Bagian 7

11.1K 1K 57
                                    

Foto : Nanda, Alya, Aldo

Alya pasti mengatakan kabar tidak enak itu kepada Nanda. Tentang dia yang menjadi pacar pura-puranya Aldo. Malamnya, di hari yang sama, dia langsung menelepon Nanda. Agak susah menghubungi Nanda. Beberapa kali teleponnya tidak diangkat. Alya langsung teringat kalau Nanda pasti sibuk. Entah pagi, siang, sore, malam, orang sesukes Nanda pasti sibuk. Tapi ketika Alya sudah menyerah, tiba-tiba ada sebuah panggilan masuk. Wajah Alya yang aslinya ditekuk langsung sumringah.

"Nanda!" Alya langsung menyerbu Nanda dengan seruan.

Nanda hanya tertawa kecil dari arah sana. "Maaf aku baru bisa angkat teleponnya."

"Ada hal penting yang harus kukatakan," kata Alya buru-buru.

"Kenapa?" tanya Nanda heran.

Alya terdiam sejenak. Dia menarik nafas panjang. Kemudian menghembuskannya perlahan.

"Tentang Aldo."

Mendengar nama dengan empat huruf itu, perasaan Nanda langsung kesal.

"Kenapa sama Aldo?" tanya Nanda.

Mendengar nada Nanda yang mulai berubah menjadi dingin, Alya tahu bahwa Nanda sebenarnya tidak suka dengan pembicaraan ini. Tapi Alya tidak ingin menyembunyikan cerita ini dari Nanda. Alya tidak akan tahan. Jadi Alya tetap menceritakan kejadian tadi sore selepas jam kuliah Aldo kepada Nanda. Nanda hanya bisa diam ketika mendengar cerita Alya.

"Nanda?" panggil Alya setelah dia tidak mendengar balasan apa pun dari Nanda.

Nanda masih tidak menjawab. Alya menggigit bibir bawahnya. Dia mulai merasa tindakannnya ini adalah pilihan yang buruk.

"Hei, Nanda, kamu masih di sana?" tanya Alya pelan, takut-takut.

"Jadi sekarang kamu pacarnya dia?"

Alya menelan ludah mendengar nada Nanda yang semakin menyeramkan di telinganya.

"Pacar pura-puranya, Nanda. Aku enggak pacaran sungguhan dengan dia."

"Aku enggak bisa menolaknya. Aldo sahabatku, dia sangat baik denganku. Aku Cuma ingin membantunya," tambah Alya.

Nanda menghela nafas panjang.

"Kamu suka sama dia?"

"Enggaklah! Aku kan sukanya sama kamu!"

Suasana hening. Alya kembali mencerna perkataannya yang barusan dia katakan kepada Nanda. Menyadari sesuatu yang janggal, Alya langsung mendelik. "UPS!"

Dia baru saja keceplosan.

Muka Alya langsung bersemu merah. Jantung berdetak kencang. Dia mengumpat mentah-mentah dalam hati.

Di arah sana, Nanda juga langsung diam membeku. Setumpuk kertas yang sedang dia rapikan mendadak menjadi berantakan lagi terkena angin dan Nanda hanya diam. Perkataan Alya barusan seakan melumpuhkan pikirannya. Jantungnya berdetak kencang.

Seorang pengusaha sukses pun bisa terlihat seperti orang bodoh kalau sedang jatuh cinta.

Nanda berusaha mengendalikan dirinya. Namun baru saja dia ingin membalas perkataan Alya, Alya sudah berkata lebih dulu.

"A..aku harus pergi! Sampai jumpa besok!"

Sambungan langsung terputus. Nanda bengong. Kemudian dia tersenyum kecil menatap layar ponselnya.

"Padahal aku baru saja mau membalas ucapannya," gumam Nanda pelan.

Cerita Alya kembali terngiang di telinganya. Nama Aldo kembali berputar-putar di dalam pikirannya. Nanda mendesah. Dia tahu bahwa cowok itu pasti tidak akan hanya tinggal diam. Tapi Nanda tidak terima kalau harus begini caranya. Pemaksaan. Bagi Nanda, Aldo sama sekali tidak adil. Alya yang terlalu baik hingga dia akhirnya mau menerima permintaan Aldo.

[2/2] KembaliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang