2

517 28 3
                                    

"Bisakah kamu bantu cowok pecicilan kayak dia ini buat belajar fisika." _______________________________

Hana membulatkan matanya tak percaya. Entah itu pertanyaan atau pernyataan, tapi itu bagai sambaran petir buat Hana. Hana ingin sekali menjauhi cowok curut seperti dia, eh malah suruh ngajarin.

Davin yang merasa dirinya di panggil cowok pecicilan menatap ke arah tante nya itu dengan tatapan tidak percaya. Ya, Bu Indah adalah adik dari mama nya.

Davin segera menoleh ke arah samping, dimana Hana berdiri. Ia memperhatikan Hana dari atas sampai bawah. Cupu batin Davin. Lalu ia menoleh ke arah bu Indah.

"Apa bu?" tanya Davin ingin memastikan ucapan Bu Indah.

"Buat cowok pecicilan kayak kamu, kamu akan diajarin fisika sama Hana," ucap Bu Indah dengan penekanan.

Pasti siapapun orang yang mendengarnya, akan susah menelan ludah dan tak berani menatapnya. Tapi beda dengan Davin, ia menatap Bu Indah secara terang terangan.

"Sama cewek cupu ini?" ucap Davin sambil menoleh ke arah Hana dan menilai Hana lagi.

Hana dibuat menganga tak percaya, pasti sekarang Hana sedang mendumel tak jelas di dalam hati atas ucapan yang baru dikatakan Davin. Memang Hana memakai kacamata, terlihat cupu sekali kah? Perasaan Hana, biasa aja deh.

"Iya," jawab Bu Indah.

"Enggak bu, saya gak mau sama dia," tolak Davin.

'Sapa juga yang mau sama lo curut.' batin Hana.

"Tidak ada penolakan Davin Wijaya. Dan ibu tidak mau tau, pokok kamu akan dibelajarin fisika sama Hana, kamu udah tau kan kalau Hana itu memenangkan lomba nasional fisika dan dia peringkat pertama." ucap Bu Indah memperjelas.

Davin mengangkat alisnya, "Sayangnya saya gak pernah tau tentang itu bu."

Hana memdengarkan kedua orang ini yang sedang adu argumen, dan dia merasa kesal karena diacuhkan.

Bu Indah memutar bola mata malas "Ya iyalah gimana kamu tau, orang dipikiranmu hanya ada cewek-cewek cantik, main sana main sini, bolos sekolah, huuh bikin males deh ngomong kejelekanmu."

Hana hanya memainkan jamnya. 'Jadi maksudnya gue gak istirahat gitu, cuma dengerin orang debat. Padahal perut keroncongan banget.' Hana mendumel tak jelas di dalam hati.

Sekarang ia lupa dengan perintah Bu Indah, karena perutnya yang terus meronta minta dikasih makanan.

Davin terkekeh "Sapa suruh bilang kayak gitu, ati-ati deh bu darahnya cepet naik."

"Udah ah capek ngomong sama kamu," ucap Bu Indah ketus

"Hana, maaf ya nunggu lama. Jadi kamu akan dijadikan sebagai guru privat si Davin, dan usahakan di akhir semester kelas dua ini Davin dapet nilai yang lebih bagus dari sebelumnya," ucap Bu Indah lembut.

"Eh, kenapa gak cari tempat bimbingan les aja bu. Lagian saya juga gak sepinter itu." tolak Hana dengan halus.

Bu Indah menatap keponakannya ini dengan sinis "Waktu itu sudah Na, tapi ya emang pada dasarnya cowok ini tengil jadi dia gak pernah masuk les, alias bolos."

"Tapi gimana ya bu," ucap Hana tak enak hati.

"Udah deh bu, lagian sapa sih yang mau sama dia, saya mending les aja."

Satu jitakan sukses melayang ke kepala Davin, hal itu membuat Davin meringis.

"Enak aja, kamu kira Hana jelek. Lagian percuma kamu bilang kalau kamu akan les di tempat bimbingan itu, karena pada ujung-ujung kamu bakal bolos," ucap Bu Indah sarkas.

HanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang