PART 1

221 17 8
                                    

"Woi, ngelamun aja lu ndroo. " Sambar Excel dari belakang Ali.
Ali yang dikejutkan menajamkan matanya melihat Excel, sehingga Excel pun takut dibuatnya.

"Eh eh, biasa aja dong mata lu li."

"Gue colok baru tau rasa." Lanjut Excel dalam hati.

"Colok aja kalau lo berani. " Excel terperenjat kaget dengan ucapan Ali. Bagaimana bisa Ali mengetahui isi hatinya.

"Gue hapal pikiran lo." Lanjut Ali.

"Ehehe, kekantin yok Li. Si Mysha nungguin lo tuh. " Ajak Excel.

"Males gue ketemu sama si mimisan itu." Jawab Ali lalu fokus ke benda petak yang ia pegang.

"Namanya Mysha Li, bukan mimisan."

"Suka gue dong. Kok lo yang marah." Jawab Ali sewot.

"Iya Li iya." Excel menganguk mengiyakan ucapan Ali. Excel malas berdebat dengan Ali yang ujungnya ia akan kalah.

"Ali sayang!" Suara yang melengking itu mengejutkan Ali. Cewek yang dengan pakaian ketat, dengan Make-Up yang mengalahkan penyanyi biduan. Ditambah lagi ia memakai High-Hell's ke sekolah. Ia berlari menuju Ali namun ia melangkah menyilang sehingga ia jatuh di got.

"Astogeh buah naga galon." Kaget Excel melihat Loli tersungkur.

"HAHA. Mampus lu! Ngakak gue njir." Ketawa Ali pecah melihat adegan stand-Up gratis.

"Sayang, bantuin aku dong." Loli memanyunkan bibir merahnya itu maju. Sehingga membuat Excel dan Ali geli melihatnya.

"Amit-amit, gue bantuin lo."

"Ali!" Teriak Loli dan Buk Sinta berbarangen.

"Mampus loh Li. Emaknya datang." Ucap Excel menakut-nakuti. Loli yang melihat Buk Sinta dibelakangnya sepertinya ia akan membela dirinya. Semyuman jahat pun terlukis diwajah Loli.

"Ibuk Sinta. Liat nih Loli jatuh, tapi Ali sayang gak mau bantuin."Adu Loli kepada Buk Sinta. Ali yang mendengarnya membelalakkan matanya besar. Sepertinya Ali akan terkena masalah.

"Ali!" Teriak lantang buk Sinta.

"Iya Buk Iya. Apa sih? Ibuk gak perlu teriak juga kali. Saya gak pekak ibuk." Jawab Ali santai seperti di pantai saja.

"Ali!" Teriak Buk Sinta untuk yang ketiga kalinya. Excel tidak akan meninggalkan tontonam ini, jarang-jarang ia melihat Ali disiksa.

"Kayaknya Buk Sinta cuman bisa bilang nama lo doang. Gondokan mungkin li." Bisik Excel.

"Diam lu kampret." Jawab Ali kesal.

"Apa sih Buk? " Tanya Ali yang mulai kesal.

"Ikut Saya!"

"Lah anjir. Cuman bilang itu doang." Ali yang kesal pun menggepalkan tangannya lalu ia seperti mengambil ancang-ancang untuk menonjok Buk Sinta dari belakang. Saat ia melewati Loli yang masih nyaman dengan posisinya Ali sengaja menginjak tangannya. Lalu berjalan tanpa dosa. Penonton pun tertawa dibuatnya dengan tingkah Ali.

"Huaaaa Mama! Tangan Loli sakit! Ali sayang kamu tega!" Teriak Loli menggelegar. Ali yang mendengarnya mengacungkan jempolnya ke belakang. Excel tertawa ngakak dibuatnya.

****************

"Ali, Mysha nebeng sama Ali ya ?" Tanya Mysha. Mysha memang sudah lama menyukai Ali. Tapi Ali mengabaikan perasaan Mysha.

"Lo kan punya kaki, tangan, uang, mobil sendiri. Ngapain lo nebeng bareng gue." Jawab Ali sedikit meninggikan suaranya.

"Tapi li, mobil Mysha lagi di bengkel."

