Bukan Melati, Ternyata Putri Malu

217 5 2
                                    


Dia mungkin Melati

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dia mungkin Melati

karena baunya harum mewangi ...

Tapi dia juga Putri Malu

karena bila tersentuh akan bersemu dan tersipu ...

--------------------------------------------------------------------------------------

--------------------------------------------------------------------------------------

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

JANTUNG Melati berpacu lebih cepat ketika mereka berhenti di depan pintu sebuah kelas. Seperti kelas-kelas yang lain, kelas ini pun bercat kapur putih, kecuali pintunya yang bercat biru laut dan bingkainya yang berawarna biru tua. Melihat sebuah papan bertuliskan 'II A3.2' di atas pintunya, yakinlah Melati, mereka memang sudah sampai di kelas barunya.

Melati menarik napas panjang. Mencoba menenangkan dirinya yang mulai merasa kebat-kebit, grogi. Dari dalam kelas terdengar suara gaduh yang luar biasa. Maklum, kelas yang tidak ada gurunya, ibarat tikus-tikus yang lepas dari pengamatan kucing! Apalagi ini kelas Sosial. Biasanya memang terdiri dari manusia-manusia yang sulit diatur dibanding jurusan Fisika dan Biologi. Menurut Pak Basuki, guru yang sekarang mengantar sekaligus walikelasnya, di antara dua kelas Sosial lainnya, kelas II A.3.2 memang yang paling sulit diurus.

Melati bertambah grogi mendengar penjelasan tersebut. Dia tidak bisa membayangkan, bagaimana nanti dia digiring memasuki kelas. Ah, kalau saja boleh memilih, Melati lebih suka tetap tinggal di Samarinda, sekolahnya yang dulu. Bersama teman-teman yang sudah dianggapnya seperti saudara. Lagipula diapun sudah merasa menyatu dengan alunan Sungai Mahakamnya, dengan tetangga dan penduduk lainnya, terutama dengan... Galang.

Alangkah sedihnya Melati ketika diberitahu Papa, mereka sekeluarga harus pindah ke Banjarmasin, karena Papa ditunjuk jadi pimpinan anak perusahaan yang baru di sana. Andai saja bisa, Melati ingin tetap tinggal di Samarinda, numpang di rumah Tante Martha. Tapi tentu Papa Mama tak mengizinkannya.

Papa membujuknya mati-matian. Papa berjanji mencari tempat tinggal yang lingkungannya sama dengan lingkungan mereka tinggal di Samarinda. Yang letaknya strategis, mudah bila mau ke mana-mana, dan rasa kekeluargaannya masih kental dan terasa. Papa juga berjanji memasukkan Melati ke sekolah terbaik di kota ini. Pokoknya Papa berjanji semua akan berjalan seperti ketika mereka di Samarinda. Papa meyakinkannya, dia akan mendapat teman-teman yang sebaik teman-teman lamanya.

Si Putri Malu (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang