Siapa yang tak cemburu pada melati
Yang senantiasa menebar wangi
Nan menawan hati...?
Siapa yang takkan iri...?
SEJAK itu Melati ikut latihan basket bersama Etha dua kali seminggu di lapangan basket sekolah. Rabu sore jadwal latihan khusus untuk putri. Sedang Jumat sore untuk gabungan putra-putri. Kalau hari Minggu pagi, setelah jogging latihan fisik. Kadang latihan ditambah porsinya menjelang kompetisi.
Semula Melati tidak mengalami kesulitan sama sekali. Semua berjalan mulus. Teman-temannya baik. Mereka menerima kehadiran Melati dengan tangan terbuka. Malah mengagumi permainan Melati, dan mengakui kehebatan Melati yang setingkat di atas mereka.
Padahal Melati sempat mencemaskan adanya iri atau dengki yang timbul karena kehadirannya. Sebab pasti ada satu dua orang yang kedudukannya digeser Melati dari regu inti. Namun kecemasan itu tidak terjadi. Mereka cukup lapang dada menerima segala keputusan yang ditetapkan pelatih. Mereka bahkan mau belajar kepada Melati untuk meningkatkan kemampuan bermain mereka.
Semua berjalan lancar. Mulus tanpa hambatan. Tapi benarkah selalu demikian? Ternyata tidak.
Masalah itu baru terasa setelah beberapa bulan berjalan. Datangnya dari salah seorang teman Melati, sesama pemain basket. Tapi bukan pemain yang tersingkir dari regu inti. Bukan. Justru rekannya di regu inti, sama-sama pemain andalan, yakni Saskia.
Melati sendiri lupa sejak kapan Saskia mulai bersikap sinis padanya. Padahal mulanya dia merasa biasa saja. Sikap Saskia ketika menyambutnya sama ramahnya dengan teman-teman lainnya. Kenapa sekarang berubah? Dia seakan selalu berusaha mencar-cari kesalahan Melati. Dan apabila menemukannya, kesalahan itu dibesar-besarkannya dengan selalu mengungkitnya.
Suatu saat, ketika mengadakan latih tanding setelah latihan, Melati dan Saskia tergabung dalam satu regu. Melawan Etha dan cs-nya. Kalau Melati melakukan kesalahan, Saskia memarahinya habis-habisan, seakan dia melakukan kesalahan yang teramat fatal dalam pertandingan vital. Gerutuannya selalu terdengar sepanjang bermain.
Kejadian seperti itu berulang dua tiga kali. Untuk yang ketiga kali, Saskia tak pernah lagi mau satu regu dengan Melati bila latih tanding tiba. Dia pasti memilih jadi lawan Melati. Dan kalau sudah begitu kejadiannya, Saskia tak segan bermain kasar. Berkali-kali Melati kena sikut, didorong, dipepet, bahkan pernah ditendang tulang keringnya. Kelihatannya seperti tidak sengaja, namun dari tatap sinis Saskia, Melati menangkap adanya unsur kesengajaan.
Melati benar-benar tak habis pikir, mengapa Saskia kelihatan begitu membencinya. Dia tak merasa pernah melakukan kesalahan yang menyakitinya. Melati malah berusaha bersahabat dengannya. Bukankah Saskia dulu begitu juga? Bahkan Saskia pernah berjanji, mereka akan jadi partner yang baik di lapangan, yang akan mengobrak-abrik pertahanan lawan. Sekarang kenapa berbalik seratus delapan puluh derajat? Saskia sangat antipati padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Si Putri Malu (Tamat)
Teen FictionDia mungkin Melati karena baunya harum mewangi Tapi dia juga Putri Malu karena bila tersentuh akan bersemu dan tersipu Ini kisah Melati yang belajar beradaptasi dengan lingkungannya yang baru... Kisah Melati yang pemalu, tapi diam-diam menyimpan mis...