"Itu urusan lo. Lo bisa kan naik taxi, angkot, atau bis gitu." Ali masuk kedalam mobil lalu menutup pintu mobilnya kasar.

"Kamu gak akan bisa lepas dari Aku Li. Kamu is mine." Hati Mysha berbicara jahat.

"Eh Mysha. Gak pulang? " Suara Excel mengejutkan Mysha.

"Em lagi nunggu jemputan." Jawab Mysha.

"Sama gue aja. Kayaknya hari mau hujan juga bentar lagi." Tawar Excel.

"Hmm, iya deh iya."

****************

Ali telah tiba di pintu gerbang rumah bak istana. Rumah yang mewah dan sangat besar halamannya. Siapa yang tak mengenal Ali? Ali adalah putra dari keluarga perusahaan terbesar di Indonesia yaitu Aloysius.

Ali mengklaksonkan mobilnya supaya pagar terbuka otomatis. Memasuki rumahnya melewati ruang tamu...

"Afsheen Ali Aloysius!" Panggil sang ayahnya.

"Apa?" Tanya Ali.

"Kamu kalo pulang itu salim dulu atau bilang salam masuk rumah. Gak punya sopan santun kamu!" Tampak wajah Deril memerah melihat sikap anaknya itu.

"Papa tidak usah urus hidup saya. Jangan ingin sok menggantikan posisi seorang ibu dari saya. Papa urus saja nenek sihir yang papa nikahi itu." Jawab Ali dengan rahangnya mulai mengeras.

"Jaga ucapan kamu! Dia itu mama kamu!" Deril yang geram lansung menampar pipi sang anak. Ali pun yang merasakan sakit hati menatap nanar ayahnya. Sosok wanita berhijab yang berdiri di tangga menonton pertengkaran yang disebabkan oleh dirinya sendiri. Air mata jatuh dari wajah wanita tersebut. Ia tak tahan, mereka bertengkar hanya karna dirinya. Jika saja dia tak menikah dengan Deril mungkin semua tidak akan menjadi seperti ini.

"Mama saya sudah meninggal! Saya tidak punya Mama!" Ali meninggalkan sang ayah dengan tangan yang telah memerah setelah menampar putranya. Ketika Ali melewati wanita itu. Ada rasa benci saat wanita itu ada dirumah.

"Jangan keluarkan air mata buaya anda itu!" Bisik Ali lalu pergi meninggalkan wanita tersebut. Wanita itu menganga tak menyangka Ali mengatakan itu.

"Agghh!" Ali mulai frustasi membanting pintu kamarnya kuat. Dia membenci ayahnya saat sang sosok ibu telah pergi darinya. Dan belum lama ini ayahnya menikah dengan wanita lain.

Deril yang mendengar suara pintu kamar yang dibanting keraspun mulai emosi lagi.

"Dasar anak gak tau di untung!"

"Udah mas udah. Biarkan dulu dia menenangkan diri." Saran Asih istrinya. Deril pun mengikuti perkataan Asih.

"Ma! Ali kangen mama!" Tangis Ali pecah saat bingkai foto sang ibu kandungnya ada ditangannya. Dicumnya berkali-kali foto sang ibunya itu.

"Ayi angan sad ya, Bell disini ko."

"Ayi! Senyumna ana! Bell au liat!"

"Kalau ayi sad. Bell juga sad."

"Ayi senyum! Kalau gak senyum, Bell gak au teman sama ayi lagi."

"Ayi jangan lupa senyum ya!"

"Ayi kalau lupa caranya senyum datangi aja Bell!"

"Ayi. Bell kangen senyuman Ayi! "

"Ali! Miss your Smile!"

Ali terbangun terperenjat kaget saat mendengar suara gadis masa kecilnya itu. Keringat bercucuran diwajah tampannya. Tapi kenapa suara terakhir berubah menjadi seperti suara dia telah dewasa? Apakah itu suara kiriman mimpi.

"Belll. Ali Miss Your Smile!" Jawab Ali lalu menitikkan bulir air mata. Bagi Ali yang berhatga di dunia ini adalah. Sang ibu dan Bell. Alasan Ali menangis tak jauh dari kedua wanita kesayangannya itu


Hai semua nyaa 😊,semoga kalian suka yaaa

Jangan lupa vote!

Miss Your SmileTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang