya, Kakak pergi dulu ya. Ingat jangan buat kekacauan di rumah kalau kau butuh sesuatu panggil saja bibi Neli, Kakak harus menjemput adik nakal itu kakak tidak mau nanti dia marah-marah karna Kakak terlambat menjemput nya."

   Clovis mengangguk, dia terlalu paham dengan tabiat adik kecil nya. Cavaro bilang Lexia tetap jadi anak yang manja meski dia kehilangan ingatannya. Maka anak itu keluar dari mobil Kakaknya dan melenggang pergi dan masuk ke dalam rumah.

   "Welcome home Dilaver."

💜

   Lexia berlarian di pinggir jalan yang sepi, meskipun ada beberapa kendaraan bermobil mereka tak lantas menghiraukan Lexia, entah sudah berapa jauh anak itu berlari namun anjing liar itu masih terus saja mengejarnya.

   Lexia merasa kesulitan untuk mengambil napas karena dadanya yang mulai sesak, anak itu terserang panik karena oksigen seperti sulit di dapat, langkah kaki nya mulai melambat sedangkan jaraknya dengan anjing liar itu semakin dekat.

   "Hahhh hhahhh hahhh, kenapa anjing itu terus mengejar ku."

   Lexia berucap di tengah mengi suara napasnya. Dia masih terus berlari meskipun kakinya tidak sanggup lagi untuk melangkah, sesekali tangannya meremas dadanya yang terasa seperti terbakar.

   Sungguh ini bukan sesuatu yang bagus, kepalanya bahkan sudah mulai pening. Juga kakinya yang tidak sanggup lagi untuk melangkah rasanya seperti di tusuk jarum ketika kakinya menapak di aspal.

Bruk..

   "Aisshh, Kenapa batunya bisa tidak terlihat."

   Lexia jatuh karena tersandung oleh Batu di tambah kaki nya yang lemas begitu saja. Tapi yang jadi masalahnya anak itu terjatuh dengan posisi badan yang telungkup membuat dada nya semakin sulit untuk bernapas.

Gukkk guukkkk....

   Anjing yang sedari tadi mengejar Lexia semakin mendekat. Membuat anak itu bergetar karna ketakutan peluh sudah membanjiri kening dan badannya. Seperti nya Lexia harus mencoba pasrah kalau saja sampai anjing tersebut menggigit nya.

   "Tuhan selamatkan lah aku, Aku tidak ingin berakhir jadi santapan hewan menyeramkan itu."

   Lexia bangkit dari posisinya yang terlungkup lalu duduk di lihatnya anjing itu semakin mendekat dan terus menggonggong kepadanya. Lexia menyeret tubuhnya mundur, sembari memejamkan matanya tidak berani melihat apa yang ada di hadapannya sekarang.

   Hingga ketika anjing itu akan menyerangnya, Lexia menjerit kencang.

Gukk...

   "Aarghh..."

Protective Twin ( VSuga - Taegi )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang