Chapter (9) Special Ultah V 🌟

5K 375 25
                                    

   Setelah kesadaran Lexia mulai menurun diiringi napas yang berat, Clovis memeluk adiknya dan mencoba membuat kesadaran Si bungsu kembali.

   Seluruh orang di ruangan itu panik melihat Lexia tidak juga membuka mata nya napas anak itu bahkan berbunyi dan sangat sesak. Argala baru tersadar dengan rasa keterkejutannya Anak itu segera memencet tombol darurat sehingga tak lama dokter Simon dan perawat datang.

   "Maaf Tuan, kami harus melakukan penanganan jadi silahkan tunggu di luar." Ucap salah satu perawat wanita menyuruh semua orang yang ada untuk keluar dari ruangan.

   Cavaro, Clovis dan Tuan Benson terpaksa melangkahkan kaki keluar. Sedangkan Argala masih terpaku di ruangan. Matanya terus menatap Adik kembarnya yang sedang ditangani oleh Simon.

  Argala bahkan mulai gelisah, keringat dingin keluar dari tubuhnya yang mulai bergetar, anak itu melihat sekeliling mendengar suara bisikan yang menakutkan, ketakutan semakin menyerang ketika pikiran buruk hinggap di otaknya.

   "Lexia mati!"

   "Kau tidak becus menjaga adik!"

"LEXIA MATI!!!"

   Argala menutup telinganya dia tidak tahan dengan suara-suara yang terus meneriakinya dengan kata MATI. Argala bahkan mulai kesulitan menarik napas karena serangan paniknya.

   Cavaro yang merasa kalau adik nya yang lain tidak juga mengikuti langkahnya segera menarik lengan Argala, dan menyadari kalau adiknya kena serangan panik Cavaro membawa adiknya itu keluar agar dapat mengatasi rasa panik Argala.

   Tapi tangan Argala menolaknya anak itu menjauh dan jatuh terduduk sembari menekan dadanya yang begitu sesak.

   "Aku ingin menemaninya disini Kak."

  Argala berucap, pandangan matanya bahkan fokus karena ketakutan nya. "Kak, sakit." Lirih anak itu semakin kuat menekan dadanya yang sesak.

   "Ar tenang dulu coba tarik napas dalam baru hembuskan perlahan, jangan panik Kakak mohon."

  Argala menggelengkan kepalanya saat kembali mendengar suara suara dalam kepalanya. Cavaro menarik anak itu kedalam pelukannya meskipun Argala berontak tapi Cavaro sebisa mungkin memeluknya, membisikan kata-kata penenang sampai napas Argala kembali normal.

   Argala bersandar lemah di dada Cavaro napasnya tidak begitu sesak lagi tapi suara aneh itu kian menghilang, Cavaro bisa bernapas lega melihat nya.

   "Kita tunggu di luar saja ya, biarkan Kak Simon yang menangani Xia. Kita bisa menghambat penanganan bila terus disini."

   Argala akgirnya mengangguk lemah, Cavaro tersenyum dia merangkul Argala dan menuntunnya untuk di bawa keluar dari ruangan.

    Sesekali kepalanya menoleh kebelakang melihat bangaimana sepupunya dan beberapa perawat memeriksa dan memberi tindakan pada kembarannya nya mampu membuat nya lemas.

   Argala masih duduk dengan pandangan mata yang tetap mengarah ke pintu ruang rawat Lexia, Cavaro memberikannya minum serta memberikan ucapan penenang agar Adiknya tidak panik lagi.

   Cavaro yang masih merangkul bahu Argala mengalihkan tangannya untuk mengusap punggung Adiknya nya yang masih tegang.

   Clovis yang duduk bersebelahan dengan Tuan Benson tidak kalah shock. Ia menundukan kepalanya tangannya saling bertautan dan di genggamnya sangat kuat.

   Otak pintar Clovis sedang memikirkan tentang kejadian beberapa saat lalu, sebelum adiknya pingsan.

   Banyak yang hal janggal yang tertangkap oleh Clovis, dari mulai kedatangan Tuan Benson yang tiba-tiba di kantor padahal biasanya orang itu tidak pernah mampir ke kantornya. Belum lagi saat Lexia yang kekutan saat di dekati oleh Tuan Benson, semuanya masih mencurigakan bagi Clovis.

Protective Twin ( VSuga - Taegi )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang