"Maafin papa Bell. Papa gak bisa bahagiakan kamu, Bell kita besok akan kembali ke indonesia ya sayang." Ucap seorang pria paruh baya, yaitu papinya. Gadis itu tersenyum lebar dan memeluk papinya erat. Sudah lama pria itu tidak melihat senyuman lebar dari putrinya tersebut.
"Papa. Lagi gak bohongin Bell kan??" Putrinya takut akan ditipu ayahnya, melepas pelukan.
"Gak, sayang. Papi udah sadar, papi selama ini terlalu egois. Membiarkan Bell di tempat seperti ini, papi tau dimana kebahagian Bell. "
"Makasih papi ,Bell bahagia karna kita akan kembali ke indonesia! Yeaayy!" Gadis itu kegirangan dan melompat-lompat di atas kasur spring-bad. Pria paruh baya itu menggelengkan kepalanya sambil terkekeh melihat putrinya gembira.
"Tapi, ada syaratnya." Gadis itu berhenti dari aktivitasnya.
"Apa pun itu syarat nya pi. Bell .akan laksanakan, asalkan Bell bisa kembali lagi ke indonesia." Ucap gadis itu yang duduk kembali berhadapan dengan ayahnya.
"Bell harus jaga kesehatan, jangan terlalu capek,jangan lupa minum ob-"
"Iya, Iya. Siap laksanakan komandan!" Ucap Bell mengangkat tangannya hormat seperti upacara bendera.
"Kamu ini Bell, papi belum
selesai bicara udah kamu potong. Dan satu lagi Bell kamu harus laksanakan itu, kalau sampai aja Bell gak laksanain kita akan kembali ke sini lagi. " Ancam pria paruh baya itu."Bell akan laksakan permintaan papi. Tapi....."
"Tapi Apa Bell? "
"Bell boleh gak minta satu permintaan?" Bell mamanyunkan bibirnya sambil menunjukkan jari telunjuknya.
"Apapun permintaan Bell. Papi akan kabulkan asalkan Bell bahagia."
"Bell want school." Mengecilkan suaranya takut ayahnya akan marah.
"School?" Tanya ayahnya lagi. Bell memang hanya menjalani 'Home Schooling' karna kesehatan putrinya itu tidak terkontrol.
"Iya pi. Bell pengen sekolah di Indonesia lagi pi." Gadis itu menundukkan kepalanya takut akan ayahnya itu akan mengamuk besar.
"Kalau itu papi belum bisa kabulkan Bell,"
"Tapi pi,..."
"School or back to Indonesia?"
"Sekolah disini, atau kita kembali ke indonesia." Ayahnya meninggikan suaranya. Karna ia tak ingin kehilangan putri satu-satunya. Sekolah sangat beresiko tinggi terhadap kesehatan putrinya itu. Penawaran ini sangat sulit yang harus dipilih oleh Bell. Iya memang dia ingin sekolah lagi, tapi bukan disini.
"Back to Indonesia aja pi." Tampak mata putrinya berkaca-kaca ingin menangis. Setidaknya, jika ia tak bisa sekolah di Indonesia. Bell masih bisa bermain dengan teman masa kecilnya itu tah kemana ia sekarang.
"Maaf ya Bell. Papi harus tegas untuk mengambil keputusan. Kalau tidak nyawa kamu yang menjadi taruhannya." Lanjut pria itu dalam hatinya.
"Do not Cry Bell. Kamu terlahir menjadi anak papi untuk tersenyum, bukan untuk menangis." Ayahnya mengusap lembut rambut Bell dan meninggalkan kecupan hangat di ubun-ubunnya.
"Oh Pak Roy. Apa kabar? Silahkan duduk." Ucap sang dokter yang berdiri lalu menjabat tangan Klaeinnya itu.
"Alhamdulillah, baik."
"Ada apa pak? Kenapa Pak Roy kesini. Bukan kah sekarang Bell tidak ada jadwal check-up?" Tanya Dokter Daniel yang masih muda dan tampan.
"Tidak dok. Sekarang memang tidak ada jadwal Bell check-up. Saya hanya ingin bertanya bagaimana keadaan Bell sekarang?"
"Seperti yang saya sudah bilang kemaren Bell sekarang mulai membaik dari sebelum nya pak."
"Apakah saya bisa membawa Bell pulang ke indonesia?" Dokter itu mengerinyitkan dahinya, Heran.
"Bapak ingin membawa Bell ke indonesia?"
Roy hanya mengangguk
"Apakah bapak tidak bisa berfikir ulang dengan keputusan Pak Roy? Bell sekarang memang mulai membaik, tapi kita tidak tau ke depan nya bagaimana. Saya hanya mengkhawatirkan keadaan Bell disana. Apalagi Bell sangat tidak menjaga kesehatannya." Sepertinya dokter mulai geram dengan keputusan klaeinnya itu.
"Tapi jika Bell meminum obat nya dengan teratur dan beristirahat dengan cukup apakah Bell bisa saya bawa pulang ke indonesia?" Tanya lagi Roy.
"Mungkin bisa. Tapi Pak Roy pasti tau ini sangat berpengaruh kepada kesehatan Bell. Saya sarankan kalau memang bapak ingin membawa Bell pulang ke indonesia. Sebaik nya Bell jangan terlalu capek, stress. Bell harus meminum obat nya dengan teratur, dan harus menjalani jadwal check -up."
"Baik lah Dokter Daniel. Saya akan membawa Bell pulang ke indonesia dan terima kasih atas info nya." Roy mengambil ancang-ancang untuk berdiri.
"Pak Roy besok jangan lupa bawa Bell ke sini untuk check-up terakhirnya disini." Ucap dokter Daniel mengingatkan kembali lalu menjabat tangan Roy.
"Pi...." Ucap Bell seraya menepuk . pelan bahu sang ayah.
"What is wrong Bell?"
"Bell hanya rindu dengan suasana sekolah." Suaranya Bell kali ini lebih kecil dari yang tadi. Dia sangat takut ayahnya itu akan marah.
"Yaudah, tidur ya sayang. Besok kita lansung ke Indonesia." Ayahnya mengalihkan pembicaraan dan lebih baik mengakhirinya. Bell hanya mengangguk sebagai jawaban. Beringsut ke tengah kasurnya, ayahnya membantu menyelimuti putrinya lalu keluar mematikan lampu.
*********************
Hai semua nya 😊ada yang mulai penasaran gak?? Terus baca cerita dan nantikan kisah selanjutnya nya hanya MISS your SMILE hanya di wattpad kesayangan anda😆
Salam dari penulis amatir dan juga abal abal 😆💞
WARNING! ⚠
Warnai bintang di bawah
👇 INI 👇
KAMU SEDANG MEMBACA
Miss Your Smile
FanfictionBell adalah gadis masa kecil Ali yang sangat ia jaga. Yang sangat ia sayangi. Dan yang sangat dirindukan Ali. Ali sangat sangat merindukan Bell. Terlalu berlebihan menyebutnya. Tapi memang begitu nyatanya. Namun ada beberapa tempat mereka sering ber...