Chapter 8

5.7K 401 27
                                    

   Argala, Cavaro dan Jemian berjalan beriringan di lorong Rumah sakit menuju kamar rawat Lexia. Diantara yang lain Argala terlihat sangat gelisah hingga memacu langkah kakinya lebih cepat. 

   "Kak kenapa hasil check up Xia bisa buruk, lalu terapinya tadi bagaimana?" Argala bertanya di tengah-tengah perjalanan.

    Tadi saat di rumah dia tidak sempat menanyakan hal tersebut karena terlalu panik dan segera ikut ke mobil Cavaro.

   "Iya Kak Varo, apa yang membuat Xia bisa drop tiba-tiba."

   Jemian tak kalah penasaran iya juga sangat khawatir dengan keadaan sahabatnya itu.

   "Tadi pagi saat berangkat ke Rumah Sakit demam Xia menang sudah turun, tapi saat melakukan serangkaian tes bersama Kak Simon, Xia tiba-tiba saja sesak napas sampai harus di bawa ke UGD makanya Ka Simon bilang kalau Xia harus di rawat sementara waktu."

   Jantung Argala berdetak lebih kencang mendengar penjelasan itu dari Kakak nya, dia merasa kesal karena tadi pagi dirinya tidak ikut mengantar adik kembarnya untuk cek up hingga ketinggalan informasi penting seperti ini.

   "Kak, Xia sepertinya memang lebih aman di rawat di rumah sakit sampai keadaan paru-paru nya lebih baik, Ar tidak tenang kalau Xia sesak di rumah tapi telat di tangani." Ucap Argala pikirannya di penuhi dengan bagaimana caranya saudara kembar nya itu dapat sehat seperti semula.

   "Kita akan pikirkan itu nanti Ar, Kita harus konsultasikan dulu itu kepada Kak Simon, Ayo kita harus cepat Kakak tadi meninggalkan Xia sendiri saat dia tidur. Akan bahaya kalau dia bangun dan tidak menemukan siapapun di kamar rawatnya."

   Argala jadi ingat saat dulu kembarannya baru sadar anak itu begitu tertutup kepada orang lain, dan suatu ketika Argala harus pergi ke sekolah dan Cavaro harus pergi menebus obat.

  Cavaro saat itu meniggalkan Lexia di ruang rawat karena saat itu anak itu sedang tertidur, tapi nyatanya anak itu terbangun saat di ruangan ada perawat yang mengganti infusnya.

   Lexia menangis saat itu, anak itu bahkan mengamuk hingga kembali sesak napas dan berakhir pingsan.

   Argala berlari ketika mengingat hal itu, dia tidak mau hal itu terjadi lagi. Tidak boleh ada yang bisa membuat adiknya terluka sekalipun itu dia.

   Mereka tiba di depan Ruang Rawat Lexia. Jemian dengan sigap membuka knop pintu kamar tersebut.

   Betapa terkejutnya mereka bertiga melihat Lexia berbaring di atas ranjang dengan selimut putih yang menutupi seluruh tubuhnya hingga ke wajah.

   Jantung mereka bertiga berdetak dengan cepat dan kaki mereka seperti tertancap di lantai hingga tidak bisa bergerak lagi.

    Jemian sudah berteriak histeris sambil berlari ke ranjang dimana sahabatnya berada. Jemian memeluk dan mengguncang tubuh Lexia yang terbalut kain putih tersebut.

   "Yak! Apa yang kau lakukan kau mengganggu tidurku!" Lexia membentak, dia menyingkirkan tangan Jemian juga Argala yang mengguncang tubuhnya tadi.

   Lexia menyibakkan kain putih yang sebenarnya selimutnya itu dengan menampilkan wajahnya yang masih sangat mengantuk.

   Ketiga orang yang baru datang itu  seketika menghembuskan napas lega melihat Lexia ternyata hanya tidur tidak seperti di pikirkan mereka sesaat yang lalu.

    Siapa yang tidak terkejut melihat pemandangan seperti tadi. Lexia yang sudah di selimuti kain putih seperti sudah tidak bernyawa. Mereka bahkan tidak sadar kalau selang infus masih menggantung di samping ranjang.

Protective Twin ( VSuga - Taegi )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang