Sudah lama Bell tidak menghirup udara di Indonesia. Tanah kelahiran yang ia cintai. Perjalan yang sangat jauh, hampir satu harian Bell di pesawat. Sekarang Bell menaiki mobil bersama ayahnya lalu pergi ke bandung. Bell tak henti-hentinya tersemyum melihat pemandangan dari jendela mobinya. Roy yang duduk di belakang bersama Bell pun ikut bahagia melihat putrinya itu. Senyuman yang Roy rindukan telah kembali.
"Seharusnya dari dulu papi ngajak kamu kesini Bell."
Bell telah sampai di rumah yang lama ia tinggalkan. Bell melihat ke samping rumahnya memastikan apakah Ali ada dirumah. Ayahnya yang melihat gerak-gerik Bell pun hanya tersenyum.
"Yukk, kesana Bell. Sapa dulu Ali nya." Ajak sang Papi seraya menarik tangan Bell. Bell hanya tersenyum tak sabar melihat Ali nya yang sekarang.
Bell mulai mengetok pintu rumah Ali. Roy merangkul bahu sang putri yang turut serta dalam kebahagian Bell. Tidak perlu menunggu lama, pintu pun dibuka oleh sang pemiliknya.
"Hmm, cari siapa ya nak?" Tanya sopan seorang wanita paruh baya.
"Ayii nya ada buk?"
"Ayi?"
"Maksud putri saya Ali Buk. Apakah Ali ada dirumah?" Roy meluruskan kata-kata Bell karna Bell sudah terbiasa memanggil Ali dengan sebutan Ayi. Bell pun tersenyum seakan ia mengiyakan maksud ayahnya.
"Ali?" Sang pemilik rumah malah bertanya balik.
"Disini gak ada yang namanya Ali pak." Lanjut ibuk itu. Senyum Bell memudar saat wanita paruh baya itu menyatakan bahwa Ali nya tak ada disini. Roy yang melihat reaksi putrinya lansung memegang bahu Be kuat.
"Ibuk kenal Deril dan Astrid?"
"Oh, Pak Deril dan Buk Astrid itu pemilik rumah ini sebelumnya pak. Mereka telah pindah rumah beberapa tahun lalu."
"Pindah?" Tanya Bell lagi. Ibuk itu menjawab hanya dengan anggukan.
"Mereka pindah kemana ya buk?" Roy pun ikut bertanya.
"Saya kurang tau juga pak." Roy hanya menggangguk tersernyum
"Kalau begitu. Makasih ya buk."
"Sama-sama pak."
Roy pun menuntun Bell untuk kembali kerumahnya. Bell pun hanya ingin duduk di kursi teras rumahnya. Tampak wajah murung Bell kembali hadir lagi.
"Kita ke Jakarta aja ya sayang. Kita gak bisa tinggal disini Bell. Kalau ada apa-apa rumah sakit jauh dari sini." Saran sang ayahnya. Bell hanya menghela napasnya panjang lalu mengangguk atas saran sang ayah. Roy lega setidaknya nyawa sang putrinya lebih terjamin di Jakarta daripada di Bandung di karenakan jarak rumah dengan rumah sakit disini lumayan jauh. Mereka kembali memasuki mobilnya lalu pergi meninggalkan kota Bandung itu.
Mobil Bell berhenti di sebuah cafe jakarta. Roy ingin Bell mengisi perutnya. Perjalanan yang sangat jauh pasti membuat tubuh Bell kekurangan tenaga. Roy merangkul bahu Bell lalu masuk ke restoran yang tak terlalu ramai. Roy tau sang putri tidak bisa ada di keramaian. Bell pun memesan makanan. Setelah makanan telah selesai disantap, Bell meminum beberapa obat yang ada ditangannya. Roy pun mengelus pelan kepala Bell karna Bell tak perlu disuruh lagi untuk meminum obat.
"Pi, Bell boleh gak nyanyi di panghung kecil itu?" Bell menunjuk disudut cafe tersebut terdapat panggung kecil. Roy pun mengangguk tersenyum. Setidaknya mood Bell kembali. Bell pun menaiki panggung yang tidak terlalu tinggi itu. Beberapa penonton pun mengikuti gerak-gerik Bell yang ingin bernyanyi. Bell memegang sebuah gitar lalu mulai memetiknya.
Waktu tlah tiba
Aku kan meninggalkan
Tinggalkan kamu
'Tuk sementaraKau dekap aku
Kau bilang jangan pergi
Tapi ku hanya dapat berkataReff:
Aku hanya pergi 'tuk sementara
Bukan 'tuk meninggalkanmu selamanya
Aku pasti 'kan kembali pada dirimu
Tapi kau jangan nakal
Aku pasti kembaliKau peluk aku
Kau ciumi pipiku
Kau bilang janganlah ku pergiBujuk rayumu
Buat hatiku sedih
Tapi ku hanya dapat berkata"Li, lo liat noh. Cewek cantik brooh. Udah cantik pande nyanyi lagi." Excel yang melihat Bell bernyanyi terkagum-kagum dengan suara dan juga parasnya. Ali yang membelakangi panggung kecil itu enggan melihat kebelakang. Bell tidak menyadari bahwa ia sekarang berada di tempat yang sama dengan Ali. Ali pun menghayati lirik demi lirik yang dinyanyikan oleh Bell. Ali berpikir lagu itu sama halnya dengan kisah hidupnya.
"Seharusnya Bell yang nyanyiin itu." Gumam Ali.
"Hah apa Li?" Tanya Excel yang melihat Ali bergumam kecil. Hanya melihat mulut Ali bergerak bukan berarti Excel mendengar gumaman Ali. Ali tidak peduli dengan pertanyaan Excel.
"Ayi. Bell pergi dulu ya. Ali jangan nakal. Ayi jangan ngelawan sama Papa Deril uga Mama Astrid." Bell kecil yang hendak pergi pindah rumah pun meinitipkan sedikit pesan kepada Ali. Dua keluarga itu sedang berkumpul dihalaman Bell. Deril dan Astrid yang mendengar celotehan Bell seperti dewasa pun dibuat ketawa. Ibu dan Ayah Bell pun tersenyum mendengar celotehan putri mereka. Ali hanya diam disaat kedua keluarga itu tertawa.
"Bell jangan pergi." Ucap Ali murung.
"Bell hanya pelgi sementara Yi. Bell gak akan ninggalin Ayi selamanya kok. Bell pasti kembali kalo Bell udah gedek. Terus kita main petak umpet lagi deh. " Bell tersenyum memperlihatkan giginya yang rapi, sehingga tampak menggemaskan. Ali terkekeh kecil karna Bell ingin mengajaknya bermain petak umpet setelah mereka telah dewasa nanti.
"Iya kan. Pi, mi?" Tanya Bell seraya menenggadahkan kepalanya ke atas. Vania dan Roy hanya mengangguk. Ali Pun memeluk Bell, seakan-akan Ali bilang jangan pergi. Diciumnya pipi Bell yang chubby. Orang tua mereka pun ikut sedih karna telah memisahkan mereka. Vania dan Roy pun berpamitan dengan Astrid dan Deril. Bell memeluk Astrid dan Deril hangat, diciumnya pipi mereka satu persatu. Vania dan Roy pun memeluk Ali. Bagi mereka Ali telah seperti anak laki-lakinya sendiri. Begitu juga dengan Astrid dan Deril yang sangat menyayangi Bell.
"Papa Deril, Mama Astrid. Kalo Ayi nakal bilang sama Bell ya." Saran Bell. Yang mampu membuat mereka tersenyum haru. Bell memasuki mobil yang diikiti oleh kedua orang tuanya. Bell membuka jendela mobil besar-besar lalu melambaikan tangannya ke Ali. Disaat mobil itu berjalan, Ali menitikkan air matanya. Bell yang melihatnya pun ikut sedih.
"Ayii! Jangan Sad!"
"Ayi! Jangan lupa senyum!" Teriak Bell yang terakhir karna mobilnya telah menjauh menghilang.
Aku hanya pergi 'tuk sementara
Bukan 'tuk meninggalkanmu selamanya
Aku pasti 'kan kembali pada dirimu
Tapi kau jangan nakal
Aku pasti kembaliPabila nanti
Kau rindukanku didekapmu
Tak perlu kau risaukan
Aku pasti akan kembaliAku hanya pergi 'tuk sementara
Bukan 'tuk meninggalkanmu selamanya
Aku pasti 'kan kembali pada dirimu
Tapi kau jangan nakal
Aku pasti kembaliAku hanya pergi 'tuk sementara
Bukan 'tuk meninggalkanmu selamanya
Aku pasti 'kan kembali pada dirimu
Tapi kau jangan nakal
Aku pasti kembaliAli pun mengakhiri mengingat masa lalunya itu. Lirik lagu terakhir membuat Ali untuk melihat kebelakang. Karna semua orang menepuk tangan riuh setelah lagu berakhir. Wajah Bell tidak nampak jelas karna banyak pengunjung yang berdiri memberikan apresiasi kepada Bell. Termasuk Excel yang heboh sendiri. Ali pun yang tidak dapat melihatnya pun tidak begitu peduli. Ali pun kembali ke posisinya duduk membelakangi panggung. Bell pun turun dari panggung lalu menuju ke mejanya. Roy pun tersenyum bangga karna Bell bisa menghibur pengunjung cafe.
"Terima kasih untuk Bell yang telah menyumbangkan suaranya! Semoga kalian semua terhibur." Ucapan terima kasih mc cafe kepada Bell membuat Ali membeku tak berkedip.
"Li lo napeh?"
BERSAMBUNG.........
Hayyy semuanya! Apa kabs? Semoga kalian suka ya :") Eh eh jangan pergi dulu😔 warnaiin bintang dan coment dulu coyy........😇
30 Maret 2018
KAMU SEDANG MEMBACA
Miss Your Smile
FanfictionBell adalah gadis masa kecil Ali yang sangat ia jaga. Yang sangat ia sayangi. Dan yang sangat dirindukan Ali. Ali sangat sangat merindukan Bell. Terlalu berlebihan menyebutnya. Tapi memang begitu nyatanya. Namun ada beberapa tempat mereka sering ber...